Benar. Tapi, sebagai kaum wanita sholehat tidak perlu cemas, berkecil hati, merasa rendah, seolah-olah dinomor duakan. Coba kita perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Hujurot No. Surat: 49, Ayat: 13, Alloh berfirman :
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia (di antara) kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (diantara) kalian”.
Dan di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Thobroni, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Yang artinya: “Ketika seorang wanita sudah mengerjakan sholatnya yang lima waktu, dan sudah mengerjakan puasanya bulan Romadhon, dan sudah bisa menjaga farji (kemaluan) nya, dan sudah bisa tho’at kepada suaminya. Maka di katakan padanya “masuklah kamu ke surga dari pintu mana yang kamu kehendaki!”
Adapun mensikapi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits riwayat Imam Bukhori yang artinya: “Aku di perlihatkan neraka, maka samasekali aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih jelek seperti hari ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”.
Kaum wanita yang beriman “Mu’minat” tidak perlu demonstrasi untuk menolak hadits tersebut atau stress karena hadits itu. Karena hadits tersebut berkwalitas shohih dan tentu saja kita yakin sekali pada kebenaran sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tidakkah begitu? Yang terpenting adalah berfikir bagaimana caranya agar kaum wanita tidak termasuk dari bagian wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka itu.
Kalaupun misalnya sabda Rosul itu berbunyi “Aku di perlihatkan neraka penghuninya paling sedikit wanita”, tapi kalau kaum wanitanya sendiri malah termasuk di dalam kaum wanita yang paling sedikit itu, maka celakalah kaum wanita. Seperti misalnya ketika ada sebuah majalah di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengadakan sebuah penelitian dan berkesimpulan, bahwa sembilan dari sepuluh suami di Jakarta pernah melakukan selingkuh. Apakah ketika itu ibu-ibu dari Majelis Ta’lim berdemonstrasi untuk menolak hasil penelitian terebut? Ternyata tidak, kan?! Mengapa? Karena, mereka merasa bahwa suaminya tidak termasuk golongan yang sembilan itu. maka ibu-ibu tersebut tenang-tenang saja, alias adem ayem.
Kalaulah masih ada hal-hal yang perlu dibenahi dari para penasihat, penceramah maklumlah mereka juga manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kaum wanita dalam kapasitas sebagai wanita mu’minat, sholehat sangat diharapkan bersedia untuk memberikan masukan kepada penasihat, penceramah sehingga pada lain kesempatan akan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar