~* ..... MENGINTIP KEPRIBADIAN MANUSIA DARI STATUS FACEBOOK ..... *~
Ini adalah beberapa kategori kepribadian manusia melalui satus FB nya :
1. Manusia Super Update ...Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.
Contoh : "Lagi makan di restoran A..", "Dalam perjalanan menuju neraka..", "Saatnya baca koran..", dan sebagainya.
2. Manusia Melankolis ....Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.
Contoh : "Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..".
3. Manusia Tukang Ngeluh ...Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.
Contoh : " Jakarta maceeet..!! Panas pula..", "Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!", "Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do' i..", dsb.
4. Manusia Sombong ...Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.
Contoh : "Otw ke Paris ..!!", "BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..", "Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,"
5. Manusia Puitis ....Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.
Contoh : "Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan", "Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", "Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu".
6. Manusia in English ...Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis gicyu Low..
Contoh : "Tie and Chair..", "I can tooth (kentut), you Pink sun.." dsb..
7. Manusia Lebay ....Updatenya selalu bertema 'gaul' dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..
Contoh.." met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah... xixiixi"
8. Manusia Terobsesi ....Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.Contoh : "duwh... sesi pemotretan lagi! cape..."
9. Manusia Sok Tau ....Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.Contoh : "Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla...bla,"
10. Bioskop Mania ...Update film yang abis ditonton dan kasih comment..Contoh : "ICE AGE 3..Recomended! !", "Transformers 2 mantab euy.."
11. Manusia pedagangContoh: "jual sepatu bla bla bla"
12. Manusia penyuluh masyarakatContoh: "jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla"
13. Manusia AlienAda berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.
Contoh:Alien 1 : "DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!"
Alien 2 : "km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? "
Alien 3 : "Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!"(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..)
14. Tipe Hidden Message ...Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..
Contoh : "For you my M***, I can' t live without you..you are my bla bla bla..","Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo.." (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca...)
15. Tipe Misterius ....Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya mengundang kontroversi.
Contoh : "Sudahlah.." , "Telah berakhir.." (apanya??),"Termenung.. ." (so what gitu, loh)
16. Tipe Gaptek (perlu beli buku panduan fb) ..Tipe ini biasanya paling bikin orang risih. Mungkin maksudnya nulis wall buat temen tp ini malah ditulis di kolom status
Contoh : hai apa kabar?, kamu lagi sama siapa?, aku kuliah jurusan akuntansi, kamu kuliah dmn?
17. Tipe motivator ....Tipe seperti ini biasanya statusnya bisa menjadi pemotivasi user fb yg lain Contoh: Hnya 0rg mLas sJa yg slLu mNgaLami k'gagLan dlm hdupx.krna bgi org yg g!at,sUatu k'gagLan adLah sbuah kberhasLan yg trtUnda.
18. Tipe musicholic ...Orang seperti ini biasanya adalah orang yang menuangkan perasaannya ke dalam musik
Contoh: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yg terbaik----D'massiv: jgn menyerah
19. Tipe jorok ....Hmm orang kayak gini gw paling gak suka. Jadi bikin bener2 ilfeelContoh: abis berak... (bayangin gan. abis berak aja langsung di publikasiin. penting bgt gak sih?)
20. Tipe religius ....Nah tipe kayak gini nih paling jarang (menurut pengamatan gw). Kecuali kalo lg ada momen2 seperti ujian akhir, ujian masuk PTN, atau sebelum pengumuman kelulusan
Contoh: Ya Allah tolong mudahkan hamba & teman2 hamba mengerjakan soal2 ujian yg akan kami hadapi besok (pas ada ujian). Ya Allah luluskan kami 1 angkatan siswa siswa SMAN ** (sebelum pengumuman kelulusan)
21. Tipe pasrah ...Orang tipe seperti ini biasanya kalo lagi kena musibah.Contoh: aduh ketauan nyontek. Udah ah liat nanti aja
22. Tipe gila bola ....Tipe yang 1 ini biasanya selalu memposting status sesuai berita bola yang lg hangat / sekedar memberi dukungan kpd tim kesayangannya. Status seperti ini biasanya sering mendapat like (gw menyebutnya ijo2 ala fb) dari user lain yg juga penggila bola.
Contoh: Xabi Alonso telah resmi dijual ke real madrid (berita). Hala Madrid (kasih dukungan)
23. Tipe Gak Jelas ....Selalu nulis status yang gak jelasContoh: Eng..ing..eng..., Treng.. teng..teng..teng..., Bla..Bla..Bla DLL
24. Tipe meratapi nasibKalo tipe ini bawaannya sedih muluContoh: katanya sayang? kok malah gini? heeem...
25. Tipe penyakitan ....Nah tipe yg ini bisa dibilang tipe musiman. Apa lagi kalo musim sakit. Wah pasti langsung banyak yg update status ttg penyakitnya.
Contoh: Aduh pilek nih, ingus meler terus lg. Aduh migran gw kambuh. Yaaa gara2 demam berdarah gw harus di opname deh
26. Tipe kedaerahan ..Orang-orang tipe ini biasanya orang yg masih berpegang teguh pada bahasa daerahnya Orang seperti ini biasanya memposting status dengan bahasa daerahnya yg orang lain blm tentu tau.
Contoh: Tmend esdhe.ko brubbah kbeh . . .tmbh aneh . . . .gosibp ezd lauazt sek usum ae ! ! Hehehehe (orang jawa)
Anda termasuk tipe yang mana ... ?? ....
Maaf nih cuma reposting ... Ngak Usah terlalu serius yach ... just joke belaka tuk menghangatkan suasana hati yg sedang jenuh
Jaringan Online Komunikasi Anak Mig313
Diskusi-Syering-Curhat-Kemanusiaan-berkarya
Melanjutkan perjuangan 41
Minggu, 07 Juli 2013
ULAMA BESAR
ULAMA BESAR
Salah satu serangan gerombolan salafi Indo terhadap Abah (KH. Nurhasan al-Ubaidah) adalah; Kalau memang H. Nurhasan itu seorang ulama’ besar, mana peninggalannya yg berupa karya tulis (kitab2 ilmu agama) ?, sebab setiap ulama’ besar pasti meninggalkan karya tulis yg banyak jumlahnya seperti imam al-Bukhari, imam Ahmad, syaikh Ibnu Taimiyah dsb.
Jawab; Kalau karya tulis dijadikan satu2nya tolok-ukur kebesaran seorang ulama’, kalau begitu tdk ada satupun sahabat Nabi Saw (termasuk 4 khulafa’ a-Rasyidin) yg layak disebut ulama’, sbb tidak ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Mereka membantah lagi; Walaupun para sahabat tdk meninggalkan karya tulis tapi merekalah yg berjasa menyampaikan Qur’an Hadits kepada para Tabiin hingga Qur’an dan Hadits2 Nabi Saw sampai kepada kita, dg sendirinya para sahabat adalah ulama’ besar.
Jawab; Kalau begitu, KH. Nurhasan sangat layak untuk disebut sbg ulama’ besar, sbb walaupun beliau tdk meninggalkan karya tulis, tapi beliau telah berjasa memperkenalkan al-Qur’an dari mulai bacaan makna hingga keterangannya secara manquul, musnad muttashil dan memperkenalkan kitab2 Hadits, terutama Kutubu as-Sittah secara utuh kepada murid2nya baik yg berguru langsung dan mendapat ilmu dari beliau, maupun yg tdk langsung yg saat ini jumlahnya sdh mencapai jutaan manusia.
KH. Nurhasan telah berhasil mengakrabkan orang awam pada al-Qur’an dan al-Hadits, banyak diantara mereka asalnya (sblm jamaah) adalah orang Islam “abangan” atau Islam KTP, sehingga kemudian mereka jadi bisa mengenal Hadits2 besar spt shohih al-Bukhori dan shohih Muslim, bukan hanya berupa cuplikan2 Hadits tapi langsung “membedah” kitab2 Hadits tsb dari mulai halaman awal sampai akhir. di dlm jamaah semua orang termasuk para Muballigh yg masih caberawit sdh kenal kitab2 Hadits sbgmn mereka mengenal anaknya sendiri, ini Sebuah prestasi yg Luarrrr….. biasa !
Bandingkan dg di luar jamaah;
Sy pernah menyaksikan langsung seorang ketua MUI salah satu provinsi di Sumatera yg sekaligus guru besar (ilmu Ushul Fiqh) di UIN (dulu IAIN) syarif Hidayatullah Jkt ,tdk kenal kitab shohih al-Bukhari.
Beliau memang tahu nama2 kitab Hadits apalagi shohih al-Bukhari dan sering berdalil menggunakan Hadits dari shohih Bukhari, namun sayangnya hanya berupa potongan2 atau cuplikan Hadits, sedangkan “jenggreng” (wujud)nya kitab Hadits belum pernah melihat secara langsung.
Sehingga ketika sy bukakan kepada beliau aslinya kitab shohih al-Bukhari, sang Profesor bertanya kepada saya ; Apa betul ini Hadits Bukhori …? (ya salaaaam…), saya jawab iya Prof, ini Hadits Bukhori, terus beliau tanya lagi kalau betul mana sanadnya ? (la ilaha illallah) dg sabar (karena menahan ketawa) saya tunjukkan ini Prof, kalimat “Haddatsana …”, “akhbarana….,” dst.
Abah memang tidak meninggalkan karya tulis sebagai peninggalan, tapi Abah telah meninggalkan karya nyata yg untuk ukuran ulama seluruh Nusantara tidak ada tandingannya, yaitu membuat umat Islam yg asalnya terbelenggu di dalam kebodohan dan jauh dari ajaran QH, menjadi pandai dan akrab dg QH shingga tahu cara menetapi agama Islam sekaligus mengerjakan ibadah dg benar
Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa 5 Bab adalah termasuk salah satu karya yg betul2 brilian dari seorang KH. Nurhasan, sbb 5 Bab adalah rumusan sederhana yg nyata2 telah berhasil merangkum seluruh peraturan Allah dan Rasul yg terdapat di dalam QH, dg kata lain; Cukup dg memahami dan mengamalkan 5 Bab maka seseorang telah menetapi agama Islam dg keseluruhan (utuh).
Abah menghabiskan waktunya untuk berdakwah bil-hal dan membimbing langsung umat (baca; Jamah) untuk mengamalkan QH secara teori dan praktek, hasil karya nyata beliau terlihat jelas, antara lain; Jamaah menjadi golongan pertama yg kaum lelakinya tdk isbal (melembrehkan celana), wanita Jamaah adalah pelopor perempuan Islam sak Indonesia untuk memakai kerudung (jilbab), Abah adalah satu2nya ulama Indonesia yg pertama kali menfatwakan haramnya rokok dsb.
Bandingkan dg ulama’ (yg dianggap) besar di Indonesia antara lain adalah; Pof. Buya HAMKA yg karya tulisnya luar biasa banyaknya dan diakui kualitas keilmuannya, termasuk diantaranya Tafsir al-Qur’an Al-Azhar sehingga beliau orang yg pertama kali mendapat gelar kehormatan Prof dari Univ al-Azhar Mesir, namun ternyata istri dan anak perempuannya tidak memakai kerudung, begitu pula dg Prof Qureisy Shihab yg dianggap ulama intelek dg banyak karya tulis termasuk tafsir al-Qur’an yg sangat fenomenal “al-Mishbah” juga sama; anak perempuannya menjadi presenter TV dan tdk memakai kerudung. Jadi kedua “ulama besar” tersebut jangankan membina umat untuk menetapi QH, la wong membina keluarga saja tdk becus.
KESIMPULAN
Kebesaran seorang ulama sama-sekali tdk bisa diukur dari peninggalannya berupa kitab2 atau karya tulis yg lainnya, sebab para sahabat Nabi sebagai orang2 yg layak dianggap lebih besarnya ulama’ besar namun tdk ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Kebesaran seorang ulama dapat kita lihat dari karya nyata perjuangannya di dalam menyebar-luaskan QH, dan keberhasilannya mendidik murid2nya untuk menetapi dan mengamalkan QH dalam kehidupan sehari2, istilahnya telah berhasil Meng”Qur’an Hadits”kan masyarakat dan memasyarakatkan Qur’an Hadits, dan hal itu telah dilakukan oleh KH. Nurhasan al-Ubaidah Lubis.
Muga2 Allah paring barokah
Salah satu serangan gerombolan salafi Indo terhadap Abah (KH. Nurhasan al-Ubaidah) adalah; Kalau memang H. Nurhasan itu seorang ulama’ besar, mana peninggalannya yg berupa karya tulis (kitab2 ilmu agama) ?, sebab setiap ulama’ besar pasti meninggalkan karya tulis yg banyak jumlahnya seperti imam al-Bukhari, imam Ahmad, syaikh Ibnu Taimiyah dsb.
Jawab; Kalau karya tulis dijadikan satu2nya tolok-ukur kebesaran seorang ulama’, kalau begitu tdk ada satupun sahabat Nabi Saw (termasuk 4 khulafa’ a-Rasyidin) yg layak disebut ulama’, sbb tidak ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Mereka membantah lagi; Walaupun para sahabat tdk meninggalkan karya tulis tapi merekalah yg berjasa menyampaikan Qur’an Hadits kepada para Tabiin hingga Qur’an dan Hadits2 Nabi Saw sampai kepada kita, dg sendirinya para sahabat adalah ulama’ besar.
Jawab; Kalau begitu, KH. Nurhasan sangat layak untuk disebut sbg ulama’ besar, sbb walaupun beliau tdk meninggalkan karya tulis, tapi beliau telah berjasa memperkenalkan al-Qur’an dari mulai bacaan makna hingga keterangannya secara manquul, musnad muttashil dan memperkenalkan kitab2 Hadits, terutama Kutubu as-Sittah secara utuh kepada murid2nya baik yg berguru langsung dan mendapat ilmu dari beliau, maupun yg tdk langsung yg saat ini jumlahnya sdh mencapai jutaan manusia.
KH. Nurhasan telah berhasil mengakrabkan orang awam pada al-Qur’an dan al-Hadits, banyak diantara mereka asalnya (sblm jamaah) adalah orang Islam “abangan” atau Islam KTP, sehingga kemudian mereka jadi bisa mengenal Hadits2 besar spt shohih al-Bukhori dan shohih Muslim, bukan hanya berupa cuplikan2 Hadits tapi langsung “membedah” kitab2 Hadits tsb dari mulai halaman awal sampai akhir. di dlm jamaah semua orang termasuk para Muballigh yg masih caberawit sdh kenal kitab2 Hadits sbgmn mereka mengenal anaknya sendiri, ini Sebuah prestasi yg Luarrrr….. biasa !
Bandingkan dg di luar jamaah;
Sy pernah menyaksikan langsung seorang ketua MUI salah satu provinsi di Sumatera yg sekaligus guru besar (ilmu Ushul Fiqh) di UIN (dulu IAIN) syarif Hidayatullah Jkt ,tdk kenal kitab shohih al-Bukhari.
Beliau memang tahu nama2 kitab Hadits apalagi shohih al-Bukhari dan sering berdalil menggunakan Hadits dari shohih Bukhari, namun sayangnya hanya berupa potongan2 atau cuplikan Hadits, sedangkan “jenggreng” (wujud)nya kitab Hadits belum pernah melihat secara langsung.
Sehingga ketika sy bukakan kepada beliau aslinya kitab shohih al-Bukhari, sang Profesor bertanya kepada saya ; Apa betul ini Hadits Bukhori …? (ya salaaaam…), saya jawab iya Prof, ini Hadits Bukhori, terus beliau tanya lagi kalau betul mana sanadnya ? (la ilaha illallah) dg sabar (karena menahan ketawa) saya tunjukkan ini Prof, kalimat “Haddatsana …”, “akhbarana….,” dst.
Abah memang tidak meninggalkan karya tulis sebagai peninggalan, tapi Abah telah meninggalkan karya nyata yg untuk ukuran ulama seluruh Nusantara tidak ada tandingannya, yaitu membuat umat Islam yg asalnya terbelenggu di dalam kebodohan dan jauh dari ajaran QH, menjadi pandai dan akrab dg QH shingga tahu cara menetapi agama Islam sekaligus mengerjakan ibadah dg benar
Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa 5 Bab adalah termasuk salah satu karya yg betul2 brilian dari seorang KH. Nurhasan, sbb 5 Bab adalah rumusan sederhana yg nyata2 telah berhasil merangkum seluruh peraturan Allah dan Rasul yg terdapat di dalam QH, dg kata lain; Cukup dg memahami dan mengamalkan 5 Bab maka seseorang telah menetapi agama Islam dg keseluruhan (utuh).
Abah menghabiskan waktunya untuk berdakwah bil-hal dan membimbing langsung umat (baca; Jamah) untuk mengamalkan QH secara teori dan praktek, hasil karya nyata beliau terlihat jelas, antara lain; Jamaah menjadi golongan pertama yg kaum lelakinya tdk isbal (melembrehkan celana), wanita Jamaah adalah pelopor perempuan Islam sak Indonesia untuk memakai kerudung (jilbab), Abah adalah satu2nya ulama Indonesia yg pertama kali menfatwakan haramnya rokok dsb.
Bandingkan dg ulama’ (yg dianggap) besar di Indonesia antara lain adalah; Pof. Buya HAMKA yg karya tulisnya luar biasa banyaknya dan diakui kualitas keilmuannya, termasuk diantaranya Tafsir al-Qur’an Al-Azhar sehingga beliau orang yg pertama kali mendapat gelar kehormatan Prof dari Univ al-Azhar Mesir, namun ternyata istri dan anak perempuannya tidak memakai kerudung, begitu pula dg Prof Qureisy Shihab yg dianggap ulama intelek dg banyak karya tulis termasuk tafsir al-Qur’an yg sangat fenomenal “al-Mishbah” juga sama; anak perempuannya menjadi presenter TV dan tdk memakai kerudung. Jadi kedua “ulama besar” tersebut jangankan membina umat untuk menetapi QH, la wong membina keluarga saja tdk becus.
KESIMPULAN
Kebesaran seorang ulama sama-sekali tdk bisa diukur dari peninggalannya berupa kitab2 atau karya tulis yg lainnya, sebab para sahabat Nabi sebagai orang2 yg layak dianggap lebih besarnya ulama’ besar namun tdk ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Kebesaran seorang ulama dapat kita lihat dari karya nyata perjuangannya di dalam menyebar-luaskan QH, dan keberhasilannya mendidik murid2nya untuk menetapi dan mengamalkan QH dalam kehidupan sehari2, istilahnya telah berhasil Meng”Qur’an Hadits”kan masyarakat dan memasyarakatkan Qur’an Hadits, dan hal itu telah dilakukan oleh KH. Nurhasan al-Ubaidah Lubis.
Muga2 Allah paring barokah
BERHATI-HATILAH DALAM MEMILIH PENDAMPINGMU...
Banyak orang yang tidak diizinkan membangun gedung tanpa terlebih dahulu menyandang gelar sarjana teknik. Namun, tidak jarang kita merekomendasikan siapa saja --laki-laki atau wanita-- untuk membangun mahligai rumah tangga tanpa mempertanyakan terlebih dahulu kadar kapabilitas dan responsibilitas yang dia sandang. Begitu banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum melangkah ke mahligai rumah tangga. Salah satunya, dan yang terpenting adalah menentukan calon pendamping hidup kita.
Jangan salahkan orang lain saat kita merasa kecewa dengan pasangan kita di kemudian hari karena memang kita yang telah menentukan untuk memilihnya dan hidup bersamanya. Tidak cukup perasaan menentukan siapa pendamping hidup kita kelak. Karenannya, kenali sifat-sifat mereka yang TIDAK BOLEH engkau jadikan pasangan hidupmu.
Kepada para wanita, Jangan Kau Menikahi Laki-Laki Ini :
1. Berani Meninggalkan Shalat
Orang yang berani meninggalkan shalat, berarti telah berani mengkhianati amanah Allah, apalagi amanah manusia. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya, “Perjanjian kami dengan mereka adalah shalat. Orang yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)
Bagaimana engkau dapat mempercayai suami yang tidak memenuhi syarat pertama yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika datang kepadamu orang yang kau sukai agamanya...,” padahal shalat adalah pilar agama.
2. Gemar Melakukan Dosa Besar
Misalnya, mabuk, berzina, dan berjudi. Hidup bersama suami seperti ini sama dengan hidup di dalam neraka. Semoga mereka bertaubat kepada Allah, agar Dia mengampuni mereka.
3. Dayyuts
Dayyuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istri. Dengan dalih kemajuan zaman, peradaban modern, dan perkembangan dunia, dia melarang istrinya berjilbab karena hal ini dianggapnya kuno dan membolehkan istrinya berjabatan (tangan, peny.), mengobrol, dan tertawa-tawa dengan laki-laki lain.
4. Anak Mama (Manja)
Lelaki yang manja bukanlah laki-laki sejati. Dia tidak akan mampu mengambil putusan secara mandiri tanpa merujuk kepada ibunya.
5. Jauh Lebih Tua
Engkau berusia 20 tahun, dia 60 tahun. Untuk apa? Harta? Karena dia memenuhi nafsumu untuk memiliki gaun-gaun indah dan perhiasan? Namun, ada satu hal yang tidak kau pertimbangkan, bahwa pada usia itu, nafsu seksualmu sedang membara, sedangkan nafsunya hampir padam. Bagaimana mengatasi masalah ini, wahai gadis muslimah?
6. Sombong dan Senang Membanggakan Diri
Orang yang memiliki mentalitas seperti ini tidak mengenal perasaan cinta. Dia hanya mencintai dirinya sendiri. Jika dia menikah, dia tidak menikah karena cinta, tapi karena nafsunya menginginkan wanita itu.
7. Workaholic (Gila Kerja)
Orang yang gila kerja hanya mengenal kerja. Dia akan terus menerus bekerja tanpa lelah dan bosan, demi kekayaan, status sosial yang tinggi, atau penghormatan orang lain. Baginya, pernikahan hanyalah pelangkap status sosial. Istri tak ubahnya sepotong perkakas rumah tangga. Jika dia butuh, dia memakainya dengan perasaan yang dingin. Banyak wanita yang terhormat dan suci merasakan problem seksual dan emosional karena diabaikan suami yang hanya memberikan harta dan makanan yang lezat.
8. Pendurhaka kepada Orangtua
Pria yang seperti ini sebenarnya menderita sakit dan harus segera disembuhkan. Dia harus tahu, bahwa orang lain akan bersikap kepada dirinya sebagaimana dia bersikap kepada orang lain. Jika dia tidak berbakti kepada orangtua, tidak menuruti perintah mereka, padahal mereka memiliki hak untuk dipatuhi, apakah dia berharap istrinya berbakti dan menuruti perintahnya semata-mata karena dia punya hak untuk itu?
9. Kebanci-bancian
Orang ini tidak dapat disebut laki-laki, karena sifat-sifatnya bukan sifat laki-laki; gaya, kata-kata, gerakan, dan pikirannya lebih menyerupai wanita. Dia tidak dapat diandalkan dalam kehidupan dan tidak memiliki kesiapan untuk memikul tanggungjawab. Sayangnya, lelaki seperti ini sangat banyak di zaman sekarang. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah mereka.
10. Kikir
Kekikiran adalah penyakit yang sulit disembuhkan. Orang yang kikir tidak dapat menyenangkan dirinya ataupun orang lain kecuali setelah dia mati. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang kita bersikap kikir. Beliau bersabda yang artinya, “Dan hindarilah sifat kikir, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, membuat mereka saling bunuh, dan melanggar kehormatan orang lain.” (HR. Muslim)
Kepada para lelaki, Jangan Engkau Nikahi Perempuan Ini
1. Kelaki-lakian
Yaitu perempuan yang tidak menyukai kewanitaan dan feminisme. Padahal, yang paling menarik pada diri seorang perempuan adalah sifat-sifat feminim, kelembutan, dan ketulusannya. Inilah yang memikat dan membuat laki-laki mencintainya. Bagaimanakah seorang suami akan memperlakukan istri yang sifatnya kelaki-lakian? Di mana rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, suara yang nyaring atau tinggi, merokok, dan lain-lain.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengutuk wanita yang kelaki-lakian.” (HR. Abu Dawud)
2. Pembangkang
Yaitu istri yang selalu berusaha meyakinkan suaminya bahwa pemikiran-pemikiran sang suami adalah salah, tuntutan-tuntutan sang suami tidak penting, sehingga secara praktis harus diabaikan atau ditunda pelaksanaannya.
Dia akan mengatakan bahwa kesengsaraan, kemalasan, atau kecerewetannya bukan karena kepribadiannya jelek, melainkan karena ulah sang suami. Dia sulit dipuaskan. Bahkan, bisa memuji semua orang, kecuali suaminya.
3. Pemarah
Yaitu wanita yang amarahnya dapat tersulut oleh hal-hal sepele tapi tidak mudah dipadamkan. Dia akan mengutuk, mencaci maki, melontarkan kata-kata kotor, menampar pipinya sendiri, bahkan merobek-robek bajunya jika permintaannya tidak segera dipenuhi oleh anak-anaknya atau suaminya.
4. Tidak Beragama
Yaitu wanita yang mengabaikan shalat, tidak berjilbab, memamerkan perhiasan, mengobral pembicaraan, dan tidak sungkan tertawa terbahak-bahak di depan banyak orang. Jika dinasihati, dia berdalih hal ini tidak bersangkut paut dengan keimanan di hati.
Kepada wanita tersebut, saya katakan, iman bukanlah lamunan ataupun hiasan, melainkan sesuatu yang tertanam kukuh di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan. Kian kukuh melaksanakan perintah Allah, kian jujur keislamanmu. Kalau tidak, itu adalah pengakuan palsu.
5. Memiliki Hubungan Asmara Sebelum Menikah
Wanita seperti ini masih perawan pada zahirnya saja, tapi batinnya tidak. Dia telah memberikan hatinya yang mahal dengan harga murah kepada pemuda yang konyol dan tidak bertanggungjawab, lewat surat-surat cinta, pembicaraan di telepon, SMS, tukar-menukar kaset lagu atau hadiah-hadiah romantis, dengan anggapan pemuda itu akan menikahinya. Lebih parah lagi, dia bersedia berdua-duaan dan membiarkan pemuda itu mencumbunya. Dan yang paling parah, dia rela menyerahkan keperawanannya demi pemuda yang mengakui mau menikahinya tersebut.
Gadis yang menyerahkan diri kepada seorang pemuda sebelum menikah, takkan dinikahi oleh pemuda itu kecuali jika pemuda itu tidak punya rasa cemburu. Kebanyakan pemuda tidak suka menikahi gadis yang telah menyerahkan diri kepadanya, karena hal itu justru menjadi bukti bahwa gadis tersebut tidak dapat menjaga kehormatan dirinya.
Setelah menikah, gadis itu akan mengalami konflik batin. Apalagi jika lelaki yang dicintainya tidak mau menikahinya. Lalu, karena takut menjadi perawan tua, dia menikah dengan siapa saja yang meminangnya. Dia takkan setia kepada suaminya, menjadi pembangkang, pemarah, dan penggerutu, kecuali jika dia benar-benar bertaubat kepada Allah dan mengerti itulah jalan hidupnya.
Jangan salahkan orang lain saat kita merasa kecewa dengan pasangan kita di kemudian hari karena memang kita yang telah menentukan untuk memilihnya dan hidup bersamanya. Tidak cukup perasaan menentukan siapa pendamping hidup kita kelak. Karenannya, kenali sifat-sifat mereka yang TIDAK BOLEH engkau jadikan pasangan hidupmu.
Kepada para wanita, Jangan Kau Menikahi Laki-Laki Ini :
1. Berani Meninggalkan Shalat
Orang yang berani meninggalkan shalat, berarti telah berani mengkhianati amanah Allah, apalagi amanah manusia. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya, “Perjanjian kami dengan mereka adalah shalat. Orang yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)
Bagaimana engkau dapat mempercayai suami yang tidak memenuhi syarat pertama yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika datang kepadamu orang yang kau sukai agamanya...,” padahal shalat adalah pilar agama.
2. Gemar Melakukan Dosa Besar
Misalnya, mabuk, berzina, dan berjudi. Hidup bersama suami seperti ini sama dengan hidup di dalam neraka. Semoga mereka bertaubat kepada Allah, agar Dia mengampuni mereka.
3. Dayyuts
Dayyuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istri. Dengan dalih kemajuan zaman, peradaban modern, dan perkembangan dunia, dia melarang istrinya berjilbab karena hal ini dianggapnya kuno dan membolehkan istrinya berjabatan (tangan, peny.), mengobrol, dan tertawa-tawa dengan laki-laki lain.
4. Anak Mama (Manja)
Lelaki yang manja bukanlah laki-laki sejati. Dia tidak akan mampu mengambil putusan secara mandiri tanpa merujuk kepada ibunya.
5. Jauh Lebih Tua
Engkau berusia 20 tahun, dia 60 tahun. Untuk apa? Harta? Karena dia memenuhi nafsumu untuk memiliki gaun-gaun indah dan perhiasan? Namun, ada satu hal yang tidak kau pertimbangkan, bahwa pada usia itu, nafsu seksualmu sedang membara, sedangkan nafsunya hampir padam. Bagaimana mengatasi masalah ini, wahai gadis muslimah?
6. Sombong dan Senang Membanggakan Diri
Orang yang memiliki mentalitas seperti ini tidak mengenal perasaan cinta. Dia hanya mencintai dirinya sendiri. Jika dia menikah, dia tidak menikah karena cinta, tapi karena nafsunya menginginkan wanita itu.
7. Workaholic (Gila Kerja)
Orang yang gila kerja hanya mengenal kerja. Dia akan terus menerus bekerja tanpa lelah dan bosan, demi kekayaan, status sosial yang tinggi, atau penghormatan orang lain. Baginya, pernikahan hanyalah pelangkap status sosial. Istri tak ubahnya sepotong perkakas rumah tangga. Jika dia butuh, dia memakainya dengan perasaan yang dingin. Banyak wanita yang terhormat dan suci merasakan problem seksual dan emosional karena diabaikan suami yang hanya memberikan harta dan makanan yang lezat.
8. Pendurhaka kepada Orangtua
Pria yang seperti ini sebenarnya menderita sakit dan harus segera disembuhkan. Dia harus tahu, bahwa orang lain akan bersikap kepada dirinya sebagaimana dia bersikap kepada orang lain. Jika dia tidak berbakti kepada orangtua, tidak menuruti perintah mereka, padahal mereka memiliki hak untuk dipatuhi, apakah dia berharap istrinya berbakti dan menuruti perintahnya semata-mata karena dia punya hak untuk itu?
9. Kebanci-bancian
Orang ini tidak dapat disebut laki-laki, karena sifat-sifatnya bukan sifat laki-laki; gaya, kata-kata, gerakan, dan pikirannya lebih menyerupai wanita. Dia tidak dapat diandalkan dalam kehidupan dan tidak memiliki kesiapan untuk memikul tanggungjawab. Sayangnya, lelaki seperti ini sangat banyak di zaman sekarang. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah mereka.
10. Kikir
Kekikiran adalah penyakit yang sulit disembuhkan. Orang yang kikir tidak dapat menyenangkan dirinya ataupun orang lain kecuali setelah dia mati. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang kita bersikap kikir. Beliau bersabda yang artinya, “Dan hindarilah sifat kikir, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, membuat mereka saling bunuh, dan melanggar kehormatan orang lain.” (HR. Muslim)
Kepada para lelaki, Jangan Engkau Nikahi Perempuan Ini
1. Kelaki-lakian
Yaitu perempuan yang tidak menyukai kewanitaan dan feminisme. Padahal, yang paling menarik pada diri seorang perempuan adalah sifat-sifat feminim, kelembutan, dan ketulusannya. Inilah yang memikat dan membuat laki-laki mencintainya. Bagaimanakah seorang suami akan memperlakukan istri yang sifatnya kelaki-lakian? Di mana rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, suara yang nyaring atau tinggi, merokok, dan lain-lain.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengutuk wanita yang kelaki-lakian.” (HR. Abu Dawud)
2. Pembangkang
Yaitu istri yang selalu berusaha meyakinkan suaminya bahwa pemikiran-pemikiran sang suami adalah salah, tuntutan-tuntutan sang suami tidak penting, sehingga secara praktis harus diabaikan atau ditunda pelaksanaannya.
Dia akan mengatakan bahwa kesengsaraan, kemalasan, atau kecerewetannya bukan karena kepribadiannya jelek, melainkan karena ulah sang suami. Dia sulit dipuaskan. Bahkan, bisa memuji semua orang, kecuali suaminya.
3. Pemarah
Yaitu wanita yang amarahnya dapat tersulut oleh hal-hal sepele tapi tidak mudah dipadamkan. Dia akan mengutuk, mencaci maki, melontarkan kata-kata kotor, menampar pipinya sendiri, bahkan merobek-robek bajunya jika permintaannya tidak segera dipenuhi oleh anak-anaknya atau suaminya.
4. Tidak Beragama
Yaitu wanita yang mengabaikan shalat, tidak berjilbab, memamerkan perhiasan, mengobral pembicaraan, dan tidak sungkan tertawa terbahak-bahak di depan banyak orang. Jika dinasihati, dia berdalih hal ini tidak bersangkut paut dengan keimanan di hati.
Kepada wanita tersebut, saya katakan, iman bukanlah lamunan ataupun hiasan, melainkan sesuatu yang tertanam kukuh di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan. Kian kukuh melaksanakan perintah Allah, kian jujur keislamanmu. Kalau tidak, itu adalah pengakuan palsu.
5. Memiliki Hubungan Asmara Sebelum Menikah
Wanita seperti ini masih perawan pada zahirnya saja, tapi batinnya tidak. Dia telah memberikan hatinya yang mahal dengan harga murah kepada pemuda yang konyol dan tidak bertanggungjawab, lewat surat-surat cinta, pembicaraan di telepon, SMS, tukar-menukar kaset lagu atau hadiah-hadiah romantis, dengan anggapan pemuda itu akan menikahinya. Lebih parah lagi, dia bersedia berdua-duaan dan membiarkan pemuda itu mencumbunya. Dan yang paling parah, dia rela menyerahkan keperawanannya demi pemuda yang mengakui mau menikahinya tersebut.
Gadis yang menyerahkan diri kepada seorang pemuda sebelum menikah, takkan dinikahi oleh pemuda itu kecuali jika pemuda itu tidak punya rasa cemburu. Kebanyakan pemuda tidak suka menikahi gadis yang telah menyerahkan diri kepadanya, karena hal itu justru menjadi bukti bahwa gadis tersebut tidak dapat menjaga kehormatan dirinya.
Setelah menikah, gadis itu akan mengalami konflik batin. Apalagi jika lelaki yang dicintainya tidak mau menikahinya. Lalu, karena takut menjadi perawan tua, dia menikah dengan siapa saja yang meminangnya. Dia takkan setia kepada suaminya, menjadi pembangkang, pemarah, dan penggerutu, kecuali jika dia benar-benar bertaubat kepada Allah dan mengerti itulah jalan hidupnya.
KETIKA
1. KETIKA AKAN MENIKAH Janganlah mencari isteri, tp carilah ibu bg anak-anak kita Janganlah mencari suami, tp carilah ayah bg anak-anak kita.
2. KETIKA MELAMAR Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
3. KETIKA AKAD NIKAH Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan do’a mereka.
5. SEJAK MALAM PERTAMA Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tp jg semak belukar yg penuh onak dan duri.
7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.
8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK. Cintailah isteri atau suami anda
9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK. Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
10. KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK. Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.
11. KETIKA EKONOMI MEMBAIK Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.
12. KETIKA MENDIDIK ANAK Jangan pernah berpikir bahwa orang a akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita
13. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.
14. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak -anaknya..
15. KETIKA ANAK BERMASALAH Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
16. KETIKA ADA PIL. Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.
17. KETIKA ADA WIL Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.
18. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.
19. KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS Gunakanlah formula 7 K 1 Ketaqwaan 2 Kasih sayang 3 Kesetiaan 4 Komunikasi dialogis 5 Keterbukaan 6 Kejujuran 7 Kesabaran.
2. KETIKA MELAMAR Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
3. KETIKA AKAD NIKAH Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan do’a mereka.
5. SEJAK MALAM PERTAMA Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tp jg semak belukar yg penuh onak dan duri.
7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.
8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK. Cintailah isteri atau suami anda
9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK. Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
10. KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK. Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.
11. KETIKA EKONOMI MEMBAIK Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.
12. KETIKA MENDIDIK ANAK Jangan pernah berpikir bahwa orang a akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita
13. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.
14. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak -anaknya..
15. KETIKA ANAK BERMASALAH Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
16. KETIKA ADA PIL. Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.
17. KETIKA ADA WIL Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.
18. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.
19. KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS Gunakanlah formula 7 K 1 Ketaqwaan 2 Kasih sayang 3 Kesetiaan 4 Komunikasi dialogis 5 Keterbukaan 6 Kejujuran 7 Kesabaran.
Mengapa Takut Menikah?
Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka tidak saja berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga.
Mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Banyak alasan dari kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat, ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.
Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan” (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, ” dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, “dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu.” (Al-Isra: 77)
Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.
Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.
Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.
Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.â€
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.†(HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.
Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali kita mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.†Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.†(lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.†(HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.†(HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.†(lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban†ke “pernikahan sebagai ibadahâ€. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allahâ€. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : milist ukhuwah_sehati@yahoogroups.com
Mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Banyak alasan dari kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat, ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.
Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan” (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, ” dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, “dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu.” (Al-Isra: 77)
Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.
Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.
Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.
Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.â€
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.†(HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.
Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali kita mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.†Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.†(lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.†(HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.†(HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.†(lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban†ke “pernikahan sebagai ibadahâ€. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allahâ€. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : milist ukhuwah_sehati@yahoogroups.com
Benarkah Penghuni Neraka Paling Banyak Kaum Wanita?
Benar. Tapi, sebagai kaum wanita sholehat tidak perlu cemas, berkecil hati, merasa rendah, seolah-olah dinomor duakan. Coba kita perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Hujurot No. Surat: 49, Ayat: 13, Alloh berfirman :
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia (di antara) kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (diantara) kalian”.
Dan di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Thobroni, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Yang artinya: “Ketika seorang wanita sudah mengerjakan sholatnya yang lima waktu, dan sudah mengerjakan puasanya bulan Romadhon, dan sudah bisa menjaga farji (kemaluan) nya, dan sudah bisa tho’at kepada suaminya. Maka di katakan padanya “masuklah kamu ke surga dari pintu mana yang kamu kehendaki!”
Adapun mensikapi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits riwayat Imam Bukhori yang artinya: “Aku di perlihatkan neraka, maka samasekali aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih jelek seperti hari ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”.
Kaum wanita yang beriman “Mu’minat” tidak perlu demonstrasi untuk menolak hadits tersebut atau stress karena hadits itu. Karena hadits tersebut berkwalitas shohih dan tentu saja kita yakin sekali pada kebenaran sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tidakkah begitu? Yang terpenting adalah berfikir bagaimana caranya agar kaum wanita tidak termasuk dari bagian wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka itu.
Kalaupun misalnya sabda Rosul itu berbunyi “Aku di perlihatkan neraka penghuninya paling sedikit wanita”, tapi kalau kaum wanitanya sendiri malah termasuk di dalam kaum wanita yang paling sedikit itu, maka celakalah kaum wanita. Seperti misalnya ketika ada sebuah majalah di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengadakan sebuah penelitian dan berkesimpulan, bahwa sembilan dari sepuluh suami di Jakarta pernah melakukan selingkuh. Apakah ketika itu ibu-ibu dari Majelis Ta’lim berdemonstrasi untuk menolak hasil penelitian terebut? Ternyata tidak, kan?! Mengapa? Karena, mereka merasa bahwa suaminya tidak termasuk golongan yang sembilan itu. maka ibu-ibu tersebut tenang-tenang saja, alias adem ayem.
Kalaulah masih ada hal-hal yang perlu dibenahi dari para penasihat, penceramah maklumlah mereka juga manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kaum wanita dalam kapasitas sebagai wanita mu’minat, sholehat sangat diharapkan bersedia untuk memberikan masukan kepada penasihat, penceramah sehingga pada lain kesempatan akan lebih baik.
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia (di antara) kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (diantara) kalian”.
Dan di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Thobroni, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Yang artinya: “Ketika seorang wanita sudah mengerjakan sholatnya yang lima waktu, dan sudah mengerjakan puasanya bulan Romadhon, dan sudah bisa menjaga farji (kemaluan) nya, dan sudah bisa tho’at kepada suaminya. Maka di katakan padanya “masuklah kamu ke surga dari pintu mana yang kamu kehendaki!”
Adapun mensikapi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits riwayat Imam Bukhori yang artinya: “Aku di perlihatkan neraka, maka samasekali aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih jelek seperti hari ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”.
Kaum wanita yang beriman “Mu’minat” tidak perlu demonstrasi untuk menolak hadits tersebut atau stress karena hadits itu. Karena hadits tersebut berkwalitas shohih dan tentu saja kita yakin sekali pada kebenaran sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tidakkah begitu? Yang terpenting adalah berfikir bagaimana caranya agar kaum wanita tidak termasuk dari bagian wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka itu.
Kalaupun misalnya sabda Rosul itu berbunyi “Aku di perlihatkan neraka penghuninya paling sedikit wanita”, tapi kalau kaum wanitanya sendiri malah termasuk di dalam kaum wanita yang paling sedikit itu, maka celakalah kaum wanita. Seperti misalnya ketika ada sebuah majalah di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengadakan sebuah penelitian dan berkesimpulan, bahwa sembilan dari sepuluh suami di Jakarta pernah melakukan selingkuh. Apakah ketika itu ibu-ibu dari Majelis Ta’lim berdemonstrasi untuk menolak hasil penelitian terebut? Ternyata tidak, kan?! Mengapa? Karena, mereka merasa bahwa suaminya tidak termasuk golongan yang sembilan itu. maka ibu-ibu tersebut tenang-tenang saja, alias adem ayem.
Kalaulah masih ada hal-hal yang perlu dibenahi dari para penasihat, penceramah maklumlah mereka juga manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kaum wanita dalam kapasitas sebagai wanita mu’minat, sholehat sangat diharapkan bersedia untuk memberikan masukan kepada penasihat, penceramah sehingga pada lain kesempatan akan lebih baik.
KESENANGAN SESAAT SENGSARA SEPANJANG MASA
awalnya aku cium-ciuman
akhirnya aku peluk-pelukan
tak sadar aku dirayu setan
tak sadar aku ku kebablasan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran tidurnya berduaan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran suka gelap-gelapan
0 o ow aku hamil duluan
o ow sudah tiga bulan
Naudzu bila mindalaik, dari cuplikan Lyrics lagu sinta dan jojo klo kita coba sedikit untuk merenung dan meresapi bahwa awalnya pelanggaran HAD (Zina) sedikit banyak dari Tlp,sms,cheting dll
tidak munafik dan tidak di pungkiri hampir kita semua perna melakukan Tlp,sms,cheting dll dengan lawan jenis kita yang belom mahrom dengan kita,sekararang tinggal pintar pintarnya kita untuk menahan diri mengendalikan diri agar tidak terjerumus di dalam pelangaran besar (Zina) maupun pelangaran kecil,karena apabila kita sampe melakukan Zina kafarohnya hanya
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun dan mereka tidak boleh di nikahkan karena apabila di nikahkan hukumnya Zina seumur hidup
tapi peraktek nyata yang salah kapra orang yang melakukan zina bagi pasangan muda/mudi atau tua dll yang ketauan zina di nikahkan masaallah.....
Tak bisa kita pungkiri juga awal dari pelangaran besar (Zina) itu berawal dari pelangaran kecil.
kita semua sudah tau dan sudah kita kaji bawasanya dosa dari pelangaran besar (Zina) ada 6 siksaan yang menanti ,
3 di dunia 3 di akhirat di antaranya sebagai berikut:
Di Dunia:
1.Pendeknya umur
2.Hilangnya wibawa
3.mengekalkan kefakiran
Di Akhirat:
1.Murkanya Allah
2.Jeleknya hisapan
3.Neraka pasti
CATATAN:
6 siksaan ini tidak akan menimpa bagi anak adam yang melakukan zina apabila mau benar benar bertaubat kepada allah dan mau mencari pulihan mencari tambahan pahala dengan cara
Sholat tasbih seumur Hidup, memperbanyak shodakoh seumur Hidup, membaca istifar sebanyak-banyaknya minimal dalam sehari 1000x seumur Hidup, mau puasa suna seumur hidup (puasa nabi dawud atau puasa suna yang lainya)
semuaanya ini hanya jalan alternatif barang kali allah mau menggampuni bagi orang yang perna berzina karena sejatinya kafaroh jalan tobat bagi orang yang sudah melakukan zina itu hanya bisa di lebur dengan cara
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun
Anak adam sudah dikatakan zina apabila kelamin laki2 sudah masuk kedalam kelamin perempuan atau kelamin laki2.atau kelamin perempuan atau laki laki sudah menempel langsung itu hukumnya pun sudah zina dan sudah kenak siksaan dari allah.
tetapi ironisnya anak anak adam yang sudah terkena musibah zina mereka malas malasan ibadah kepada allah malas malasan minta ampun kepada allah,
dan ironisnya lagi bagi meraka yang sudah zina dan tau dosanya apa dan kafaronya apa ketika mereka bertobat setan jin dedemit tidak rela dan tidak ridho apabila mereka bertobat dengan setiap hari di bisiki haiiiiii....... anak adam ngapain kamu tobat ayooo zina lagi...kamu sudah bejat ayooo sekalian rusaknya,kamu sudah tidak di ampuni oleh allah.
Hai anak adam ketahuilah allah itu maha adil allah maha mengetahui apa apa yang ada di dunia akhirat dan seisinya tetep semangat lah beribadah tetep semangat laa mencari pulihan tambahan amalan ibadah jangan perna putus asa karena putus asah adalah pekerjaanya setan dan sodara-sodaranya, meskipun hidupmu adalah taruhan antara surga neraka karena dampak dari musibah dosa kecil yang kau anggap enteng dan akhirnya jadi besar (ZINA) sekarang tugas mu hanya mencari pulihan memperbanyak amalan agar barang kali allah mau mengampuni dari dosamu tersebut.
SEMOGA KITA,SODARA2 KITA ANAK2 KITA, KELUARGA2 KITA BISA TERJAGA DARI PERBUATAN ZINA TERSEBUT
Amin...............100x
KAMU BOLEH NAKAL SENAKAL ANAKALNYA DENGAN SYARAT:
1.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA AGAMA MU
2.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA KELUARGA MU
3.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA MU SENDIRI
Jadi tau kah kamu kesimpulanya dari 3 hal tersebut apa????
GAK BOLEH NAKAL.....................
Semoga bermanfat tulisan ini tidak ada unsur menjatuhkan atau sok faham atau yang lainya pada dasarnya tulisan ini untuk nasehat, alaram pribadi bagi penulis agar jangan sampe melakukan hal tersebut.
semoga kita yang belom terjerumus dalam dosa itu kita bisa menjaga diri dan bagi yang sudah terjerumus di perbuatan tersebut bisa dan mau bertaubat kepada allah amin......
by:http://www.facebook.com/notes/mase-nafan/kesenangan-sesaat-sengsara-sepanjang-masa/10150762230005553
akhirnya aku peluk-pelukan
tak sadar aku dirayu setan
tak sadar aku ku kebablasan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran tidurnya berduaan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran suka gelap-gelapan
0 o ow aku hamil duluan
o ow sudah tiga bulan
Naudzu bila mindalaik, dari cuplikan Lyrics lagu sinta dan jojo klo kita coba sedikit untuk merenung dan meresapi bahwa awalnya pelanggaran HAD (Zina) sedikit banyak dari Tlp,sms,cheting dll
tidak munafik dan tidak di pungkiri hampir kita semua perna melakukan Tlp,sms,cheting dll dengan lawan jenis kita yang belom mahrom dengan kita,sekararang tinggal pintar pintarnya kita untuk menahan diri mengendalikan diri agar tidak terjerumus di dalam pelangaran besar (Zina) maupun pelangaran kecil,karena apabila kita sampe melakukan Zina kafarohnya hanya
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun dan mereka tidak boleh di nikahkan karena apabila di nikahkan hukumnya Zina seumur hidup
tapi peraktek nyata yang salah kapra orang yang melakukan zina bagi pasangan muda/mudi atau tua dll yang ketauan zina di nikahkan masaallah.....
Tak bisa kita pungkiri juga awal dari pelangaran besar (Zina) itu berawal dari pelangaran kecil.
kita semua sudah tau dan sudah kita kaji bawasanya dosa dari pelangaran besar (Zina) ada 6 siksaan yang menanti ,
3 di dunia 3 di akhirat di antaranya sebagai berikut:
Di Dunia:
1.Pendeknya umur
2.Hilangnya wibawa
3.mengekalkan kefakiran
Di Akhirat:
1.Murkanya Allah
2.Jeleknya hisapan
3.Neraka pasti
CATATAN:
6 siksaan ini tidak akan menimpa bagi anak adam yang melakukan zina apabila mau benar benar bertaubat kepada allah dan mau mencari pulihan mencari tambahan pahala dengan cara
Sholat tasbih seumur Hidup, memperbanyak shodakoh seumur Hidup, membaca istifar sebanyak-banyaknya minimal dalam sehari 1000x seumur Hidup, mau puasa suna seumur hidup (puasa nabi dawud atau puasa suna yang lainya)
semuaanya ini hanya jalan alternatif barang kali allah mau menggampuni bagi orang yang perna berzina karena sejatinya kafaroh jalan tobat bagi orang yang sudah melakukan zina itu hanya bisa di lebur dengan cara
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun
Anak adam sudah dikatakan zina apabila kelamin laki2 sudah masuk kedalam kelamin perempuan atau kelamin laki2.atau kelamin perempuan atau laki laki sudah menempel langsung itu hukumnya pun sudah zina dan sudah kenak siksaan dari allah.
tetapi ironisnya anak anak adam yang sudah terkena musibah zina mereka malas malasan ibadah kepada allah malas malasan minta ampun kepada allah,
dan ironisnya lagi bagi meraka yang sudah zina dan tau dosanya apa dan kafaronya apa ketika mereka bertobat setan jin dedemit tidak rela dan tidak ridho apabila mereka bertobat dengan setiap hari di bisiki haiiiiii....... anak adam ngapain kamu tobat ayooo zina lagi...kamu sudah bejat ayooo sekalian rusaknya,kamu sudah tidak di ampuni oleh allah.
Hai anak adam ketahuilah allah itu maha adil allah maha mengetahui apa apa yang ada di dunia akhirat dan seisinya tetep semangat lah beribadah tetep semangat laa mencari pulihan tambahan amalan ibadah jangan perna putus asa karena putus asah adalah pekerjaanya setan dan sodara-sodaranya, meskipun hidupmu adalah taruhan antara surga neraka karena dampak dari musibah dosa kecil yang kau anggap enteng dan akhirnya jadi besar (ZINA) sekarang tugas mu hanya mencari pulihan memperbanyak amalan agar barang kali allah mau mengampuni dari dosamu tersebut.
SEMOGA KITA,SODARA2 KITA ANAK2 KITA, KELUARGA2 KITA BISA TERJAGA DARI PERBUATAN ZINA TERSEBUT
Amin...............100x
KAMU BOLEH NAKAL SENAKAL ANAKALNYA DENGAN SYARAT:
1.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA AGAMA MU
2.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA KELUARGA MU
3.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA MU SENDIRI
Jadi tau kah kamu kesimpulanya dari 3 hal tersebut apa????
GAK BOLEH NAKAL.....................
Semoga bermanfat tulisan ini tidak ada unsur menjatuhkan atau sok faham atau yang lainya pada dasarnya tulisan ini untuk nasehat, alaram pribadi bagi penulis agar jangan sampe melakukan hal tersebut.
semoga kita yang belom terjerumus dalam dosa itu kita bisa menjaga diri dan bagi yang sudah terjerumus di perbuatan tersebut bisa dan mau bertaubat kepada allah amin......
by:http://www.facebook.com/notes/mase-nafan/kesenangan-sesaat-sengsara-sepanjang-masa/10150762230005553
Langganan:
Postingan (Atom)