Melanjutkan perjuangan 41
Senin, 22 Oktober 2012
Onani atau Masturbasi serta Ancamannya
Onani atau Masturbasi adalah perbuatan kotor yang dilakukan oleh kebanyakan anak muda, baik laki-laki maupun perempuan untuk melampiaskan nafsu syahwatnya, yaitu dengan cara mengeluarkan sperma dengan menggunakan tangan atau benda lainnya. Perbuatan ini adalah termasuk perbuatan keji, perbuatan yang melampaui batas, perbuatan yang diharamkan oleh Allah yang tidak sepantasnya dilakukan oleh orang-orang yang beriman.
Sesuai dengan Firmannya Allah :
“Dan (orang-orang yang beriman adalah) orang-orang yang menjaga farjinya, kecuali terhadpa istri-istri mereka dan budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela. Barang siapa yang mencari selain itu (istri & budak), maka mereka itu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (QS : Al-mu’minuun : 5-7)
Dan sabda Nabi :
“Ada 7 golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat & Allah tidak mau mensucikan (tidak mengampuni dosanya) dan Allah tidak mau mengumpulkan mereka bersama orang yang beramal kebaikan. Dan Allah akan memasukkan mereka ke neraka sebagai orang-orang yang pertama kali masuk ke neraka, kecuali bahwasanya mereka bertaubat. (7 Golongan itu ialah) Orang yang menikahi tangannya (onani / masturbasi), orang yang mengerjai & yang dikerjai (homoseks, lesbian), dan orang yang membiasakan minum arak, dan orang yang memukul kedua orang tuanya hingga meminta tolong, dan orang yang menyakiti tetangganya hingga melaknatinya, dan orang yang berzina dengan istri tetangganya” (HR. Al-Baihaqi Fii Si’abul Iman 5232)
Maka dalam hal ini jika kita, khususnya kawula muda ingin menyelamatkan diri dari perbuatan kotor tersebut, maka kita harus menjauh dari pengaruh-pengaruh negatif lingkungan atau sesuatu yang dapat mempengaruhi bergejolaknya nafsu birahi. Nafsu syahwat manusia tidak akan terusik kecuali jika ada pemicunya, seperti pengaruh dari melihat sesuatu atau mendengar sesuatu. Ketika seseorang melihat gambar-gambar porno, tarian-tarian erotis, tayangan-tayangan adegan wanita telanjang atau setengah telanjang, atau mendengarkan lagu-lagu cengeng yang berkisah tentang cinta, bisa jadi perasaan seseorang ikut hanyut, dan di sinilah nafsu birahi itu mulai terangsang.
Dalam keadaan demikian ini, tidak ada jalan lain baginya kecuali harus melampiaskan dan membebaskan dirinya dari rongrongan syahwat tersebut. Apabila tidak belum ada istri dan keimanan yang dimilikinya pun juga sangat minim, niscaya ia akan berbuat onani atau masturbasi sebagai gantinya. Nau’dzubillahi min dzalik.
Kesimpulan, orang yang mengerjakan Onani atau Masturbasi diancam akan menjadi golongan yang pertama masuk neraka tanpa dilihat oleh Allah (saking bencinya Allah). Solusi tepat untuk menghindar dari perbuatan keji ini adalah menikah. Jika belum mampu, maka berpuasalah. Minimal berusahalah untuk tidak memicu nafsu syahwat dengan banyak melakukan kegiatan-kegiatan positif. Hindarilah menyendiri & melamunkan hal-hal yang dapat memicu syahwat.
Bagi yang sudah diqodar terlanjur berbuat, silakan bertaubat & jangan putus asa, mumpung masih hidup. Karena hal ini biasanya sudah menjadi hal yang umum dikalangan kawula muda. Atau, adakah yang belum mengetahui apa itu Onani atau Masturbasi?
Ma’af, saya tidak bertanya pernah atau tidaknya saudara-saudari melakukan ini, dan memang sebaiknya ini tidak dipertanyakan. Saya cuma bertanya adakah dari kita yang tidak mengetahui apa itu Onani atau Masturbasi?
Mudah-mudahan bermanfaat. Amin…
Sumber : wargaldii.com
Cingkrang
Semakin hari, rasanya semakin banyak orang yang bercelana cingkrang atau ngatung. Maksudnya memakai celana panjang tetapi di atas mata kaki, tidak melewati ke dua mata kaki. Di bilangan Kebayoran Lama misalnya, banyak remaja – remaja berseragam dengan celana cingkrang. Demikian juga di seputar Blok M. Atau juga yang sering saya lihat di sekitar BSD - Muncul. Mereka memang rata – rata anak – anak sekolahan, baik SMP maupun SMA. Di tempat – tempat umum juga sama. Rupanya kesadaran berbusana yang benar sudah mulai dimengerti. Dugaan saya kalau di sekolahan memang akan lebih gampang, jika itu diterapkan sebagai aturan sekolah. Di luar institusi tentu akan berbeda, kecuali memang mempunyai pemahaman yang benar tentangnya.
Beberapa minggu yang lalu saya sibuk memendekkan celana. Ada dua potong celana saya yang saya kirim ke penjahit untuk dipendekkan. Bukan celana baru sih, tetapi celana yang sempat membuat saya risih. Sampai – sampai seorang teman berseloroh, “Sudah tua kok masih nambah terus tingginya ya Mas? Bukannya biasanya tumbuhnya ke samping? Tapi kok celananya dipendekin lagi.” Saya hanya mesem menanggapinya.
Ceritanya, itu celana memang sudah di atas mata kaki. Berhubung lingkar pinggang menyusut, setiap kali pakai selalu mlorot. Daripada repot – repot terus ngurusi celana (mengangkat dan menyingsingkan celana), maka keluarlah inisiatif dipendekkan saja. Sebenarnya waktu bikin dulu sudah dibuat di atas mata kaki, tetapi kenapa penjahitnya ketakutan kalau salah, hasilnya ngepress banget. Pas di atas mata kaki. Baru sekarang setelah dipotong lagi, nyaman pakainya. Meminjam istilah quran: hanii’an marii’a. Nggak segitunya…kali! Yah saking bahagianya, bercelana cingkrang.
Walau sudah bertambah banyak peminatnya, sejatinya masih banyak yang belum tahu atau keberatan dengan model cingkrang ini. Untuk itu, kali ini saya mencoba untuk menyajikan kembali dasar hukumnya. Dan sepanjang hemat saya inilah yang menjadi kendala khalayak.
Dari Ibnu Umar ra, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya kelak di hari kiamat.” Kemudian Abu Bakar ra bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya sarungku melebihi mata kaki, kecuali aku menyingsingkannya.” Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Kamu bukan termasuk orang yang melakukan hal itu karena sombong.” (HR. Al-Bukhari dan sebagiannya diriwayatkan Muslim)
Hadits ini yang banyak dijadikan hujjah untuk boleh bercelana nglembreh; yang penting tidak sombong. Padahal kalau mau lebih cermat lagi, kunci hadits di atas adalah perkataan Abu Bakar menyingsingkan. Namun kalau masih bersikukuh asal tidak sombong bolehlah. Daripada bertengkar, coba kita tengok yang satu ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Suatu ketika ada seseorang shalat dengan memanjangkan kain sampai di bawah mata kaki. Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Pergilah dan berwudhulah." Lalu ia pergi dan berwudhu. Kemudian ia datang dan Nabi bersabda, "Pergilah dan berwudhulah." Kemudian ada seorang laki-laki bertanya kepada beliau, "Ya Rasulallah, kenapa Anda menyuruhnya untuk berwudhu lalu Anda diamkan?" Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, "Karena ia shalat dengan memakai kain sampai di bawah mata kaki; Sesungguhnya Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang memakai kain sampai di bawah mata kaki." (HR. Abu Dawud dengan isnad Shahih sesuai syarat Muslim)
Nah, kalau sholatnya tidak diterima karena celana nglembreh, terus bagaimana? Padahal semua tahukan, sholat adalah amalan paling pol dan pertama ditanya nanti di hari Qiyamat. Gara – gara kita memakai pakaian nglembreh terus sholat gak diterima, wassalam sudah. Bagi yang penasaran boleh juga membaca komentar Imam al-Buwaithi dari al-Syafi’i dalam Mukhtasharnya. Ia berkata, “Isbal dalam shalat maupun di luar shalat karena sombong dan karena sebab lainnya tidak diperbolehkan. Ini didasarkan pada perkataan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu.” Wuih teges banget imam ini. Di sudut sana ada yang berkilah, kan kalau sholat dilinting (dinaikkan) celananya? Baik, kita baca yang satu ini.
Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,"Kain (sarung/pakaian) seorang muslim adalah sampai pertengahan betis. Dan tidaklah berdosa jika ada di antara betis dan dua mata kaki. Adapun yang sampai di bawah kedua mata kaki, maka ia berada di neraka. Siapa yang menjulurkan kainnya di bawah mata kaki dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya." (HR. Abu Dawud dengan isnad shahih)
Berhubung hadits ini masih ada kata – kata sombong, maka terkesan kurang afdhol. Karena akan mirip dengan yang atas. Sekarang kita simak yang singkat ini.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,"Apa-apa yang berada di bawah mati kaki itu berada dalam neraka." (HR. Al-Bukhari).
Nah, kalau tiga hadits ini belum menyentuh hati, ya sudah. Gak apa – apa. Hidup adalah pilihan, dalam arti semua nanti akan dipertanggungjawabkan masing – masing. Tidak perlu kita geger masalah cingkrang ini, cukup tahu sama tahu. Kalau mau mengikuti ya syukur, kalau tidak ya diri sendirilah yang menentukan. Bahkan Imam Muslim dalah Shahihnya menerangkan dengan tegas larangan/haramnya isbal (menjulurkan kain di bawah mati kaki) ini.
"Bab: Keterangan beratnya keharaman menjulurkan kain (di bawah mata kaki;- disebut Isbal-), mengungkit-ungkit pemberian, menjual barang dagangan dengan sumpah palsu adalah tiga golongan yang mereka tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat mereka dan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih."
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Tiga orang yang bakal tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah tidak akan melihat dan menyucikan mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih." Abu Dzar berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam membacanya sebanyak tiga kali". Abu Dzar berkata, "Kecewa benar mereka dan sangat merugi. Siapakah mereka itu ya Rasulallah?" Beliau menjawab, "Yaitu orang yang menurunkan kain di bawah mata kaki (musbil), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya (al-Mannan), dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu." (HR Muslim)
Yang jelas kini saya tambah gembira sebab semakin banyak orang yang bercelana cingkrang. Artinya semakin banyak orang yang tahu ilmu dan kebenarannya bahwa itu adalah aturan dan hukum islam. Bukan punyanya para ekstrimis atau teroris yang memang ketahuan pada cingkrang celananya. Tapi itu adalah sunnah untuk para pria. Dan lebih senang lagi ketika dapat menyebarkan kebenaran ini kepada yang lainnya.
Semoga Allah paring manfaat dan barokah...
Oleh : Faizunal Abdillah
Entrepreneurship Adalah Solusi Kita
Saya ingin membahas mengenai sebuah pertanyaan yang simple, namun dapat menandakan tingkat kemakmuran negara kita.
“Apa bedanya sarjana Indonesia dengan sarjana Singapore ?”
Jawabnya adalah ;
“Sarjana Indonesia, begitu lulus kuliah akan bertanya, saya mau kerja apa ya ?”
“Tapi, kalau sarjana Singapore, begitu lulus kuliah bertanya, saya mau bisnis apa ya ?”
Itulah sepenggal cerita yang mau tidak mau, suka atau tidak suka memang menjadi suatu realita pola pikir para sarjana kita. Pertanyaan semacam itu, seolah mendapat dukungan kuat dari data statistik, yang menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai 0,2% dari jumlah penduduknya, yaitu hanya 500.000 orang. Sementara suatu negara akan memiliki pondasi perekonomian yang kuat dan akan memenuhi persyaratan awal untuk menjadi negara maju, jika memiliki jumlah pengusaha sebanyak minimal 2% dari jumlah penduduknya.
Bandingkanlah dengan tetangga kita, Malaysia yang telah memiliki pengusaha sebesar 3%, Singapura 7%, China 10%, apalagi negara adidaya, Amerika Serikat, memiliki jumlah pengusaha tertinggi, yaitu 12,5% dari jumlah penduduknya.
Lalu cobalah kita perhatikan, jika ada suatu seminar atau pameran entrepreneurship yang diadakan di suatu tempat, walaupun sudah dipromosikan dengan gencar, namun biasanya akan mendapat antusiasme yang relatif ‘dingin’ dari para pengunjungnya, walaupun tidak semua tempat pameran sepi pengunjung. Namun apa yang terjadi jika ada suatu event Job Fair, atau pameran ajang pembukaan lowongan kerja ??? Wah, tanpa dikomando, tanpa digembar – gemborkan, pesertanya bisa dipastikan akan selalu membludak, penuh sesak, saling berebut untuk melamar pekerjaan.
Ya, memang mayoritas penduduk kita, lebih merasa aman dan nyaman dengan bercita – cita menjadi seorang karyawan. Lalu apakah itu salah ? Jelas tidak ada yang salah dalam suatu pilihan hidup, itu semua adalah hak individu yang mesti dihargai. Menjadi seorang karyawan yang baik dan berakhlakul kharimahpun merupakan suatu pilihan mulia. Namun jika kita berbicara mengenai konteks, bagaimana meningkatkan kemandirian dalam perekonomian bangsa Indonesia, maka penggalakkan program entrepreneurship adalah satu – satunya solusi yang dapat menjawab permasalahan bangsa ini.
Menurut data statistik 2011, jumlah sarjana yang menganggur lebih dari 2.000.000 orang. Coba bayangkan, jika 10% saja dari jumlah mereka, yaitu sebanyak 200.000 orang menjadi entrepereneur dengan membuka suatu bisnis, maka jika diambil rata – rata 1 orang bisa membuka 2 lapangan kerja, maka sudah bisa membuka 400.000 lapangan kerja baru. Bagaimana kalau lebih dari 10% sarjana yang menjadi entrepreneur ? Wah, maka pemerintah tidak perlu repot – repot memikirkan nasib 10 juta pengangguran di Indonesia ini.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan geliat entrepreneurship di Indonesia, diperlukan dukungan banyak pihak, baik pemerintah, yang bisa melakukan penyegaran materi entreperenurship di kurikulum bangku sekolah dasar hingga kuliah, mempermudah akses pasar, permodalan, pelatihan, dan pendampingan usaha. Lalu peranan orang tua juga sangat penting, dalam memberikan arahan dan support kepada putra – putrinya, untuk bisa menjadi seorang entrepreneur. Karena justru biasanya orang tualah yang terkadang “menghalangi” niat sang anak untuk berwirausaha, mereka akan lebih “bangga” jika putera – puterinya menjadi karyawan yang mendapatkan penghasilan tetap dan tunjangan di hari tua.
Ya, maka mulai sekarang, mari bersama kita tingkatkan cita – cita luhur dalam hidup kita, dari hanya sekadar “ingin hidup dengan aman” menjadi “ingin hidup dengan memberi manfaat bagi banyak orang dan lingkungan”. Marilah kita dukung bersama, gerakan entrepreneurship bagi keluarga dan bangsa kita, demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Oleh : Ir. Hamry Gusman Zakaria, MM
Langganan:
Postingan (Atom)