Melanjutkan perjuangan 41
Minggu, 07 Juli 2013
Ikut2an Dan Pentingnya Ilmu
Dilarangnya kita ikut2an bukan hanya untuk barang negatif, my dear anggota page. Tapi juga hal positif.
Tadi siang saya memposting contoh: orang2 pacaran, orang2 merokok, nge-fans dengan boyband klimis, nge-gang, kelayapan malam-malam, pada umumnya karena ikut2an. Itu betul. Apa selera orang disekitarnya dia ikut, apa trend di sebelahnya dia nyangkut. Sama sekali tidak peduli, misalnya, kalau anggota boyband yg dia gilai, hidup serumah dengan cewek lain tanpa menikah, hidup bebas, dan bertebaran prilaku sejenis lainnya. Lupa, ada nasehat dalam agama ini, kelak, di hari penghabisan, kita akan bersama dengan orang yang kita 'cintai' di dunia ini. Jadi, kalau suka anggota boyband, nanti bergabung dengan barisan mereka. Bukan barisan yang lain.
Tapi saya tidak akan membahas hal ini, kadung susah menghadapi orang2nya, sudah berbeda zona waktu. Saya hanya akan menjelaskan urusan lain yang lebih mendesak dan penting, dan semoga didengarkan. Bahwa, dalam hal positif pun kita dilarang sekadar ikut2an.
Shalat misalnya, itu benar, anak2 diajarkan shalat dengan mencontoh, dengan mengikuti gerakan orang dewasa, dengan meniru bacaan orang dewasa di sekitarnya, tapi mutlak hukumnya, saat seseorang sudah tiba masanya, dia mencari tahu kenapa harus shalat, kenapa dia shalatnya begitu, dan berbagai penjelasan penting tentang: kenapa harus ada aktivitas yang disebut shalat. Bagaimana mungkin, kelak hingga mati, kita sama sekali tidak punya ide kenapa selama ini saya harus shalat, apa tujuan shalat, kenapa begini, kenapa begitu. Astagfirullah, bayangkan, apa kata dunia, berpuluh tahun kita shalat, bahkan kita tidak tahu kenapa harus ada barang yang disebut shalat. Lantas ditanya, kenapa shalat? Ikut-ikutan. Gawat sekali, kawan.
Jadi, jika dalam urusan shalat (yang jelas langit-bumi pasti positif) kita disuruh tahu ilmunya, tahu alasannya, punya pondasi pengetahuan yang memadai, apalagi urusan lain. Silahkan saja ikut2an banyak hal, tapi pastikan kita tahu itu positif, bermanfaat. Banyak orang menjadi spesial, karena ikut2an pada awalnya, tapi kemudian dia mencari tahu apa untungnya, apa ruginya. Paham apa yang harus dilakukan, apa yang harus diperbaiki.
My dear anggota page, manusia diciptakan begitu sempurna oleh Allah. Kita jelas bukan mahkluk paling kuat, paling cepat, paling liat, tapi kita dilengkapi dengan akal pikiran. Gunakanlah untuk berpikir. Manusia adalah mahkluk merdeka, kita diberikan hak memilih, hak untuk menentukan diri sendiri, maka jangan pernah biarkan trend, kecenderungan, justeru merendahkan hak-hak istimewa yang diberikan oleh Allah. Jika kalian masih remaja, masih sekolah, itu masa keemasan untuk belajar banyak hal, membaca beratus buku, menimbun pengetahuan--apa saja, itu momen hebat untuk mulai memiliki pondasi yang baik dalam setiap urusan. Biarkan saja teman-teman kalian sibuk dengan trend, kalian sebaliknya sibuk memperbaiki diri. Biarkan saja teman2 kalian asyik dengan pacaran dan gaya hidup mereka, bahkan tega bilang kita kuper, nggak gaul, kalian pilihlah sibuk terus belajar.
Pada akhirnya, orang2 yang paham ikut2an sesuatu yang positif dan bermanfaat, akan terlihat cool dalam setiap kesempatan--sesederhana apapun orang tersebut. Dan jelas, tidak akan merugi orang2 yang selalu tahu kenapa dia harus melakukan sesuatu.
Nah, akan saya tutup tulisan ini dengan sebuah pertanyaan--dari teman kalian juga yang seusia: Bang Tere bagaimana biar kita tahu apakah kita suka ikut2an atau tidak atas sesuatu?
Jawabannya: Mudah. Lihat saja apa reaksi kita saat melihat postingan yg mengingatkan soal tersebut. Kalau kita sakit hati, tersinggung, defensif, komplain, keberatan, marah2, balas sok tahu menceramahi/menasehati atas postingan tersebut, baik langsung, maupun hanya dalam hati, maka biasanya positif kita ikut2an. Karena orang yg tahu persis dia TIDAK ikut2an, saat ada orang yg menyebut2, menyindir2, maka dia baik2 saja, karena dia tahu persis kenapa dia melakukannya.
Sumber : Fanspage Darwis Tere Liye
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar