Melanjutkan perjuangan 41

Jokam Cyber Community [Berpengaruh Tidak Terpengaruh]

the best friendst

the best friendst
"Menampung Aspirasi, Menyampaikan Informasi, Menjalin Komunikasi, Mendekatkan Instituisi"

Minggu, 07 Juli 2013

ULAMA BESAR

ULAMA BESAR

Salah satu serangan gerombolan salafi Indo terhadap Abah (KH. Nurhasan al-Ubaidah) adalah; Kalau memang H. Nurhasan itu seorang ulama’ besar, mana peninggalannya yg berupa karya tulis (kitab2 ilmu agama) ?, sebab setiap ulama’ besar pasti meninggalkan karya tulis yg banyak jumlahnya seperti imam al-Bukhari, imam Ahmad, syaikh Ibnu Taimiyah dsb.

Jawab; Kalau karya tulis dijadikan satu2nya tolok-ukur kebesaran seorang ulama’, kalau begitu tdk ada satupun sahabat Nabi Saw (termasuk 4 khulafa’ a-Rasyidin) yg layak disebut ulama’, sbb tidak ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.

Mereka membantah lagi; Walaupun para sahabat tdk meninggalkan karya tulis tapi merekalah yg berjasa menyampaikan Qur’an Hadits kepada para Tabiin hingga Qur’an dan Hadits2 Nabi Saw sampai kepada kita, dg sendirinya para sahabat adalah ulama’ besar.

Jawab; Kalau begitu, KH. Nurhasan sangat layak untuk disebut sbg ulama’ besar, sbb walaupun beliau tdk meninggalkan karya tulis, tapi beliau telah berjasa memperkenalkan al-Qur’an dari mulai bacaan makna hingga keterangannya secara manquul, musnad muttashil dan memperkenalkan kitab2 Hadits, terutama Kutubu as-Sittah secara utuh kepada murid2nya baik yg berguru langsung dan mendapat ilmu dari beliau, maupun yg tdk langsung yg saat ini jumlahnya sdh mencapai jutaan manusia.

KH. Nurhasan telah berhasil mengakrabkan orang awam pada al-Qur’an dan al-Hadits, banyak diantara mereka asalnya (sblm jamaah) adalah orang Islam “abangan” atau Islam KTP, sehingga kemudian mereka jadi bisa mengenal Hadits2 besar spt shohih al-Bukhori dan shohih Muslim, bukan hanya berupa cuplikan2 Hadits tapi langsung “membedah” kitab2 Hadits tsb dari mulai halaman awal sampai akhir. di dlm jamaah semua orang termasuk para Muballigh yg masih caberawit sdh kenal kitab2 Hadits sbgmn mereka mengenal anaknya sendiri, ini Sebuah prestasi yg Luarrrr….. biasa !

Bandingkan dg di luar jamaah;
Sy pernah menyaksikan langsung seorang ketua MUI salah satu provinsi di Sumatera yg sekaligus guru besar (ilmu Ushul Fiqh) di UIN (dulu IAIN) syarif Hidayatullah Jkt ,tdk kenal kitab shohih al-Bukhari.

Beliau memang tahu nama2 kitab Hadits apalagi shohih al-Bukhari dan sering berdalil menggunakan Hadits dari shohih Bukhari, namun sayangnya hanya berupa potongan2 atau cuplikan Hadits, sedangkan “jenggreng” (wujud)nya kitab Hadits belum pernah melihat secara langsung.

Sehingga ketika sy bukakan kepada beliau aslinya kitab shohih al-Bukhari, sang Profesor bertanya kepada saya ; Apa betul ini Hadits Bukhori …? (ya salaaaam…), saya jawab iya Prof, ini Hadits Bukhori, terus beliau tanya lagi kalau betul mana sanadnya ? (la ilaha illallah) dg sabar (karena menahan ketawa) saya tunjukkan ini Prof, kalimat “Haddatsana …”, “akhbarana….,” dst.

Abah memang tidak meninggalkan karya tulis sebagai peninggalan, tapi Abah telah meninggalkan karya nyata yg untuk ukuran ulama seluruh Nusantara tidak ada tandingannya, yaitu membuat umat Islam yg asalnya terbelenggu di dalam kebodohan dan jauh dari ajaran QH, menjadi pandai dan akrab dg QH shingga tahu cara menetapi agama Islam sekaligus mengerjakan ibadah dg benar

Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa 5 Bab adalah termasuk salah satu karya yg betul2 brilian dari seorang KH. Nurhasan, sbb 5 Bab adalah rumusan sederhana yg nyata2 telah berhasil merangkum seluruh peraturan Allah dan Rasul yg terdapat di dalam QH, dg kata lain; Cukup dg memahami dan mengamalkan 5 Bab maka seseorang telah menetapi agama Islam dg keseluruhan (utuh).

Abah menghabiskan waktunya untuk berdakwah bil-hal dan membimbing langsung umat (baca; Jamah) untuk mengamalkan QH secara teori dan praktek, hasil karya nyata beliau terlihat jelas, antara lain; Jamaah menjadi golongan pertama yg kaum lelakinya tdk isbal (melembrehkan celana), wanita Jamaah adalah pelopor perempuan Islam sak Indonesia untuk memakai kerudung (jilbab), Abah adalah satu2nya ulama Indonesia yg pertama kali menfatwakan haramnya rokok dsb.

Bandingkan dg ulama’ (yg dianggap) besar di Indonesia antara lain adalah; Pof. Buya HAMKA yg karya tulisnya luar biasa banyaknya dan diakui kualitas keilmuannya, termasuk diantaranya Tafsir al-Qur’an Al-Azhar sehingga beliau orang yg pertama kali mendapat gelar kehormatan Prof dari Univ al-Azhar Mesir, namun ternyata istri dan anak perempuannya tidak memakai kerudung, begitu pula dg Prof Qureisy Shihab yg dianggap ulama intelek dg banyak karya tulis termasuk tafsir al-Qur’an yg sangat fenomenal “al-Mishbah” juga sama; anak perempuannya menjadi presenter TV dan tdk memakai kerudung. Jadi kedua “ulama besar” tersebut jangankan membina umat untuk menetapi QH, la wong membina keluarga saja tdk becus.

KESIMPULAN

Kebesaran seorang ulama sama-sekali tdk bisa diukur dari peninggalannya berupa kitab2 atau karya tulis yg lainnya, sebab para sahabat Nabi sebagai orang2 yg layak dianggap lebih besarnya ulama’ besar namun tdk ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.

Kebesaran seorang ulama dapat kita lihat dari karya nyata perjuangannya di dalam menyebar-luaskan QH, dan keberhasilannya mendidik murid2nya untuk menetapi dan mengamalkan QH dalam kehidupan sehari2, istilahnya telah berhasil Meng”Qur’an Hadits”kan masyarakat dan memasyarakatkan Qur’an Hadits, dan hal itu telah dilakukan oleh KH. Nurhasan al-Ubaidah Lubis.

Muga2 Allah paring barokah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar