~* ..... MENGINTIP KEPRIBADIAN MANUSIA DARI STATUS FACEBOOK ..... *~
Ini adalah beberapa kategori kepribadian manusia melalui satus FB nya :
1. Manusia Super Update ...Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.
Contoh : "Lagi makan di restoran A..", "Dalam perjalanan menuju neraka..", "Saatnya baca koran..", dan sebagainya.
2. Manusia Melankolis ....Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.
Contoh : "Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..".
3. Manusia Tukang Ngeluh ...Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.
Contoh : " Jakarta maceeet..!! Panas pula..", "Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!", "Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do' i..", dsb.
4. Manusia Sombong ...Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.
Contoh : "Otw ke Paris ..!!", "BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..", "Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,"
5. Manusia Puitis ....Dari judulnya udah jelas. Status nya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.
Contoh : "Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan", "Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", "Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu".
6. Manusia in English ...Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis gicyu Low..
Contoh : "Tie and Chair..", "I can tooth (kentut), you Pink sun.." dsb..
7. Manusia Lebay ....Updatenya selalu bertema 'gaul' dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..
Contoh.." met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah... xixiixi"
8. Manusia Terobsesi ....Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jd artis ga dapat-dapat.Contoh : "duwh... sesi pemotretan lagi! cape..."
9. Manusia Sok Tau ....Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.Contoh : "Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla...bla,"
10. Bioskop Mania ...Update film yang abis ditonton dan kasih comment..Contoh : "ICE AGE 3..Recomended! !", "Transformers 2 mantab euy.."
11. Manusia pedagangContoh: "jual sepatu bla bla bla"
12. Manusia penyuluh masyarakatContoh: "jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla"
13. Manusia AlienAda berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.
Contoh:Alien 1 : "DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!"
Alien 2 : "km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? "
Alien 3 : "Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!"(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..)
14. Tipe Hidden Message ...Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..
Contoh : "For you my M***, I can' t live without you..you are my bla bla bla..","Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo.." (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca...)
15. Tipe Misterius ....Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya mengundang kontroversi.
Contoh : "Sudahlah.." , "Telah berakhir.." (apanya??),"Termenung.. ." (so what gitu, loh)
16. Tipe Gaptek (perlu beli buku panduan fb) ..Tipe ini biasanya paling bikin orang risih. Mungkin maksudnya nulis wall buat temen tp ini malah ditulis di kolom status
Contoh : hai apa kabar?, kamu lagi sama siapa?, aku kuliah jurusan akuntansi, kamu kuliah dmn?
17. Tipe motivator ....Tipe seperti ini biasanya statusnya bisa menjadi pemotivasi user fb yg lain Contoh: Hnya 0rg mLas sJa yg slLu mNgaLami k'gagLan dlm hdupx.krna bgi org yg g!at,sUatu k'gagLan adLah sbuah kberhasLan yg trtUnda.
18. Tipe musicholic ...Orang seperti ini biasanya adalah orang yang menuangkan perasaannya ke dalam musik
Contoh: Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yg terbaik----D'massiv: jgn menyerah
19. Tipe jorok ....Hmm orang kayak gini gw paling gak suka. Jadi bikin bener2 ilfeelContoh: abis berak... (bayangin gan. abis berak aja langsung di publikasiin. penting bgt gak sih?)
20. Tipe religius ....Nah tipe kayak gini nih paling jarang (menurut pengamatan gw). Kecuali kalo lg ada momen2 seperti ujian akhir, ujian masuk PTN, atau sebelum pengumuman kelulusan
Contoh: Ya Allah tolong mudahkan hamba & teman2 hamba mengerjakan soal2 ujian yg akan kami hadapi besok (pas ada ujian). Ya Allah luluskan kami 1 angkatan siswa siswa SMAN ** (sebelum pengumuman kelulusan)
21. Tipe pasrah ...Orang tipe seperti ini biasanya kalo lagi kena musibah.Contoh: aduh ketauan nyontek. Udah ah liat nanti aja
22. Tipe gila bola ....Tipe yang 1 ini biasanya selalu memposting status sesuai berita bola yang lg hangat / sekedar memberi dukungan kpd tim kesayangannya. Status seperti ini biasanya sering mendapat like (gw menyebutnya ijo2 ala fb) dari user lain yg juga penggila bola.
Contoh: Xabi Alonso telah resmi dijual ke real madrid (berita). Hala Madrid (kasih dukungan)
23. Tipe Gak Jelas ....Selalu nulis status yang gak jelasContoh: Eng..ing..eng..., Treng.. teng..teng..teng..., Bla..Bla..Bla DLL
24. Tipe meratapi nasibKalo tipe ini bawaannya sedih muluContoh: katanya sayang? kok malah gini? heeem...
25. Tipe penyakitan ....Nah tipe yg ini bisa dibilang tipe musiman. Apa lagi kalo musim sakit. Wah pasti langsung banyak yg update status ttg penyakitnya.
Contoh: Aduh pilek nih, ingus meler terus lg. Aduh migran gw kambuh. Yaaa gara2 demam berdarah gw harus di opname deh
26. Tipe kedaerahan ..Orang-orang tipe ini biasanya orang yg masih berpegang teguh pada bahasa daerahnya Orang seperti ini biasanya memposting status dengan bahasa daerahnya yg orang lain blm tentu tau.
Contoh: Tmend esdhe.ko brubbah kbeh . . .tmbh aneh . . . .gosibp ezd lauazt sek usum ae ! ! Hehehehe (orang jawa)
Anda termasuk tipe yang mana ... ?? ....
Maaf nih cuma reposting ... Ngak Usah terlalu serius yach ... just joke belaka tuk menghangatkan suasana hati yg sedang jenuh
Melanjutkan perjuangan 41
Minggu, 07 Juli 2013
ULAMA BESAR
ULAMA BESAR
Salah satu serangan gerombolan salafi Indo terhadap Abah (KH. Nurhasan al-Ubaidah) adalah; Kalau memang H. Nurhasan itu seorang ulama’ besar, mana peninggalannya yg berupa karya tulis (kitab2 ilmu agama) ?, sebab setiap ulama’ besar pasti meninggalkan karya tulis yg banyak jumlahnya seperti imam al-Bukhari, imam Ahmad, syaikh Ibnu Taimiyah dsb.
Jawab; Kalau karya tulis dijadikan satu2nya tolok-ukur kebesaran seorang ulama’, kalau begitu tdk ada satupun sahabat Nabi Saw (termasuk 4 khulafa’ a-Rasyidin) yg layak disebut ulama’, sbb tidak ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Mereka membantah lagi; Walaupun para sahabat tdk meninggalkan karya tulis tapi merekalah yg berjasa menyampaikan Qur’an Hadits kepada para Tabiin hingga Qur’an dan Hadits2 Nabi Saw sampai kepada kita, dg sendirinya para sahabat adalah ulama’ besar.
Jawab; Kalau begitu, KH. Nurhasan sangat layak untuk disebut sbg ulama’ besar, sbb walaupun beliau tdk meninggalkan karya tulis, tapi beliau telah berjasa memperkenalkan al-Qur’an dari mulai bacaan makna hingga keterangannya secara manquul, musnad muttashil dan memperkenalkan kitab2 Hadits, terutama Kutubu as-Sittah secara utuh kepada murid2nya baik yg berguru langsung dan mendapat ilmu dari beliau, maupun yg tdk langsung yg saat ini jumlahnya sdh mencapai jutaan manusia.
KH. Nurhasan telah berhasil mengakrabkan orang awam pada al-Qur’an dan al-Hadits, banyak diantara mereka asalnya (sblm jamaah) adalah orang Islam “abangan” atau Islam KTP, sehingga kemudian mereka jadi bisa mengenal Hadits2 besar spt shohih al-Bukhori dan shohih Muslim, bukan hanya berupa cuplikan2 Hadits tapi langsung “membedah” kitab2 Hadits tsb dari mulai halaman awal sampai akhir. di dlm jamaah semua orang termasuk para Muballigh yg masih caberawit sdh kenal kitab2 Hadits sbgmn mereka mengenal anaknya sendiri, ini Sebuah prestasi yg Luarrrr….. biasa !
Bandingkan dg di luar jamaah;
Sy pernah menyaksikan langsung seorang ketua MUI salah satu provinsi di Sumatera yg sekaligus guru besar (ilmu Ushul Fiqh) di UIN (dulu IAIN) syarif Hidayatullah Jkt ,tdk kenal kitab shohih al-Bukhari.
Beliau memang tahu nama2 kitab Hadits apalagi shohih al-Bukhari dan sering berdalil menggunakan Hadits dari shohih Bukhari, namun sayangnya hanya berupa potongan2 atau cuplikan Hadits, sedangkan “jenggreng” (wujud)nya kitab Hadits belum pernah melihat secara langsung.
Sehingga ketika sy bukakan kepada beliau aslinya kitab shohih al-Bukhari, sang Profesor bertanya kepada saya ; Apa betul ini Hadits Bukhori …? (ya salaaaam…), saya jawab iya Prof, ini Hadits Bukhori, terus beliau tanya lagi kalau betul mana sanadnya ? (la ilaha illallah) dg sabar (karena menahan ketawa) saya tunjukkan ini Prof, kalimat “Haddatsana …”, “akhbarana….,” dst.
Abah memang tidak meninggalkan karya tulis sebagai peninggalan, tapi Abah telah meninggalkan karya nyata yg untuk ukuran ulama seluruh Nusantara tidak ada tandingannya, yaitu membuat umat Islam yg asalnya terbelenggu di dalam kebodohan dan jauh dari ajaran QH, menjadi pandai dan akrab dg QH shingga tahu cara menetapi agama Islam sekaligus mengerjakan ibadah dg benar
Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa 5 Bab adalah termasuk salah satu karya yg betul2 brilian dari seorang KH. Nurhasan, sbb 5 Bab adalah rumusan sederhana yg nyata2 telah berhasil merangkum seluruh peraturan Allah dan Rasul yg terdapat di dalam QH, dg kata lain; Cukup dg memahami dan mengamalkan 5 Bab maka seseorang telah menetapi agama Islam dg keseluruhan (utuh).
Abah menghabiskan waktunya untuk berdakwah bil-hal dan membimbing langsung umat (baca; Jamah) untuk mengamalkan QH secara teori dan praktek, hasil karya nyata beliau terlihat jelas, antara lain; Jamaah menjadi golongan pertama yg kaum lelakinya tdk isbal (melembrehkan celana), wanita Jamaah adalah pelopor perempuan Islam sak Indonesia untuk memakai kerudung (jilbab), Abah adalah satu2nya ulama Indonesia yg pertama kali menfatwakan haramnya rokok dsb.
Bandingkan dg ulama’ (yg dianggap) besar di Indonesia antara lain adalah; Pof. Buya HAMKA yg karya tulisnya luar biasa banyaknya dan diakui kualitas keilmuannya, termasuk diantaranya Tafsir al-Qur’an Al-Azhar sehingga beliau orang yg pertama kali mendapat gelar kehormatan Prof dari Univ al-Azhar Mesir, namun ternyata istri dan anak perempuannya tidak memakai kerudung, begitu pula dg Prof Qureisy Shihab yg dianggap ulama intelek dg banyak karya tulis termasuk tafsir al-Qur’an yg sangat fenomenal “al-Mishbah” juga sama; anak perempuannya menjadi presenter TV dan tdk memakai kerudung. Jadi kedua “ulama besar” tersebut jangankan membina umat untuk menetapi QH, la wong membina keluarga saja tdk becus.
KESIMPULAN
Kebesaran seorang ulama sama-sekali tdk bisa diukur dari peninggalannya berupa kitab2 atau karya tulis yg lainnya, sebab para sahabat Nabi sebagai orang2 yg layak dianggap lebih besarnya ulama’ besar namun tdk ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Kebesaran seorang ulama dapat kita lihat dari karya nyata perjuangannya di dalam menyebar-luaskan QH, dan keberhasilannya mendidik murid2nya untuk menetapi dan mengamalkan QH dalam kehidupan sehari2, istilahnya telah berhasil Meng”Qur’an Hadits”kan masyarakat dan memasyarakatkan Qur’an Hadits, dan hal itu telah dilakukan oleh KH. Nurhasan al-Ubaidah Lubis.
Muga2 Allah paring barokah
Salah satu serangan gerombolan salafi Indo terhadap Abah (KH. Nurhasan al-Ubaidah) adalah; Kalau memang H. Nurhasan itu seorang ulama’ besar, mana peninggalannya yg berupa karya tulis (kitab2 ilmu agama) ?, sebab setiap ulama’ besar pasti meninggalkan karya tulis yg banyak jumlahnya seperti imam al-Bukhari, imam Ahmad, syaikh Ibnu Taimiyah dsb.
Jawab; Kalau karya tulis dijadikan satu2nya tolok-ukur kebesaran seorang ulama’, kalau begitu tdk ada satupun sahabat Nabi Saw (termasuk 4 khulafa’ a-Rasyidin) yg layak disebut ulama’, sbb tidak ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Mereka membantah lagi; Walaupun para sahabat tdk meninggalkan karya tulis tapi merekalah yg berjasa menyampaikan Qur’an Hadits kepada para Tabiin hingga Qur’an dan Hadits2 Nabi Saw sampai kepada kita, dg sendirinya para sahabat adalah ulama’ besar.
Jawab; Kalau begitu, KH. Nurhasan sangat layak untuk disebut sbg ulama’ besar, sbb walaupun beliau tdk meninggalkan karya tulis, tapi beliau telah berjasa memperkenalkan al-Qur’an dari mulai bacaan makna hingga keterangannya secara manquul, musnad muttashil dan memperkenalkan kitab2 Hadits, terutama Kutubu as-Sittah secara utuh kepada murid2nya baik yg berguru langsung dan mendapat ilmu dari beliau, maupun yg tdk langsung yg saat ini jumlahnya sdh mencapai jutaan manusia.
KH. Nurhasan telah berhasil mengakrabkan orang awam pada al-Qur’an dan al-Hadits, banyak diantara mereka asalnya (sblm jamaah) adalah orang Islam “abangan” atau Islam KTP, sehingga kemudian mereka jadi bisa mengenal Hadits2 besar spt shohih al-Bukhori dan shohih Muslim, bukan hanya berupa cuplikan2 Hadits tapi langsung “membedah” kitab2 Hadits tsb dari mulai halaman awal sampai akhir. di dlm jamaah semua orang termasuk para Muballigh yg masih caberawit sdh kenal kitab2 Hadits sbgmn mereka mengenal anaknya sendiri, ini Sebuah prestasi yg Luarrrr….. biasa !
Bandingkan dg di luar jamaah;
Sy pernah menyaksikan langsung seorang ketua MUI salah satu provinsi di Sumatera yg sekaligus guru besar (ilmu Ushul Fiqh) di UIN (dulu IAIN) syarif Hidayatullah Jkt ,tdk kenal kitab shohih al-Bukhari.
Beliau memang tahu nama2 kitab Hadits apalagi shohih al-Bukhari dan sering berdalil menggunakan Hadits dari shohih Bukhari, namun sayangnya hanya berupa potongan2 atau cuplikan Hadits, sedangkan “jenggreng” (wujud)nya kitab Hadits belum pernah melihat secara langsung.
Sehingga ketika sy bukakan kepada beliau aslinya kitab shohih al-Bukhari, sang Profesor bertanya kepada saya ; Apa betul ini Hadits Bukhori …? (ya salaaaam…), saya jawab iya Prof, ini Hadits Bukhori, terus beliau tanya lagi kalau betul mana sanadnya ? (la ilaha illallah) dg sabar (karena menahan ketawa) saya tunjukkan ini Prof, kalimat “Haddatsana …”, “akhbarana….,” dst.
Abah memang tidak meninggalkan karya tulis sebagai peninggalan, tapi Abah telah meninggalkan karya nyata yg untuk ukuran ulama seluruh Nusantara tidak ada tandingannya, yaitu membuat umat Islam yg asalnya terbelenggu di dalam kebodohan dan jauh dari ajaran QH, menjadi pandai dan akrab dg QH shingga tahu cara menetapi agama Islam sekaligus mengerjakan ibadah dg benar
Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa 5 Bab adalah termasuk salah satu karya yg betul2 brilian dari seorang KH. Nurhasan, sbb 5 Bab adalah rumusan sederhana yg nyata2 telah berhasil merangkum seluruh peraturan Allah dan Rasul yg terdapat di dalam QH, dg kata lain; Cukup dg memahami dan mengamalkan 5 Bab maka seseorang telah menetapi agama Islam dg keseluruhan (utuh).
Abah menghabiskan waktunya untuk berdakwah bil-hal dan membimbing langsung umat (baca; Jamah) untuk mengamalkan QH secara teori dan praktek, hasil karya nyata beliau terlihat jelas, antara lain; Jamaah menjadi golongan pertama yg kaum lelakinya tdk isbal (melembrehkan celana), wanita Jamaah adalah pelopor perempuan Islam sak Indonesia untuk memakai kerudung (jilbab), Abah adalah satu2nya ulama Indonesia yg pertama kali menfatwakan haramnya rokok dsb.
Bandingkan dg ulama’ (yg dianggap) besar di Indonesia antara lain adalah; Pof. Buya HAMKA yg karya tulisnya luar biasa banyaknya dan diakui kualitas keilmuannya, termasuk diantaranya Tafsir al-Qur’an Al-Azhar sehingga beliau orang yg pertama kali mendapat gelar kehormatan Prof dari Univ al-Azhar Mesir, namun ternyata istri dan anak perempuannya tidak memakai kerudung, begitu pula dg Prof Qureisy Shihab yg dianggap ulama intelek dg banyak karya tulis termasuk tafsir al-Qur’an yg sangat fenomenal “al-Mishbah” juga sama; anak perempuannya menjadi presenter TV dan tdk memakai kerudung. Jadi kedua “ulama besar” tersebut jangankan membina umat untuk menetapi QH, la wong membina keluarga saja tdk becus.
KESIMPULAN
Kebesaran seorang ulama sama-sekali tdk bisa diukur dari peninggalannya berupa kitab2 atau karya tulis yg lainnya, sebab para sahabat Nabi sebagai orang2 yg layak dianggap lebih besarnya ulama’ besar namun tdk ada satupun diantara mereka yg meninggalkan karya tulis.
Kebesaran seorang ulama dapat kita lihat dari karya nyata perjuangannya di dalam menyebar-luaskan QH, dan keberhasilannya mendidik murid2nya untuk menetapi dan mengamalkan QH dalam kehidupan sehari2, istilahnya telah berhasil Meng”Qur’an Hadits”kan masyarakat dan memasyarakatkan Qur’an Hadits, dan hal itu telah dilakukan oleh KH. Nurhasan al-Ubaidah Lubis.
Muga2 Allah paring barokah
BERHATI-HATILAH DALAM MEMILIH PENDAMPINGMU...
Banyak orang yang tidak diizinkan membangun gedung tanpa terlebih dahulu menyandang gelar sarjana teknik. Namun, tidak jarang kita merekomendasikan siapa saja --laki-laki atau wanita-- untuk membangun mahligai rumah tangga tanpa mempertanyakan terlebih dahulu kadar kapabilitas dan responsibilitas yang dia sandang. Begitu banyak hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan sebelum melangkah ke mahligai rumah tangga. Salah satunya, dan yang terpenting adalah menentukan calon pendamping hidup kita.
Jangan salahkan orang lain saat kita merasa kecewa dengan pasangan kita di kemudian hari karena memang kita yang telah menentukan untuk memilihnya dan hidup bersamanya. Tidak cukup perasaan menentukan siapa pendamping hidup kita kelak. Karenannya, kenali sifat-sifat mereka yang TIDAK BOLEH engkau jadikan pasangan hidupmu.
Kepada para wanita, Jangan Kau Menikahi Laki-Laki Ini :
1. Berani Meninggalkan Shalat
Orang yang berani meninggalkan shalat, berarti telah berani mengkhianati amanah Allah, apalagi amanah manusia. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya, “Perjanjian kami dengan mereka adalah shalat. Orang yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)
Bagaimana engkau dapat mempercayai suami yang tidak memenuhi syarat pertama yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika datang kepadamu orang yang kau sukai agamanya...,” padahal shalat adalah pilar agama.
2. Gemar Melakukan Dosa Besar
Misalnya, mabuk, berzina, dan berjudi. Hidup bersama suami seperti ini sama dengan hidup di dalam neraka. Semoga mereka bertaubat kepada Allah, agar Dia mengampuni mereka.
3. Dayyuts
Dayyuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istri. Dengan dalih kemajuan zaman, peradaban modern, dan perkembangan dunia, dia melarang istrinya berjilbab karena hal ini dianggapnya kuno dan membolehkan istrinya berjabatan (tangan, peny.), mengobrol, dan tertawa-tawa dengan laki-laki lain.
4. Anak Mama (Manja)
Lelaki yang manja bukanlah laki-laki sejati. Dia tidak akan mampu mengambil putusan secara mandiri tanpa merujuk kepada ibunya.
5. Jauh Lebih Tua
Engkau berusia 20 tahun, dia 60 tahun. Untuk apa? Harta? Karena dia memenuhi nafsumu untuk memiliki gaun-gaun indah dan perhiasan? Namun, ada satu hal yang tidak kau pertimbangkan, bahwa pada usia itu, nafsu seksualmu sedang membara, sedangkan nafsunya hampir padam. Bagaimana mengatasi masalah ini, wahai gadis muslimah?
6. Sombong dan Senang Membanggakan Diri
Orang yang memiliki mentalitas seperti ini tidak mengenal perasaan cinta. Dia hanya mencintai dirinya sendiri. Jika dia menikah, dia tidak menikah karena cinta, tapi karena nafsunya menginginkan wanita itu.
7. Workaholic (Gila Kerja)
Orang yang gila kerja hanya mengenal kerja. Dia akan terus menerus bekerja tanpa lelah dan bosan, demi kekayaan, status sosial yang tinggi, atau penghormatan orang lain. Baginya, pernikahan hanyalah pelangkap status sosial. Istri tak ubahnya sepotong perkakas rumah tangga. Jika dia butuh, dia memakainya dengan perasaan yang dingin. Banyak wanita yang terhormat dan suci merasakan problem seksual dan emosional karena diabaikan suami yang hanya memberikan harta dan makanan yang lezat.
8. Pendurhaka kepada Orangtua
Pria yang seperti ini sebenarnya menderita sakit dan harus segera disembuhkan. Dia harus tahu, bahwa orang lain akan bersikap kepada dirinya sebagaimana dia bersikap kepada orang lain. Jika dia tidak berbakti kepada orangtua, tidak menuruti perintah mereka, padahal mereka memiliki hak untuk dipatuhi, apakah dia berharap istrinya berbakti dan menuruti perintahnya semata-mata karena dia punya hak untuk itu?
9. Kebanci-bancian
Orang ini tidak dapat disebut laki-laki, karena sifat-sifatnya bukan sifat laki-laki; gaya, kata-kata, gerakan, dan pikirannya lebih menyerupai wanita. Dia tidak dapat diandalkan dalam kehidupan dan tidak memiliki kesiapan untuk memikul tanggungjawab. Sayangnya, lelaki seperti ini sangat banyak di zaman sekarang. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah mereka.
10. Kikir
Kekikiran adalah penyakit yang sulit disembuhkan. Orang yang kikir tidak dapat menyenangkan dirinya ataupun orang lain kecuali setelah dia mati. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang kita bersikap kikir. Beliau bersabda yang artinya, “Dan hindarilah sifat kikir, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, membuat mereka saling bunuh, dan melanggar kehormatan orang lain.” (HR. Muslim)
Kepada para lelaki, Jangan Engkau Nikahi Perempuan Ini
1. Kelaki-lakian
Yaitu perempuan yang tidak menyukai kewanitaan dan feminisme. Padahal, yang paling menarik pada diri seorang perempuan adalah sifat-sifat feminim, kelembutan, dan ketulusannya. Inilah yang memikat dan membuat laki-laki mencintainya. Bagaimanakah seorang suami akan memperlakukan istri yang sifatnya kelaki-lakian? Di mana rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, suara yang nyaring atau tinggi, merokok, dan lain-lain.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengutuk wanita yang kelaki-lakian.” (HR. Abu Dawud)
2. Pembangkang
Yaitu istri yang selalu berusaha meyakinkan suaminya bahwa pemikiran-pemikiran sang suami adalah salah, tuntutan-tuntutan sang suami tidak penting, sehingga secara praktis harus diabaikan atau ditunda pelaksanaannya.
Dia akan mengatakan bahwa kesengsaraan, kemalasan, atau kecerewetannya bukan karena kepribadiannya jelek, melainkan karena ulah sang suami. Dia sulit dipuaskan. Bahkan, bisa memuji semua orang, kecuali suaminya.
3. Pemarah
Yaitu wanita yang amarahnya dapat tersulut oleh hal-hal sepele tapi tidak mudah dipadamkan. Dia akan mengutuk, mencaci maki, melontarkan kata-kata kotor, menampar pipinya sendiri, bahkan merobek-robek bajunya jika permintaannya tidak segera dipenuhi oleh anak-anaknya atau suaminya.
4. Tidak Beragama
Yaitu wanita yang mengabaikan shalat, tidak berjilbab, memamerkan perhiasan, mengobral pembicaraan, dan tidak sungkan tertawa terbahak-bahak di depan banyak orang. Jika dinasihati, dia berdalih hal ini tidak bersangkut paut dengan keimanan di hati.
Kepada wanita tersebut, saya katakan, iman bukanlah lamunan ataupun hiasan, melainkan sesuatu yang tertanam kukuh di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan. Kian kukuh melaksanakan perintah Allah, kian jujur keislamanmu. Kalau tidak, itu adalah pengakuan palsu.
5. Memiliki Hubungan Asmara Sebelum Menikah
Wanita seperti ini masih perawan pada zahirnya saja, tapi batinnya tidak. Dia telah memberikan hatinya yang mahal dengan harga murah kepada pemuda yang konyol dan tidak bertanggungjawab, lewat surat-surat cinta, pembicaraan di telepon, SMS, tukar-menukar kaset lagu atau hadiah-hadiah romantis, dengan anggapan pemuda itu akan menikahinya. Lebih parah lagi, dia bersedia berdua-duaan dan membiarkan pemuda itu mencumbunya. Dan yang paling parah, dia rela menyerahkan keperawanannya demi pemuda yang mengakui mau menikahinya tersebut.
Gadis yang menyerahkan diri kepada seorang pemuda sebelum menikah, takkan dinikahi oleh pemuda itu kecuali jika pemuda itu tidak punya rasa cemburu. Kebanyakan pemuda tidak suka menikahi gadis yang telah menyerahkan diri kepadanya, karena hal itu justru menjadi bukti bahwa gadis tersebut tidak dapat menjaga kehormatan dirinya.
Setelah menikah, gadis itu akan mengalami konflik batin. Apalagi jika lelaki yang dicintainya tidak mau menikahinya. Lalu, karena takut menjadi perawan tua, dia menikah dengan siapa saja yang meminangnya. Dia takkan setia kepada suaminya, menjadi pembangkang, pemarah, dan penggerutu, kecuali jika dia benar-benar bertaubat kepada Allah dan mengerti itulah jalan hidupnya.
Jangan salahkan orang lain saat kita merasa kecewa dengan pasangan kita di kemudian hari karena memang kita yang telah menentukan untuk memilihnya dan hidup bersamanya. Tidak cukup perasaan menentukan siapa pendamping hidup kita kelak. Karenannya, kenali sifat-sifat mereka yang TIDAK BOLEH engkau jadikan pasangan hidupmu.
Kepada para wanita, Jangan Kau Menikahi Laki-Laki Ini :
1. Berani Meninggalkan Shalat
Orang yang berani meninggalkan shalat, berarti telah berani mengkhianati amanah Allah, apalagi amanah manusia. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya, “Perjanjian kami dengan mereka adalah shalat. Orang yang meninggalkannya berarti dia telah kafir.” (HR. Tirmidzi)
Bagaimana engkau dapat mempercayai suami yang tidak memenuhi syarat pertama yang ditetapkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika datang kepadamu orang yang kau sukai agamanya...,” padahal shalat adalah pilar agama.
2. Gemar Melakukan Dosa Besar
Misalnya, mabuk, berzina, dan berjudi. Hidup bersama suami seperti ini sama dengan hidup di dalam neraka. Semoga mereka bertaubat kepada Allah, agar Dia mengampuni mereka.
3. Dayyuts
Dayyuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu kepada istri. Dengan dalih kemajuan zaman, peradaban modern, dan perkembangan dunia, dia melarang istrinya berjilbab karena hal ini dianggapnya kuno dan membolehkan istrinya berjabatan (tangan, peny.), mengobrol, dan tertawa-tawa dengan laki-laki lain.
4. Anak Mama (Manja)
Lelaki yang manja bukanlah laki-laki sejati. Dia tidak akan mampu mengambil putusan secara mandiri tanpa merujuk kepada ibunya.
5. Jauh Lebih Tua
Engkau berusia 20 tahun, dia 60 tahun. Untuk apa? Harta? Karena dia memenuhi nafsumu untuk memiliki gaun-gaun indah dan perhiasan? Namun, ada satu hal yang tidak kau pertimbangkan, bahwa pada usia itu, nafsu seksualmu sedang membara, sedangkan nafsunya hampir padam. Bagaimana mengatasi masalah ini, wahai gadis muslimah?
6. Sombong dan Senang Membanggakan Diri
Orang yang memiliki mentalitas seperti ini tidak mengenal perasaan cinta. Dia hanya mencintai dirinya sendiri. Jika dia menikah, dia tidak menikah karena cinta, tapi karena nafsunya menginginkan wanita itu.
7. Workaholic (Gila Kerja)
Orang yang gila kerja hanya mengenal kerja. Dia akan terus menerus bekerja tanpa lelah dan bosan, demi kekayaan, status sosial yang tinggi, atau penghormatan orang lain. Baginya, pernikahan hanyalah pelangkap status sosial. Istri tak ubahnya sepotong perkakas rumah tangga. Jika dia butuh, dia memakainya dengan perasaan yang dingin. Banyak wanita yang terhormat dan suci merasakan problem seksual dan emosional karena diabaikan suami yang hanya memberikan harta dan makanan yang lezat.
8. Pendurhaka kepada Orangtua
Pria yang seperti ini sebenarnya menderita sakit dan harus segera disembuhkan. Dia harus tahu, bahwa orang lain akan bersikap kepada dirinya sebagaimana dia bersikap kepada orang lain. Jika dia tidak berbakti kepada orangtua, tidak menuruti perintah mereka, padahal mereka memiliki hak untuk dipatuhi, apakah dia berharap istrinya berbakti dan menuruti perintahnya semata-mata karena dia punya hak untuk itu?
9. Kebanci-bancian
Orang ini tidak dapat disebut laki-laki, karena sifat-sifatnya bukan sifat laki-laki; gaya, kata-kata, gerakan, dan pikirannya lebih menyerupai wanita. Dia tidak dapat diandalkan dalam kehidupan dan tidak memiliki kesiapan untuk memikul tanggungjawab. Sayangnya, lelaki seperti ini sangat banyak di zaman sekarang. Semoga Allah tidak memperbanyak jumlah mereka.
10. Kikir
Kekikiran adalah penyakit yang sulit disembuhkan. Orang yang kikir tidak dapat menyenangkan dirinya ataupun orang lain kecuali setelah dia mati. Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang kita bersikap kikir. Beliau bersabda yang artinya, “Dan hindarilah sifat kikir, karena kekikiran telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu, membuat mereka saling bunuh, dan melanggar kehormatan orang lain.” (HR. Muslim)
Kepada para lelaki, Jangan Engkau Nikahi Perempuan Ini
1. Kelaki-lakian
Yaitu perempuan yang tidak menyukai kewanitaan dan feminisme. Padahal, yang paling menarik pada diri seorang perempuan adalah sifat-sifat feminim, kelembutan, dan ketulusannya. Inilah yang memikat dan membuat laki-laki mencintainya. Bagaimanakah seorang suami akan memperlakukan istri yang sifatnya kelaki-lakian? Di mana rambutnya dipotong pendek seperti laki-laki, suara yang nyaring atau tinggi, merokok, dan lain-lain.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam mengutuk wanita yang kelaki-lakian.” (HR. Abu Dawud)
2. Pembangkang
Yaitu istri yang selalu berusaha meyakinkan suaminya bahwa pemikiran-pemikiran sang suami adalah salah, tuntutan-tuntutan sang suami tidak penting, sehingga secara praktis harus diabaikan atau ditunda pelaksanaannya.
Dia akan mengatakan bahwa kesengsaraan, kemalasan, atau kecerewetannya bukan karena kepribadiannya jelek, melainkan karena ulah sang suami. Dia sulit dipuaskan. Bahkan, bisa memuji semua orang, kecuali suaminya.
3. Pemarah
Yaitu wanita yang amarahnya dapat tersulut oleh hal-hal sepele tapi tidak mudah dipadamkan. Dia akan mengutuk, mencaci maki, melontarkan kata-kata kotor, menampar pipinya sendiri, bahkan merobek-robek bajunya jika permintaannya tidak segera dipenuhi oleh anak-anaknya atau suaminya.
4. Tidak Beragama
Yaitu wanita yang mengabaikan shalat, tidak berjilbab, memamerkan perhiasan, mengobral pembicaraan, dan tidak sungkan tertawa terbahak-bahak di depan banyak orang. Jika dinasihati, dia berdalih hal ini tidak bersangkut paut dengan keimanan di hati.
Kepada wanita tersebut, saya katakan, iman bukanlah lamunan ataupun hiasan, melainkan sesuatu yang tertanam kukuh di dalam hati dan dibuktikan oleh perbuatan. Kian kukuh melaksanakan perintah Allah, kian jujur keislamanmu. Kalau tidak, itu adalah pengakuan palsu.
5. Memiliki Hubungan Asmara Sebelum Menikah
Wanita seperti ini masih perawan pada zahirnya saja, tapi batinnya tidak. Dia telah memberikan hatinya yang mahal dengan harga murah kepada pemuda yang konyol dan tidak bertanggungjawab, lewat surat-surat cinta, pembicaraan di telepon, SMS, tukar-menukar kaset lagu atau hadiah-hadiah romantis, dengan anggapan pemuda itu akan menikahinya. Lebih parah lagi, dia bersedia berdua-duaan dan membiarkan pemuda itu mencumbunya. Dan yang paling parah, dia rela menyerahkan keperawanannya demi pemuda yang mengakui mau menikahinya tersebut.
Gadis yang menyerahkan diri kepada seorang pemuda sebelum menikah, takkan dinikahi oleh pemuda itu kecuali jika pemuda itu tidak punya rasa cemburu. Kebanyakan pemuda tidak suka menikahi gadis yang telah menyerahkan diri kepadanya, karena hal itu justru menjadi bukti bahwa gadis tersebut tidak dapat menjaga kehormatan dirinya.
Setelah menikah, gadis itu akan mengalami konflik batin. Apalagi jika lelaki yang dicintainya tidak mau menikahinya. Lalu, karena takut menjadi perawan tua, dia menikah dengan siapa saja yang meminangnya. Dia takkan setia kepada suaminya, menjadi pembangkang, pemarah, dan penggerutu, kecuali jika dia benar-benar bertaubat kepada Allah dan mengerti itulah jalan hidupnya.
KETIKA
1. KETIKA AKAN MENIKAH Janganlah mencari isteri, tp carilah ibu bg anak-anak kita Janganlah mencari suami, tp carilah ayah bg anak-anak kita.
2. KETIKA MELAMAR Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
3. KETIKA AKAD NIKAH Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan do’a mereka.
5. SEJAK MALAM PERTAMA Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tp jg semak belukar yg penuh onak dan duri.
7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.
8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK. Cintailah isteri atau suami anda
9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK. Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
10. KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK. Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.
11. KETIKA EKONOMI MEMBAIK Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.
12. KETIKA MENDIDIK ANAK Jangan pernah berpikir bahwa orang a akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita
13. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.
14. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak -anaknya..
15. KETIKA ANAK BERMASALAH Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
16. KETIKA ADA PIL. Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.
17. KETIKA ADA WIL Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.
18. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.
19. KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS Gunakanlah formula 7 K 1 Ketaqwaan 2 Kasih sayang 3 Kesetiaan 4 Komunikasi dialogis 5 Keterbukaan 6 Kejujuran 7 Kesabaran.
2. KETIKA MELAMAR Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
3. KETIKA AKAD NIKAH Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa’kan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan do’a mereka.
5. SEJAK MALAM PERTAMA Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tp jg semak belukar yg penuh onak dan duri.
7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan.
8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK. Cintailah isteri atau suami anda
9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK. Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
10. KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK. Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.
11. KETIKA EKONOMI MEMBAIK Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita.
12. KETIKA MENDIDIK ANAK Jangan pernah berpikir bahwa orang a akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita
13. KETIKA ANDA ADALAH SUAMI Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.
14. KETIKA ANDA ADALAH ISTERI Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan. tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak -anaknya..
15. KETIKA ANAK BERMASALAH Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
16. KETIKA ADA PIL. Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.
17. KETIKA ADA WIL Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.
18. KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.
19. KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS Gunakanlah formula 7 K 1 Ketaqwaan 2 Kasih sayang 3 Kesetiaan 4 Komunikasi dialogis 5 Keterbukaan 6 Kejujuran 7 Kesabaran.
Mengapa Takut Menikah?
Kita hidup di zaman yang mengajarkan pergaulan bebas, menonjolkan aurat, dan mempertontonkan perzinaan. Bila mereka tidak saja berani kepada Allah dengan melakukan tindakan yang tidak hanya merusak diri, melainkan juga menghancurkan institusi rumah tangga.
Mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Banyak alasan dari kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat, ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.
Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan” (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, ” dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, “dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu.” (Al-Isra: 77)
Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.
Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.
Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.
Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.â€
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.†(HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.
Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali kita mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.†Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.†(lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.†(HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.†(HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.†(lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban†ke “pernikahan sebagai ibadahâ€. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allahâ€. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : milist ukhuwah_sehati@yahoogroups.com
Mengapa kita takut untuk mentaati Allah dengan membangun rumah tangga yang kokoh? Bila kita beralasan ada resiko yang harus dipikul setelah menikah, bukankah perzinaan juga punya segudang resiko? Bahkan resikonya lebih besar. Bukankankah melajang ada juga resikonya?
Hidup, bagaimanapun adalah sebuah resiko. Mati pun resiko. Yang tidak ada resikonya adalah bahwa kita tidak dilahirkan ke dunia. Tetapi kalau kita berpikir bagaimana lari dari resiko, itu pemecahan yang mustahil. Allah tidak pernah mengajarkan kita agar mencari pemecahan yang mustahil. Bila ternyata segala sesuatu ada resikonya, maksiat maupun taat, mengapa kita tidak segera melangkah kepada sikap yang resikonya lebih baik? Sudah barang tentu bahwa resiko pernikahan lebih baik daripada resiko pergaulan bebas (baca: zina). Karenanya Allah mengajarkan pernikahan dan menolak perzinaan.
Banyak alasan dari kawan-kawan yang masih melajang, padahal ia mampu untuk menikah. Setelah saya kejar alasannya, ternyata semua alasan itu tidak berpijak pada fondasi yang kuat, ada yang beralasan untuk mengumpulkan bekal terlebih dahulu, ada yang beralasan untuk mencari ilmu dulu, dan lain sebagainya. Berikut ini kita akan mengulas mengenai mengapa kita harus segera menikah? Sekaligus di celah pembahasan saya akan menjawab atas beberapa alasan yang pernah mereka kemukakan untuk membenarkan sikap.
Menikah itu Fitrah
Allah Taala menegakkan sunnah-Nya di alam ini atas dasar berpasang-pasangan. Wa min kulli syai’in khalaqnaa zaujain, “dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan” (Adz-Dzariyaat: 49). Ada siang ada malam, ada laki ada perempuan. Masing-masing memerankan fungsinya sesuai dengan tujuan utama yang telah Allah rencanakan. Tidak ada dari sunnah tersebut yang Allah ubah, kapanpun dan di manapun berada. Walan tajida lisunnatillah tabdilla, ” dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah” (Al-Ahzab: 62). Walan tajida lisunnatillah tahwiila, “dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan kami itu.” (Al-Isra: 77)
Dengan melanggar sunnah itu berarti kita telah meletakkan diri pada posisi bahaya. Karena tidak mungkin Allah meletakkan sebuah sunnah tanpa ada kesatuan dan keterkaitan dengan sIstem lainnya yang bekerja secara sempurna secara universal.
Manusia dengan kecanggihan ilmu dan peradabannya yang dicapai, tidak akan pernah mampu menggantikan sunnah ini dengan cara lain yang dikarang otaknya sendiri. Mengapa? Sebab, Allah swt. telah membekali masing-masing manusia dengan fitrah yang sejalan dengan sunnah tersebut. Melanggar sunnah artinya menentang fitrahnya sendiri.
Bila sikap menentang fitrah ini terus-menerus dilakukan, maka yang akan menanggung resikonya adalah manusia itu sendiri. Secara kasat mata, di antara yang paling tampak dari rahasia sunnah berpasang-pasangan ini adalah untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dari masa ke masa sampai titik waktu yang telah Allah tentukan. Bila institusi pernikahan dihilangkan, bisa dipastikan bahwa mansuia telah musnah sejak ratusan abad yang silam.
Mungkin ada yang nyeletuk, tapi kalau hanya untuk mempertahankan keturunan tidak mesti dengan cara menikah. Dengan pergaulan bebas pun bisa. Anda bisa berkata demikian. Tetapi ada sisi lain dari fitrah yang juga Allah berikan kepada masing-masing manusia, yaitu: cinta dan kasih sayang, mawaddah wa rahmah. Kedua sisi fitrah ini tidak akan pernah mungkin tercapai dengan hanya semata pergaulan bebas. Melainkan harus diikat dengan tali yang Allah ajarkan, yaitu pernikahan. Karena itulah Allah memerintahkan agar kita menikah. Sebab itulah yang paling tepat menurut Allah dalam memenuhi tuntutan fitrah tersebut. Tentu tidak ada bimbingan yang lebih sempurna dan membahagiakan lebih dari daripada bimbingan Allah.
Allah berfirman fankihuu, dengan kata perintah. Ini menunjukan pentingnya hakikat pernikahan bagi manusia. Jika membahayakan, tidak mungkin Allah perintahkan. Malah yang Allah larang adalah perzinaan. Walaa taqrabuzzina, dan janganlah kamu mendekati zina (Al-Israa: 32). Ini menegaskan bahwa setiap yang mendekatkan kepada perzinaan adalah haram, apalagi melakukannya. Mengapa? Sebab Allah menginginkan agar manusia hidup bahagia, aman, dan sentosa sesuai dengan fitrahnya.
Mendekati zina dengan cara apapun, adalah proses penggerogotan terhadap fitrah. Dan sudah terbukti bahwa pergaulan bebas telah melahirkan banyak bencana. Tidak saja pada hancurnya harga diri sebagai manusia, melainkan juga hancurnya kemanusiaan itu sendiri. Tidak jarang kasus seorang ibu yang membuang janinnya ke selokan, ke tong sampah, bahkan dengan sengaja membunuhnya, hanya karena merasa malu menggendong anaknya dari hasil zina.
Perhatikan bagaimanan akibat yang harus diterima ketika institusi pernikahan sebagai fitrah diabaikan. Bisa dibayangkan apa akibat yang akan terjadi jika semua manusia melakukan cara yang sama. Ustadz Fuad Shaleh dalam bukunya liman yuridduz zawaj mengatakan, “Orang yang hidup melajang biasanya sering tidak normal: baik cara berpikir, impian, dan sikapnya. Ia mudah terpedaya oleh syetan, lebih dari mereka yang telah menikah.â€
Menikah Itu Ibadah
Dalam surat Ar-Rum: 21, Allah menyebutkan pentingnya mempertahankan hakikat pernikahan dengan sederet bukti-bukti kekuasaan-Nya di alam semesta. Ini menunjukkan bahwa dengan menikah kita telah menegakkan satu sisi dari bukti kekusaan Allah swt. Dalam sebuah kesempatan Rasulullah saw. lebih menguatkan makna pernikahan sebagai ibadah, “Bila seorang menikah berarti ia telah melengkapi separuh dari agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada paruh yang tersisa.†(HR. Baihaqi, hadits Hasan)
Belum lagi dari sisi ibadah sosial. Dimana sebelum menikah kita lebih sibuk dengan dirinya, tapi setelah menikah kita bisa saling melengkapi, mendidik istri dan anak. Semua itu merupakan lapangan pahala yang tak terhingga. Bahkan dengan menikah, seseorang akan lebih terjaga moralnya dari hal-hal yang mendekati perzinaan. Alquran menyebut orang yang telah menikah dengan istilah muhshan atau muhshanah (orang yang terbentengi) . Istilah ini sangat kuat dan menggambarkan bahwa kepribadian orang yang telah menikah lebih terjaga dari dosa daripada mereka yang belum menikah.
Bila ternyata pernikahan menunjukkan bukti kekuasan Allah, membantu tercapainya sifat takwa. dan menjaga diri dari tindakan amoral, maka tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan merupakan salah satu ibadah yang tidak kalah pahalanya dengan ibadah-ibadah lainnya. Jika ternyata Anda setiap hari bisa menegakkan ibadah shalat, dengan tenang tanpa merasa terbebani, mengapa Anda merasa berat dan selalu menunda untuk menegakkan ibadah pernikahan, wong ini ibadah dan itupun juga ibadah.
Pernikahan dan Penghasilan
Seringkali kita mendapatkan seorang jejaka yang sudah tiba waktu menikah, jika ditanya mengapa tidak menikah, ia menjawab belum mempunyai penghasilan yang cukup. Padahal waktu itu ia sudah bekerja. Bahkan ia mampu membeli motor dan HP. Tidak sedikit dari mereka yang mempunyai mobil. Setiap hari ia harus memengeluarkan biaya yang cukup besar dari penggunakan HP, motor, dan mobil tersebut. Bila setiap orang berpikir demikian apa yang akan terjadi pada kehidupan manusia?
Saya belum pernah menemukan sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah saw. melarang seorang sahabatnya yang ingin menikah karena tidak punya penghasilan. Bahkan dalam beberapa riwayat yang pernah saya baca, Rasulullah saw. bila didatangi seorang sahabatnya yang ingin menikah, ia tidak menanyakan berapa penghasilan yang diperoleh perbulan, melainkan apa yang ia punya untuk dijadikan mahar. Mungkin ia mempunyai cincin besi? Jika tidak, mungkin ada pakaiannya yang lebih? Jika tidak, malah ada yang hanya diajarkan agar membayar maharnya dengan menghafal sebagian surat Alquran.
Apa yang tergambar dari kenyatan tersebut adalah bahwa Rasulullah saw. tidak ingin menjadikan pernikahan sebagai masalah, melainkan sebagai pemecah persoalan. Bahwa pernikahan bukan sebuah beban, melainkan tuntutan fitrah yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan Anda terhadap makan, manusia juga butuh untuk menikah. Memang ada sebagian ulama yang tidak menikah sampai akhir hayatnya seperti yang terkumpul dalam buku Al-ulamaul uzzab alladziina aatsarul ilma ‘alaz zawaj. Tetapi, itu bukan untuk diikuti semua orang. Itu adalah perkecualian. Sebab, Rasulullah saw. pernah melarang seorang sahabatanya yang ingin hanya beribadah tanpa menikah, lalu menegaskan bahwa ia juga beribadah tetapi ia juga menikah. Di sini jelas sekali bagaimana Rasulullah saw. selalu menuntun kita agar berjalan dengan fitrah yang telah Allah bekalkan tanpa merasakan beban sedikit pun.
Memang masalah penghasilan hampir selalu menghantui setiap para jejaka muda maupun tua dalam memasuki wilayah pernikahan. Sebab yang terbayang bagi mereka ketika menikah adalah keharusan membangun rumah, memiliki kendaraan, mendidik anak, dan seterusnya di mana itu semua menuntut biaya yang tidak sedikit. Tetapi kenyataannya telah terbukti dalam sejarah hidup manusia sejak ratusan tahun yang lalu bahwa banyak dari mereka yang menikah sambil mencari nafkah. Artinya, tidak dengan memapankan diri secara ekonomi terlebih dahulu. Dan ternyata mereka bisa hidup dan beranak-pinak. Dengan demikian kemapanan ekonomi bukan persyaratan utama bagi sesorang untuk memasuki dunia pernikahan.
Mengapa? Sebab, ada pintu-pintu rezeki yang Allah sediakan setelah pernikahan. Artinya, untuk meraih jatah rezki tersebut pintu masuknya menikah dulu. Jika tidak, rezki itu tidak akan cair. Inilah pengertian ayat iyyakunu fuqara yughnihimullahu min fadhlihi wallahu waasi’un aliim, jika mereka miskin Allah akan mampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas lagi Maha mengetahui (An-Nur: 32). Ini adalah jaminan langsung dari Allah, agar masalah penghasilan tidak dikaitkan dengan pernikahan. Artinya, masalah rezki satu hal dan pernikahan hal yang lain lagi.
Abu Bakar Ash-Shidiq ketika menafsirkan ayat itu berkata, “Taatilah Allah dengan menikah. Allah akan memenuhi janjinya dengan memberimu kekayaan yang cukup.†Al-Qurthubi berkata, “Ini adalah janji Allah untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah untuk mencapai ridha Allah, dan menjaga diri dari kemaksiatan.†(lihat Tafsirul Quthubi, Al Jami’ liahkamil Qur’an juz 12 hal. 160, Darul Kutubil Ilmiah, Beirut).
Rasulullah saw. pernah mendorong seorang sahabatnya dengan berkata, “Menikahlah dengan penuh keyakinan kepada Allah dan harapan akan ridhaNya, Allah pasti akan membantu dan memberkahi.†(HR. Thabarni). Dalam hadits lain disebutkan: Tiga hal yang pasti Allah bantu, di antaranya: “Orang menikah untuk menjaga diri dari kemaksiatan.†(HR. Turmudzi dan Nasa’i)
Imam Thawus pernah berkata kepada Ibrahim bin Maysarah, “Menikahlah segera, atau saya akan mengulang perkataan Umar Bin Khattab kepada Abu Zawaid: Tidak ada yang menghalangimu dari pernikahaan kecuali kelemahanmu atau perbuatan maksiat.†(lihat Siyar A’lamun Nubala’ oleh Imam Adz Dzahaby). Ini semua secara makna menguatkan pengertian ayat di atas. Di mana Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-Nya yang bertakwa kepada Allah dengan membangun pernikahan.
Persoalannya sekarangan, mengapa banyak orang berkeluarga yang hidup melarat? Kenyataan ini mungkin membuat banyak jejaka berpikir dua kali untuk menikah. Dalam masalah nasib kita tidak bisa mengeneralisir apa yang terjadi pada sebagian orang. Sebab, masing-masing ada garis nasibnya. Kalau itu pertanyaanya, kita juga bisa bertanya: mengapa Anda bertanya demikian? Bagaimana kalau Anda melihat fakta yang lain lagi bahwa banyak orang yang tadinya melarat dan ternyata setelah menikah hidupnya lebih makmur? Dari sini bahwa pernikahan bukan hambatan, dan kemapanan penghasilan bukan sebuah persyaratan utama.
Yang paling penting adalah kesiapan mental dan kesungguhan untuk memikul tanggung jawab tersebut secara maksimal. Saya yakin bahwa setiap perbuatan ada tanggung jawabnya. Berzina pun bukan berarti setelah itu selesai dan bebas tanggungjawab. Melainkan setelah itu ia harus memikul beban berat akibat kemaksiatan dan perzinaan. Kalau tidak harus mengasuh anak zina, ia harus menanggung dosa zina. Keduanya tanggung jawab yang kalau ditimbang-timbang, tidak kalah beratnya dengan tanggung jawab pernikahan.
Bahkan tanggung jawab menikah jauh lebih ringan, karena masing-masing dari suami istri saling melengkapi dan saling menopang. Ditambah lagi bahwa masing-masing ada jatah rezekinya yang Allah sediakan. Tidak jarang seorang suami yang bisa keluar dari kesulitan ekonomi karena jatah rezeki seorang istri. Bahkan ada sebuah rumah tangga yang jatah rezekinya ditopang oleh anaknya. Perhatikan bagaimana keberkahan pernikahan yang tidak hanya saling menopang dalam mentaati Allah, melainkan juga dalam sisi ekonomi.
Pernikahan dan Menuntut Ilmu
Seorang kawan pernah mengatakan, ia ingin mencari ilmu terlebih dahulu, baru setelah itu menikah. Anehnya, ia tidak habis-habis mencari ilmu. Hampir semua universitas ia cicipi. Usianya sudah begitu lanjut. Bila ditanya kapan menikah, ia menjawab: saya belum selesai mencari ilmu.
Ada sebuah pepatah diucapkan para ulama dalam hal mencari ilmu: lau anffaqta kullaha lan tashila illa ilaa ba’dhiha, seandainya kau infakkan semua usiamu –untuk mencari ilmu–, kau tidak akan mendapatkannya kecuali hanya sebagiannya. Dunia ilmu sangat luas. Seumur hidup kita tidak akan pernah mampu menelusuri semua ilmu. Sementara menikah adalah tuntutan fitrah. Karenanya, tidak ada aturan dalam Islam agar kita mencari ilmu dulu baru setelah itu menikah.
Banyak para ulama yang menikah juga mencari ilmu. Benar, hubungan mencari ilmu di sini sangat berkait erat dengan penghasilan. Tetapi banyak sarjana yang telah menyelesaikan program studinya bahkan ada yang sudah doktor atau profesor, tetapi masih juga pengangguran dan belum mendapatkan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan periode studi juga bukan jaminan untuk mendapatkan penghasilan. Sementara pernikahan selalu mendesak tanpa semuanya itu. Di dalam Alquran maupun Sunnah, tidak ada tuntunan keharusan menunda pernikahan demi mencari ilmu atau mencari harta. Bahkan, banyak ayat dan hadits berupa panggilan untuk segera menikah, terlepas apakah kita sedang mencari ilmu atau belum mempunyai penghasilan.
Berbagai pengalaman membuktikan bahwa menikah tidak menghalangi seorang dalam mencari ilmu. Banyak sarjana yang berhasil dalam mencari ilmu sambil menikah. Begitu juga banyak yang gagal. Artinya, semua itu tergantung kemauan orangnya. Bila ia menikah dan tetap berkemauan tinggi untuk mencari ilmu, ia akan berhasil. Sebaliknya, jika setelah menikah kemauannya mencari ilmu melemah, ia gagal. Pada intinya, pernikahan adalah bagian dari kehidupan yang harus juga mendapatkan porsinya. Perjuangan seseorang akan lebih bermakna ketika ia berjuang juga menegakkan rumah tungga yang Islami.
Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang sangat mengagumkan dalam masalah pernikahan. Beliau menikah dengan sembilan istri. Padahal beliau secara ekonmi bukan seorang raja atau konglomerat. Tetapi semua itu Rasulullah jalani dengan tenang dan tidak membuat tugas-tugas kerasulannya terbengkalai. Suatu indikasi bahwa pernikahan bukan hal yang harus dipermasalahkan, melainkan harus dipenuhi. Artinya, seorang yang cerdas sebenarnya tidak perlu didorong untuk menikah, sebab Allah telah menciptakan gelora fitrah yang luar biasa dalam dirinya. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Masing-masing orang lebih tahu dari orang lain mengenai gelora ini. Dan ia sendiri yang menanggung perih dan kegelisahan gelora ini jika ia terus ditahan-tahan.
Untuk memenuhi tuntutan gelora itu, tidak mesti harus selesai study dulu. Itu bisa ia lakukan sambil berjalan. Kalaupun Anda ingin mengambil langkah seperti para ulama yang tidak menikah (uzzab) demi ilmu, silahkan saja. Tetapi apakah kualitas ilmu Anda benar-benar seperti para ulama itu? Jika tidak, Anda telah rugi dua kali: ilmu tidak maksimal, menikah juga tidak. Bila para ulama uzzab karena saking sibuknya dengan ilmu sampai tidak sempat menikah, apakah Anda telah mencapai kesibukan para ulama itu sehingga Anda tidak ada waktu untuk menikah? Dari sini jika benar-benar ingin ikut jejak ulama uzzab, yang diikuti jangan hanya tidak menikahnya, melainkan tingkat pencapaian ilmunya juga. Agar seimbang.
Kesimpulan
Sebenarnya pernikahan bukan masalah. Menikah adalah jenjang yang harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun. Ia adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.
Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban†ke “pernikahan sebagai ibadahâ€. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allahâ€. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.
Perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan. Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber : milist ukhuwah_sehati@yahoogroups.com
Benarkah Penghuni Neraka Paling Banyak Kaum Wanita?
Benar. Tapi, sebagai kaum wanita sholehat tidak perlu cemas, berkecil hati, merasa rendah, seolah-olah dinomor duakan. Coba kita perhatikan Al-Qur’an Surat Al-Hujurot No. Surat: 49, Ayat: 13, Alloh berfirman :
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia (di antara) kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (diantara) kalian”.
Dan di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Thobroni, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Yang artinya: “Ketika seorang wanita sudah mengerjakan sholatnya yang lima waktu, dan sudah mengerjakan puasanya bulan Romadhon, dan sudah bisa menjaga farji (kemaluan) nya, dan sudah bisa tho’at kepada suaminya. Maka di katakan padanya “masuklah kamu ke surga dari pintu mana yang kamu kehendaki!”
Adapun mensikapi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits riwayat Imam Bukhori yang artinya: “Aku di perlihatkan neraka, maka samasekali aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih jelek seperti hari ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”.
Kaum wanita yang beriman “Mu’minat” tidak perlu demonstrasi untuk menolak hadits tersebut atau stress karena hadits itu. Karena hadits tersebut berkwalitas shohih dan tentu saja kita yakin sekali pada kebenaran sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tidakkah begitu? Yang terpenting adalah berfikir bagaimana caranya agar kaum wanita tidak termasuk dari bagian wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka itu.
Kalaupun misalnya sabda Rosul itu berbunyi “Aku di perlihatkan neraka penghuninya paling sedikit wanita”, tapi kalau kaum wanitanya sendiri malah termasuk di dalam kaum wanita yang paling sedikit itu, maka celakalah kaum wanita. Seperti misalnya ketika ada sebuah majalah di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengadakan sebuah penelitian dan berkesimpulan, bahwa sembilan dari sepuluh suami di Jakarta pernah melakukan selingkuh. Apakah ketika itu ibu-ibu dari Majelis Ta’lim berdemonstrasi untuk menolak hasil penelitian terebut? Ternyata tidak, kan?! Mengapa? Karena, mereka merasa bahwa suaminya tidak termasuk golongan yang sembilan itu. maka ibu-ibu tersebut tenang-tenang saja, alias adem ayem.
Kalaulah masih ada hal-hal yang perlu dibenahi dari para penasihat, penceramah maklumlah mereka juga manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kaum wanita dalam kapasitas sebagai wanita mu’minat, sholehat sangat diharapkan bersedia untuk memberikan masukan kepada penasihat, penceramah sehingga pada lain kesempatan akan lebih baik.
Yang Artinya : “Sesungguhnya orang yang paling mulia (di antara) kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa (diantara) kalian”.
Dan di dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan Thobroni, Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
Yang artinya: “Ketika seorang wanita sudah mengerjakan sholatnya yang lima waktu, dan sudah mengerjakan puasanya bulan Romadhon, dan sudah bisa menjaga farji (kemaluan) nya, dan sudah bisa tho’at kepada suaminya. Maka di katakan padanya “masuklah kamu ke surga dari pintu mana yang kamu kehendaki!”
Adapun mensikapi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits riwayat Imam Bukhori yang artinya: “Aku di perlihatkan neraka, maka samasekali aku tidak pernah melihat pemandangan yang lebih jelek seperti hari ini dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita”.
Kaum wanita yang beriman “Mu’minat” tidak perlu demonstrasi untuk menolak hadits tersebut atau stress karena hadits itu. Karena hadits tersebut berkwalitas shohih dan tentu saja kita yakin sekali pada kebenaran sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, tidakkah begitu? Yang terpenting adalah berfikir bagaimana caranya agar kaum wanita tidak termasuk dari bagian wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka itu.
Kalaupun misalnya sabda Rosul itu berbunyi “Aku di perlihatkan neraka penghuninya paling sedikit wanita”, tapi kalau kaum wanitanya sendiri malah termasuk di dalam kaum wanita yang paling sedikit itu, maka celakalah kaum wanita. Seperti misalnya ketika ada sebuah majalah di Jakarta beberapa tahun yang lalu mengadakan sebuah penelitian dan berkesimpulan, bahwa sembilan dari sepuluh suami di Jakarta pernah melakukan selingkuh. Apakah ketika itu ibu-ibu dari Majelis Ta’lim berdemonstrasi untuk menolak hasil penelitian terebut? Ternyata tidak, kan?! Mengapa? Karena, mereka merasa bahwa suaminya tidak termasuk golongan yang sembilan itu. maka ibu-ibu tersebut tenang-tenang saja, alias adem ayem.
Kalaulah masih ada hal-hal yang perlu dibenahi dari para penasihat, penceramah maklumlah mereka juga manusia biasa yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kaum wanita dalam kapasitas sebagai wanita mu’minat, sholehat sangat diharapkan bersedia untuk memberikan masukan kepada penasihat, penceramah sehingga pada lain kesempatan akan lebih baik.
KESENANGAN SESAAT SENGSARA SEPANJANG MASA
awalnya aku cium-ciuman
akhirnya aku peluk-pelukan
tak sadar aku dirayu setan
tak sadar aku ku kebablasan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran tidurnya berduaan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran suka gelap-gelapan
0 o ow aku hamil duluan
o ow sudah tiga bulan
Naudzu bila mindalaik, dari cuplikan Lyrics lagu sinta dan jojo klo kita coba sedikit untuk merenung dan meresapi bahwa awalnya pelanggaran HAD (Zina) sedikit banyak dari Tlp,sms,cheting dll
tidak munafik dan tidak di pungkiri hampir kita semua perna melakukan Tlp,sms,cheting dll dengan lawan jenis kita yang belom mahrom dengan kita,sekararang tinggal pintar pintarnya kita untuk menahan diri mengendalikan diri agar tidak terjerumus di dalam pelangaran besar (Zina) maupun pelangaran kecil,karena apabila kita sampe melakukan Zina kafarohnya hanya
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun dan mereka tidak boleh di nikahkan karena apabila di nikahkan hukumnya Zina seumur hidup
tapi peraktek nyata yang salah kapra orang yang melakukan zina bagi pasangan muda/mudi atau tua dll yang ketauan zina di nikahkan masaallah.....
Tak bisa kita pungkiri juga awal dari pelangaran besar (Zina) itu berawal dari pelangaran kecil.
kita semua sudah tau dan sudah kita kaji bawasanya dosa dari pelangaran besar (Zina) ada 6 siksaan yang menanti ,
3 di dunia 3 di akhirat di antaranya sebagai berikut:
Di Dunia:
1.Pendeknya umur
2.Hilangnya wibawa
3.mengekalkan kefakiran
Di Akhirat:
1.Murkanya Allah
2.Jeleknya hisapan
3.Neraka pasti
CATATAN:
6 siksaan ini tidak akan menimpa bagi anak adam yang melakukan zina apabila mau benar benar bertaubat kepada allah dan mau mencari pulihan mencari tambahan pahala dengan cara
Sholat tasbih seumur Hidup, memperbanyak shodakoh seumur Hidup, membaca istifar sebanyak-banyaknya minimal dalam sehari 1000x seumur Hidup, mau puasa suna seumur hidup (puasa nabi dawud atau puasa suna yang lainya)
semuaanya ini hanya jalan alternatif barang kali allah mau menggampuni bagi orang yang perna berzina karena sejatinya kafaroh jalan tobat bagi orang yang sudah melakukan zina itu hanya bisa di lebur dengan cara
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun
Anak adam sudah dikatakan zina apabila kelamin laki2 sudah masuk kedalam kelamin perempuan atau kelamin laki2.atau kelamin perempuan atau laki laki sudah menempel langsung itu hukumnya pun sudah zina dan sudah kenak siksaan dari allah.
tetapi ironisnya anak anak adam yang sudah terkena musibah zina mereka malas malasan ibadah kepada allah malas malasan minta ampun kepada allah,
dan ironisnya lagi bagi meraka yang sudah zina dan tau dosanya apa dan kafaronya apa ketika mereka bertobat setan jin dedemit tidak rela dan tidak ridho apabila mereka bertobat dengan setiap hari di bisiki haiiiiii....... anak adam ngapain kamu tobat ayooo zina lagi...kamu sudah bejat ayooo sekalian rusaknya,kamu sudah tidak di ampuni oleh allah.
Hai anak adam ketahuilah allah itu maha adil allah maha mengetahui apa apa yang ada di dunia akhirat dan seisinya tetep semangat lah beribadah tetep semangat laa mencari pulihan tambahan amalan ibadah jangan perna putus asa karena putus asah adalah pekerjaanya setan dan sodara-sodaranya, meskipun hidupmu adalah taruhan antara surga neraka karena dampak dari musibah dosa kecil yang kau anggap enteng dan akhirnya jadi besar (ZINA) sekarang tugas mu hanya mencari pulihan memperbanyak amalan agar barang kali allah mau mengampuni dari dosamu tersebut.
SEMOGA KITA,SODARA2 KITA ANAK2 KITA, KELUARGA2 KITA BISA TERJAGA DARI PERBUATAN ZINA TERSEBUT
Amin...............100x
KAMU BOLEH NAKAL SENAKAL ANAKALNYA DENGAN SYARAT:
1.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA AGAMA MU
2.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA KELUARGA MU
3.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA MU SENDIRI
Jadi tau kah kamu kesimpulanya dari 3 hal tersebut apa????
GAK BOLEH NAKAL.....................
Semoga bermanfat tulisan ini tidak ada unsur menjatuhkan atau sok faham atau yang lainya pada dasarnya tulisan ini untuk nasehat, alaram pribadi bagi penulis agar jangan sampe melakukan hal tersebut.
semoga kita yang belom terjerumus dalam dosa itu kita bisa menjaga diri dan bagi yang sudah terjerumus di perbuatan tersebut bisa dan mau bertaubat kepada allah amin......
by:http://www.facebook.com/notes/mase-nafan/kesenangan-sesaat-sengsara-sepanjang-masa/10150762230005553
akhirnya aku peluk-pelukan
tak sadar aku dirayu setan
tak sadar aku ku kebablasan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran tidurnya berduaan
ku hamil duluan sudah tiga bulan
gara-gara pacaran suka gelap-gelapan
0 o ow aku hamil duluan
o ow sudah tiga bulan
Naudzu bila mindalaik, dari cuplikan Lyrics lagu sinta dan jojo klo kita coba sedikit untuk merenung dan meresapi bahwa awalnya pelanggaran HAD (Zina) sedikit banyak dari Tlp,sms,cheting dll
tidak munafik dan tidak di pungkiri hampir kita semua perna melakukan Tlp,sms,cheting dll dengan lawan jenis kita yang belom mahrom dengan kita,sekararang tinggal pintar pintarnya kita untuk menahan diri mengendalikan diri agar tidak terjerumus di dalam pelangaran besar (Zina) maupun pelangaran kecil,karena apabila kita sampe melakukan Zina kafarohnya hanya
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun dan mereka tidak boleh di nikahkan karena apabila di nikahkan hukumnya Zina seumur hidup
tapi peraktek nyata yang salah kapra orang yang melakukan zina bagi pasangan muda/mudi atau tua dll yang ketauan zina di nikahkan masaallah.....
Tak bisa kita pungkiri juga awal dari pelangaran besar (Zina) itu berawal dari pelangaran kecil.
kita semua sudah tau dan sudah kita kaji bawasanya dosa dari pelangaran besar (Zina) ada 6 siksaan yang menanti ,
3 di dunia 3 di akhirat di antaranya sebagai berikut:
Di Dunia:
1.Pendeknya umur
2.Hilangnya wibawa
3.mengekalkan kefakiran
Di Akhirat:
1.Murkanya Allah
2.Jeleknya hisapan
3.Neraka pasti
CATATAN:
6 siksaan ini tidak akan menimpa bagi anak adam yang melakukan zina apabila mau benar benar bertaubat kepada allah dan mau mencari pulihan mencari tambahan pahala dengan cara
Sholat tasbih seumur Hidup, memperbanyak shodakoh seumur Hidup, membaca istifar sebanyak-banyaknya minimal dalam sehari 1000x seumur Hidup, mau puasa suna seumur hidup (puasa nabi dawud atau puasa suna yang lainya)
semuaanya ini hanya jalan alternatif barang kali allah mau menggampuni bagi orang yang perna berzina karena sejatinya kafaroh jalan tobat bagi orang yang sudah melakukan zina itu hanya bisa di lebur dengan cara
1.Bagi yanng sudah menikah diranjam di lempari batu sampe mati yang posisi tubuh orang yang zina tersebut di tanam di tanah sampe seleher kemudian di lempari batusampe mati.
2.Dan Bagi yang masih Bujang / Perawan di jilit (di pukul) 100x kemudian di asingkan selama setahun
Anak adam sudah dikatakan zina apabila kelamin laki2 sudah masuk kedalam kelamin perempuan atau kelamin laki2.atau kelamin perempuan atau laki laki sudah menempel langsung itu hukumnya pun sudah zina dan sudah kenak siksaan dari allah.
tetapi ironisnya anak anak adam yang sudah terkena musibah zina mereka malas malasan ibadah kepada allah malas malasan minta ampun kepada allah,
dan ironisnya lagi bagi meraka yang sudah zina dan tau dosanya apa dan kafaronya apa ketika mereka bertobat setan jin dedemit tidak rela dan tidak ridho apabila mereka bertobat dengan setiap hari di bisiki haiiiiii....... anak adam ngapain kamu tobat ayooo zina lagi...kamu sudah bejat ayooo sekalian rusaknya,kamu sudah tidak di ampuni oleh allah.
Hai anak adam ketahuilah allah itu maha adil allah maha mengetahui apa apa yang ada di dunia akhirat dan seisinya tetep semangat lah beribadah tetep semangat laa mencari pulihan tambahan amalan ibadah jangan perna putus asa karena putus asah adalah pekerjaanya setan dan sodara-sodaranya, meskipun hidupmu adalah taruhan antara surga neraka karena dampak dari musibah dosa kecil yang kau anggap enteng dan akhirnya jadi besar (ZINA) sekarang tugas mu hanya mencari pulihan memperbanyak amalan agar barang kali allah mau mengampuni dari dosamu tersebut.
SEMOGA KITA,SODARA2 KITA ANAK2 KITA, KELUARGA2 KITA BISA TERJAGA DARI PERBUATAN ZINA TERSEBUT
Amin...............100x
KAMU BOLEH NAKAL SENAKAL ANAKALNYA DENGAN SYARAT:
1.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA AGAMA MU
2.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA KELUARGA MU
3.JANGAN PERNA MERUSAK NAMA MU SENDIRI
Jadi tau kah kamu kesimpulanya dari 3 hal tersebut apa????
GAK BOLEH NAKAL.....................
Semoga bermanfat tulisan ini tidak ada unsur menjatuhkan atau sok faham atau yang lainya pada dasarnya tulisan ini untuk nasehat, alaram pribadi bagi penulis agar jangan sampe melakukan hal tersebut.
semoga kita yang belom terjerumus dalam dosa itu kita bisa menjaga diri dan bagi yang sudah terjerumus di perbuatan tersebut bisa dan mau bertaubat kepada allah amin......
by:http://www.facebook.com/notes/mase-nafan/kesenangan-sesaat-sengsara-sepanjang-masa/10150762230005553
BAHAYA MENUNDA-NUNDA SHOLAT
Baiklah, kita mulai saja bahasan kita kali ini, tentang, “BAHAYA MENUNDA-NUNDA SHOLAT”. Apa lagi yang menunda-nunda sholat itu seorang imam, pengurus, muballigh, amit-amit jangan sampai deh! Bukan berarti, kalau ru’yah boleh-boleh saja jika ingin menunda-nunda sholat. Untuk itu, agar mendapatkan pemahaman yang benar maka sebaiknya ada sesuatu yang mendasari bahasan materi terakhir dalam buku ini, baiklah akan saya buat sebuah pertanyaan yang medasar, “Apakah tujuan Alloh Ta’alaa menciptakan manusia di dunia ini? Jawabnya adalah, “Tujuan Alloh Ta’alaa menciptakan manusia di dunia ini untuk beribadah / mengabdi kepada Alloh Ta’alaa”.
Adapun tujuan yang lain hanya untuk menunjang kelancaran ibadah. Betul-kah jawaban tersebut? Baiklah, kita perhatikan bersama firman Alloh Ta’alaa, berikut ini: Yang artinya: “Dan Aku (Alloh) tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariyaat, No. Surat: 51, Ayat: 56).
Sholat itu tiang agama, maka sholatlah sebelum Anda disholatkan! Itulah tujuan Alloh Ta’alaa menciptakan jin dan manusia di dunia ini. Memang, cuma satu suku kata, yaitu “ibadah”. Ringan diucapkan, tapi mengandung makna yang begitu dalam dan luas. Ternyata, yang namanya ibadah itu tidak boleh dikerjakan dengan sembarangan, asal-asalan, ikut-ikutan atau dengan semaunya sendiri, suka-suka hati dengan mengikuti hawa nafsu. Tapi, ada petunjuk cara mengerjakannya. Maka, beruntung-lah bagi orang yang diberi petunjuk oleh Alloh Ta’alaa beragama Islam, menjadi orang yang beriman sehingga dapat mengerjakan ibadah dengan benar sesuai dengan petunjuk Alloh dan Rosul-Nya yang tercantum di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ibadah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits-lah yang akan diterima di sisi-Nya kelak. Sebagaimana pernyataan Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang telah diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab hadits Muwatho’, yang artinya: “Aku telah meninggalkan dua buah pusaka di tengah-tengah kalangan kamu sekalian, selama kamu sekalian berpegang teguh pada keduanya maka kamu sekalian tidak akan tersesat, yaitu kitabulloh (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam (Al-Hadits)”.
Masih ada lagi, orang yang ibadahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, ia terbilang orang yang ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya. Oleh karena itu ia mendapat jaminan dari Alloh Ta’alaa masuk surga. Sebagaimana firman Alloh Ta’alaa yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisak, No. Surat: 4, Ayat: 13, yang artinya: “(Hukum-hukum) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Alloh. Barangsiapa yang ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah keuntungan yang besar”. Ini, merupakan sebuah khabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Ada yang perlu kita pahami bersama, bila kita berbicara tentang ibadah. Terkadang orang yang sudah mengaku dirinya beriman suka lengah terhadap hal-hal yang kelihatannya bersifat remeh, yaitu suka menunda-nunda. Terutama sering menunda-nunda waktu sholat.
Apakah orang yang tidak menjaga waktu sholatnya akan mendapatkan jaminan surga? Akan mendapatkan keuntungan yang besar sebagaimana yang dimaksud ayat di atas? Jawabnya, “Tidak, tidak mendapatkan jaminan masuk surga, dan tidak mendapatkan keuntungan yang besar, bahkan diancam mendapatkan kerusakan dan masuk neraka! Capek deh. Karena, orang semacam ini terbilang tidak ta’at alias durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya. Sebab ia tidak mengindahkan peraturan, ketentuan hukum Alloh dan Rosul. Sebagaimana dapat kita lihat dalam firman Alloh Ta’alaa yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 14, yang artinya: “Dan barangsiapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya dan melanggar pada ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di dalamnya; dan ia memperoleh siksa yang menghinakan”.
Setelah kita tahu sangsi-sangsi apa yang bakal diterima bagi orang yang tidak mengindahkan peraturan dan ketentuan Alloh dan Rosul-Nya, apa yang muncul di pikiran kita terhadap diri kita sendiri, suami dan anak serta orang-orang Islam pada umumnya yang hanya sekedar bangga masuk Islam, sekedar beribadah, sekedar sholat tapi tidak menjaga waktunya? Masih-kah kita mau mengulanginya? Masih-kah kita cuwek kepada mereka? Tidakkah kita takut terpisah dengan mereka (orang-orang yang kita cintai) pada sa’at pertemuan yang begitu indah dan bahagia di dalam surga? Seharusnya kita dapat kembali berkumpul dengan mereka pada moment terindah yang sejak sekian lamanya kita nanti-natikan. Eh, tiba gilirannya malah terpisah. Bukankah hal ini sangat menyedihkan. Perhatikan firman Alloh Ta’alaa dalam Al-Qur'an, Surat Al-Hajj, No. Surat: 22, Ayat: 17, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shoobi-iin, orang-orang Nasroni, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Alloh akan memisahkan di antara mereka pada hari kiamat.
Sesungguhnya Alloh menyaksikan segala sesuatu”. Di dunia ini saja, bila kita terpisah dari mereka sungguh sangat sedih, sedih sekali. Banyak biaya, tenaga, pikiran yang terbuang terasa tidak mengapa asalkan bisa kembali bertemu dan berkumpul lagi dengan orang-orang yang paling kita cintai. Oleh karena itu, mari segera kita coba ingatkan mereka yang lalai terhadap kewajibannya beribadah kepada Alloh Ta’alaa, jangan lagi ditunda-tunda. Ingat mati itu datangnya sewaktu-waktu. Kita tidak tahu, siapa yang akan mati duluan dan sipa yang akan mati menyusul. Ibarat antri di kegelapan malam, tidak ada yang tahu siapa di depan kita dan siapa di belakang kita. Yang penting jangan mati belakangan, sebab tidak ada yang akan memadikan, mengafani, menyolati dan menguburkan, sedangkan burung gagak sudah tidak ada lagi, berarti mati dalam keadaan kafir. Na’uudzu billaahi mindzaalik. Coba, camkan semua ungkapan di atas tadi! Terutama camkan firman Alloh Ta’alaa, berikut ini: Yang artinya: “Sesungguhnya menunda-nunda itu hanya akan menambah kekufuran”.
Dari lima rukun Islam, hanya sholat yang tidak kenal ampun, maksudnya tidak ada alasan untuk tidak mau mengerjakannya. Karena, sholat adalah tiang agama Islam. Maka, orang Islam yang tidak mau mengerjakan sholat berarti dia telah merobohkan tiang agamanya. Kalau pun jika dia mau sholat, harus pada rentang waktunya, tidak boleh suka-suka hati. Mengerjakan sholat, tidak kenal istilah tidak mampu, maksudnya tidak ada pengecualian. Misal, bagi yang sakit super berat, sholatnya harus dijalankan terus tidak boleh berhenti. Boleh dikerjakan sambil duduk atau dengan berbaring, bahkan boleh dengan menggunakan isyarat mengedipkan mata bila anggota badan yang lain tidak bisa digerakkan. Bagi anak-anak yang masih berumur di bawah 7 tahun, tidak dianjurkan untuk mengerjakan sholat. Ketika anak sudah berumur 7 tahun barulah ia diperintahkan untuk mengerjakan sholat. Jika anak sudah berumur 10 tahun dia tetap saja tidak mau mengerjakan sholat, maka jitak-lah dia dengan maksud untuk mendidik, tidak sampai melukainya, bukan ditempeleng sampai semaput, pingsan. Apa pantes, sudah bapak-bapak, ibu-ibu, bujang-gadis berstatus muballigh dijitak kepalanya hanya gara-gara tidak mau sholat. Di samping pasti mereka membalas menjitak, rasanya nggak dewasa banget, sholat saja mesti disuruh-suruh! Biar, masing-masing kita mempunyai kesadaran sendiri akan wajib dan pentingnya sholat lima waktu bagi kita. Maka, baik sekali jika masing-masing diri kita memahami bahwa sesuatu yang pertama kali dihukumi fardhu oleh Alloh Ta’alaa atas hamba-Nya adalah sholat lima waktu. Sholat lima waktu adalah sesuatu yang pertama kali diangkat ke hadapan Alloh Ta’alaa dari amal-amal kita.
Dan sholat lima waktu adalah sesuatu yang pertama kali akan dipertanyakan, dan jika ternyata sholat lima waktu ada kekurangannya, barulah kekurangan dalam sholat lima waktu tersebut ditutupi dengan sholat sunnah. Celakanya, sudah sholat lima waktunya belang-bontang alias bolong-bolong, eh seumur-umur tidak pernah mengerjakan sholat sunnah, lantas sholat lima waktu yang bolong-bolong tersebut mau ditutupi pakai apa? Dengan daun nangka, daun cemara? Apakah jika sudah mau mengerjakan sholat lantas semuanya sudah oke? Ternyata belum, jika mengerjakannya tidak tepat pada waktunya. Tetap masih diancam dengan firman Alloh Ta’alaa, yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maa’uun, No. Surat: 107, Ayat: 4-5, yang artinya: “Maka celaka-lah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya”. Jadi jelas, bahwa sholat tidak hanya wajib dikerjakan, tetapi juga wajib dijaga waktu-waktunya. Sudah mengerjakan sholat, tapi waktunya sudah lewat, itulah buah dari suka menunda-nunda, akhirnya menjadi sebuah kebiasaan, apa pun biasanya jadi lelet, terlambat, tidak tertib dan tidak disiplin waktu. Maka, jangan harap Alloh Ta’alaa akan berpihak pada orang yang suka meremehkan waktu.
Dalam terminologi Time Management alias Manajemen Waktu, disebut Procrastination. Kita, sebagai orang yang sudah dewasa, sudah masuk kategori “balligh” (kalau laki-laki sudah bermimpi atau sudah tumbuh bulu kemaluan, dan kalau wanita sudah mengalami haid/menstruasi), dan sudah bisa dikenai hukum hendaknya memahami tingkat kepentingan, tingkat kemendesakan. Tingkat kepentingan dapat diukur dari sebesar apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita. Maka, semakin besar pengaruhnya, berarti semakin penting bagi kita, dan sebaliknya semakin kecil pengaruhnya, semaikn tidak penting buat kita. Tingkat kemendesakan dapat diukur dari seberapa lama rentang batas waktu yang telah ditetapkan untuk kita kerjakan. Semakin lama rentang waktunya, berarti semaikn tidak mendesak. Sebaliknya, kalau rentang waktunya pendek alias mepet, berarti semakin mendesak untuk kita kerjakan. Sholat 5 Waktu, jelas pekerjaan yang penting bagi kita, karena pengaruhnya terhadap kehidupan, baik di dunia maupun di akherat sangat luar biasa bahayanya. Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: Yang artinya; “Janji antara aku dan umatku adalah sholat. Barangsiapa yang tidak sholat, maka tidak ada ikatan janji apa-apa antara aku dan orang itu”.
Jadi, peringatan buat orang-orang yang mengaku dirinya sebagai muslim, mukmin, umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, utamanya adalah muballigh yang rajin bersholawat tapi tidak mau mengerjakan sholat atau sudah mau mengerjakan sholat tapi lewat waktunya, kelak pada hari kiamat jangan menagih janji “minta syafa’at” kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Sebab, hakikinya orang semacam itu adalah orang kafir, yang mendasarinya adalah sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadits Tirmidzi Juz 5 hal 13, yang artinya: “(Bedanya) antara hamba dan kafir adalah meninggalkan sholat”.
Dalam arti luas bahwa ummat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu senantiasa mengerjakan sholat lima waktu tepat pada waktunya atau dalam waktunya, sedangkan orang kafir tidak mengerjakan sholat lima waktu. Dasarnya adalah sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadits Nasa’i Juz 1 hal 231-232, yang artinya: “Maka barangsiapa yang meninggalkan sholat sungguh ia telah kafir”. Al-Kisah, pada suatu sa’at Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam akan mensholati sesosok mayat, tiba-tiba di dalam kain kafannya ada sesuatu yang bergerak-gerak, setelah dilihat ternyata seekor ular yang sedang menghisab darah dan memakan daging mayat tersebut. Melihat ular itu, Abu Bakar hendak memukulnya, tapi ular tersebut berbicara dengan bahasa yang fasih, “Hai Abu Bakar, mengapa engkau akan membunuh aku! Apa salahku? Aku melakukan semua tindakan ini hanya melaksanakan titah, perintah Alloh Ta’alaa, aku tidak berdosa”, kata ular. Lantas Abu Bakar bertanya, “Lalu, apa salah dia?” Ular menjawab, “Kesalahannya ada 3, yaitu: 1). Tidak mengerjakan sholat, 2). Tidak menunaikan zakat, 3). Tidak mau mendengarkan nasehat ulama’. Waduh, berat sekali resikonya bila kita sampai berani tidak mengerjakan sholat, bahkan kata Alloh Ta’alaa, orang yang seperti itu seperti hewan ternak. Mengapa orang seperti ini bisa disebut seperti hewan ternak “kambing!” Kok kayak kambing sih? Sepertinya hina sekali.
Coba kita pehatikan hewan yang namanya kambing, bila ada suara adzan sholat dikumandangkan? Apakah kambing tersebut mendengarnya? Jawabnya, “Pasti mendengar, doong! Tapi, yang jadi pertanyaan adalah apakah kambing tersebut mendatangi panggilan sholat itu, apa tidak? Jawabnya, “Tidak”. Itulah maka Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-A’roof, No. Surat: 7, Ayat: 179, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami penuhi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, sebab mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (terhadap kewajibannya)”. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 103, yang artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Alloh di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Menurut ayat di atas, bahwa yang namanya orang iman, pasti sholatnya tepat waktu, baik yang waktu awal ataupun yang akhir tapi tidak sampai melewati batas waktunya. Sholat bisa dilaksanakan begitu sudah memasuki waktunya sholat, yaitu setelah adzan dan qomat dikumandangkan, atau dilaksanakan ketika sudah mendekati akhir waktunya sholat, menjelang adzan untuk sholat fardhu berikutnya.
Sedangkan orang yang mengaku dirinya orang iman tapi sholatnya sering ia kerjakan dengan bermalas-malasan, ogah-ogahan apalagi sampai dengan melewati waktunya, maka dia sudah tidak bisa dibilang lagi sebagai orang iman, tapi orang munafik. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 142, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka [Alloh membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu-lah mereka dilayani sebagaimana melayani para mukmin yang paham. Oleh karena itu Alloh telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu]. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ [yaitu melakukan sesuatu amal tidak untuk mencari keridhoan Alloh tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat] (dengan cara sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Alloh kecuali sedikit sekali [artinya mereka mengerjakan sholat hanya sesekali saja, yaitu bila mereka sedang berada di hadapan orang”. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 145, yang artinya:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) di neraka pada tingkatan yang paling bawah. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.
Sekali lagi, coba tanyakan pada diri sendiri, “Apakah di surga nanti, ingin berpisah dengan orang-orang yang paling dicintai?” Jangan dijawab! Tapi, renungkanlah, lalu berubahlah menjadi hamba Alloh Ta’alaa yang paham, yang mencintai istri dan putra-putri dengan cara lakukan komunikasi yang baik luncurkan rayuan maut kepada mereka sehingga dapat mempengaruhi mereka menjadi hamba Alloh Ta’alaa yang tekun beribadah, utamanya adalah sholat sampai dengan tidak berani lagi menunda-nunda ataupun meninggalkan sholatnya. Dan jangan lupa, manfa’atkan sebagai seorang muballigh untuk mendo’akan mereka, mengingat bahwa do’a seorang muballigh adalah maqbul. Terlebih jika berdo’a pada waktu 1/3 malam akhir.
Demikianlah konsep Islam dalam membentuk ummat yang berkepribadian ‘alim dan berakhlaqul karimah, yang kelak insya Alloh Ta’alaa akan mewujudkan putra-putri sebagai generasi yang kamil “sempurna”, manusia yang ideal, manusia yang seutuhnya. Sebagaimana Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hakim,yang artinya: “Maukah kamu aku beri tahu tentang orang yang paling baik di antara kamu sekalian? Orang yang paling baik, ialah orang yang panjang umurnya, dan baik amal perbuatannya”.
Amalan seperti apa yang paling disenangi Alloh Ta’alaa? Sudah pasti jawabannya adalah amal perbuatan berupa sholat pada waktunya. Baik, kita perhatikan dasar hukumnya dalam Hadits Bukhori, Kitab Adab, Juz 8 Hal 2, yang artinya; “Abdillah berkata: “Aku bertanya kepada Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam: “Amalan apakah yang paling disenangi Alloh? Nabi bersabda: “Sholat atas waktunya”.
Jadi, sholat itu bisa dikerjakan secara tepat waktu “ON TIME” dan selama dalam waktu sholat “IN TIME”. Adapun yang paling afdhol adalah sholat yang dikerjakan tepat pada waktunya “ON TIME”. Seiring dengan status kita sebagai muballigh. Mau ya, berbuat yang terbaik untuk diri sendiri? Selebihnya untuk istri dan anak-anak sebagai teladan dalam rumah tangga. Mau ya, berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan, dan merasa bersalah bila sampai berani menunda-nunda waktu sholat, apalagi meninggalkannya? Kholifah Utsman bin Affan berkata dalam Hadits Shohih Bukhori, Juz 1, hal: 178, yang berbunya: Yang artinya: “Sholat adalah sesuatu yang terbaik yang dikerjakan oleh manusia, ketika manusia berbuat baik maka berbuatlah baik bersama mereka”.
Jadilah muballigh sebagai tokoh protagonis, tokoh yang dikagumi, yang mengejawantahkan norma-norma, baik norma agama maupun norma susila, nilai-nilai yang luhur, budi pekerti yang mulia, akhlaqul karimah, cakap budi bahasa, santun tutur kata, manis prilaku, cerdas dan sabar!
Adapun tujuan yang lain hanya untuk menunjang kelancaran ibadah. Betul-kah jawaban tersebut? Baiklah, kita perhatikan bersama firman Alloh Ta’alaa, berikut ini: Yang artinya: “Dan Aku (Alloh) tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariyaat, No. Surat: 51, Ayat: 56).
Sholat itu tiang agama, maka sholatlah sebelum Anda disholatkan! Itulah tujuan Alloh Ta’alaa menciptakan jin dan manusia di dunia ini. Memang, cuma satu suku kata, yaitu “ibadah”. Ringan diucapkan, tapi mengandung makna yang begitu dalam dan luas. Ternyata, yang namanya ibadah itu tidak boleh dikerjakan dengan sembarangan, asal-asalan, ikut-ikutan atau dengan semaunya sendiri, suka-suka hati dengan mengikuti hawa nafsu. Tapi, ada petunjuk cara mengerjakannya. Maka, beruntung-lah bagi orang yang diberi petunjuk oleh Alloh Ta’alaa beragama Islam, menjadi orang yang beriman sehingga dapat mengerjakan ibadah dengan benar sesuai dengan petunjuk Alloh dan Rosul-Nya yang tercantum di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Ibadah yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits-lah yang akan diterima di sisi-Nya kelak. Sebagaimana pernyataan Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang telah diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab hadits Muwatho’, yang artinya: “Aku telah meninggalkan dua buah pusaka di tengah-tengah kalangan kamu sekalian, selama kamu sekalian berpegang teguh pada keduanya maka kamu sekalian tidak akan tersesat, yaitu kitabulloh (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam (Al-Hadits)”.
Masih ada lagi, orang yang ibadahnya sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, ia terbilang orang yang ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya. Oleh karena itu ia mendapat jaminan dari Alloh Ta’alaa masuk surga. Sebagaimana firman Alloh Ta’alaa yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisak, No. Surat: 4, Ayat: 13, yang artinya: “(Hukum-hukum) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Alloh. Barangsiapa yang ta’at kepada Alloh dan Rosul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah keuntungan yang besar”. Ini, merupakan sebuah khabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Ada yang perlu kita pahami bersama, bila kita berbicara tentang ibadah. Terkadang orang yang sudah mengaku dirinya beriman suka lengah terhadap hal-hal yang kelihatannya bersifat remeh, yaitu suka menunda-nunda. Terutama sering menunda-nunda waktu sholat.
Apakah orang yang tidak menjaga waktu sholatnya akan mendapatkan jaminan surga? Akan mendapatkan keuntungan yang besar sebagaimana yang dimaksud ayat di atas? Jawabnya, “Tidak, tidak mendapatkan jaminan masuk surga, dan tidak mendapatkan keuntungan yang besar, bahkan diancam mendapatkan kerusakan dan masuk neraka! Capek deh. Karena, orang semacam ini terbilang tidak ta’at alias durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya. Sebab ia tidak mengindahkan peraturan, ketentuan hukum Alloh dan Rosul. Sebagaimana dapat kita lihat dalam firman Alloh Ta’alaa yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 14, yang artinya: “Dan barangsiapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya dan melanggar pada ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di dalamnya; dan ia memperoleh siksa yang menghinakan”.
Setelah kita tahu sangsi-sangsi apa yang bakal diterima bagi orang yang tidak mengindahkan peraturan dan ketentuan Alloh dan Rosul-Nya, apa yang muncul di pikiran kita terhadap diri kita sendiri, suami dan anak serta orang-orang Islam pada umumnya yang hanya sekedar bangga masuk Islam, sekedar beribadah, sekedar sholat tapi tidak menjaga waktunya? Masih-kah kita mau mengulanginya? Masih-kah kita cuwek kepada mereka? Tidakkah kita takut terpisah dengan mereka (orang-orang yang kita cintai) pada sa’at pertemuan yang begitu indah dan bahagia di dalam surga? Seharusnya kita dapat kembali berkumpul dengan mereka pada moment terindah yang sejak sekian lamanya kita nanti-natikan. Eh, tiba gilirannya malah terpisah. Bukankah hal ini sangat menyedihkan. Perhatikan firman Alloh Ta’alaa dalam Al-Qur'an, Surat Al-Hajj, No. Surat: 22, Ayat: 17, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shoobi-iin, orang-orang Nasroni, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Alloh akan memisahkan di antara mereka pada hari kiamat.
Sesungguhnya Alloh menyaksikan segala sesuatu”. Di dunia ini saja, bila kita terpisah dari mereka sungguh sangat sedih, sedih sekali. Banyak biaya, tenaga, pikiran yang terbuang terasa tidak mengapa asalkan bisa kembali bertemu dan berkumpul lagi dengan orang-orang yang paling kita cintai. Oleh karena itu, mari segera kita coba ingatkan mereka yang lalai terhadap kewajibannya beribadah kepada Alloh Ta’alaa, jangan lagi ditunda-tunda. Ingat mati itu datangnya sewaktu-waktu. Kita tidak tahu, siapa yang akan mati duluan dan sipa yang akan mati menyusul. Ibarat antri di kegelapan malam, tidak ada yang tahu siapa di depan kita dan siapa di belakang kita. Yang penting jangan mati belakangan, sebab tidak ada yang akan memadikan, mengafani, menyolati dan menguburkan, sedangkan burung gagak sudah tidak ada lagi, berarti mati dalam keadaan kafir. Na’uudzu billaahi mindzaalik. Coba, camkan semua ungkapan di atas tadi! Terutama camkan firman Alloh Ta’alaa, berikut ini: Yang artinya: “Sesungguhnya menunda-nunda itu hanya akan menambah kekufuran”.
Dari lima rukun Islam, hanya sholat yang tidak kenal ampun, maksudnya tidak ada alasan untuk tidak mau mengerjakannya. Karena, sholat adalah tiang agama Islam. Maka, orang Islam yang tidak mau mengerjakan sholat berarti dia telah merobohkan tiang agamanya. Kalau pun jika dia mau sholat, harus pada rentang waktunya, tidak boleh suka-suka hati. Mengerjakan sholat, tidak kenal istilah tidak mampu, maksudnya tidak ada pengecualian. Misal, bagi yang sakit super berat, sholatnya harus dijalankan terus tidak boleh berhenti. Boleh dikerjakan sambil duduk atau dengan berbaring, bahkan boleh dengan menggunakan isyarat mengedipkan mata bila anggota badan yang lain tidak bisa digerakkan. Bagi anak-anak yang masih berumur di bawah 7 tahun, tidak dianjurkan untuk mengerjakan sholat. Ketika anak sudah berumur 7 tahun barulah ia diperintahkan untuk mengerjakan sholat. Jika anak sudah berumur 10 tahun dia tetap saja tidak mau mengerjakan sholat, maka jitak-lah dia dengan maksud untuk mendidik, tidak sampai melukainya, bukan ditempeleng sampai semaput, pingsan. Apa pantes, sudah bapak-bapak, ibu-ibu, bujang-gadis berstatus muballigh dijitak kepalanya hanya gara-gara tidak mau sholat. Di samping pasti mereka membalas menjitak, rasanya nggak dewasa banget, sholat saja mesti disuruh-suruh! Biar, masing-masing kita mempunyai kesadaran sendiri akan wajib dan pentingnya sholat lima waktu bagi kita. Maka, baik sekali jika masing-masing diri kita memahami bahwa sesuatu yang pertama kali dihukumi fardhu oleh Alloh Ta’alaa atas hamba-Nya adalah sholat lima waktu. Sholat lima waktu adalah sesuatu yang pertama kali diangkat ke hadapan Alloh Ta’alaa dari amal-amal kita.
Dan sholat lima waktu adalah sesuatu yang pertama kali akan dipertanyakan, dan jika ternyata sholat lima waktu ada kekurangannya, barulah kekurangan dalam sholat lima waktu tersebut ditutupi dengan sholat sunnah. Celakanya, sudah sholat lima waktunya belang-bontang alias bolong-bolong, eh seumur-umur tidak pernah mengerjakan sholat sunnah, lantas sholat lima waktu yang bolong-bolong tersebut mau ditutupi pakai apa? Dengan daun nangka, daun cemara? Apakah jika sudah mau mengerjakan sholat lantas semuanya sudah oke? Ternyata belum, jika mengerjakannya tidak tepat pada waktunya. Tetap masih diancam dengan firman Alloh Ta’alaa, yang tercantum di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maa’uun, No. Surat: 107, Ayat: 4-5, yang artinya: “Maka celaka-lah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya”. Jadi jelas, bahwa sholat tidak hanya wajib dikerjakan, tetapi juga wajib dijaga waktu-waktunya. Sudah mengerjakan sholat, tapi waktunya sudah lewat, itulah buah dari suka menunda-nunda, akhirnya menjadi sebuah kebiasaan, apa pun biasanya jadi lelet, terlambat, tidak tertib dan tidak disiplin waktu. Maka, jangan harap Alloh Ta’alaa akan berpihak pada orang yang suka meremehkan waktu.
Dalam terminologi Time Management alias Manajemen Waktu, disebut Procrastination. Kita, sebagai orang yang sudah dewasa, sudah masuk kategori “balligh” (kalau laki-laki sudah bermimpi atau sudah tumbuh bulu kemaluan, dan kalau wanita sudah mengalami haid/menstruasi), dan sudah bisa dikenai hukum hendaknya memahami tingkat kepentingan, tingkat kemendesakan. Tingkat kepentingan dapat diukur dari sebesar apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita. Maka, semakin besar pengaruhnya, berarti semakin penting bagi kita, dan sebaliknya semakin kecil pengaruhnya, semaikn tidak penting buat kita. Tingkat kemendesakan dapat diukur dari seberapa lama rentang batas waktu yang telah ditetapkan untuk kita kerjakan. Semakin lama rentang waktunya, berarti semaikn tidak mendesak. Sebaliknya, kalau rentang waktunya pendek alias mepet, berarti semakin mendesak untuk kita kerjakan. Sholat 5 Waktu, jelas pekerjaan yang penting bagi kita, karena pengaruhnya terhadap kehidupan, baik di dunia maupun di akherat sangat luar biasa bahayanya. Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, bersabda: Yang artinya; “Janji antara aku dan umatku adalah sholat. Barangsiapa yang tidak sholat, maka tidak ada ikatan janji apa-apa antara aku dan orang itu”.
Jadi, peringatan buat orang-orang yang mengaku dirinya sebagai muslim, mukmin, umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, utamanya adalah muballigh yang rajin bersholawat tapi tidak mau mengerjakan sholat atau sudah mau mengerjakan sholat tapi lewat waktunya, kelak pada hari kiamat jangan menagih janji “minta syafa’at” kepada Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam. Sebab, hakikinya orang semacam itu adalah orang kafir, yang mendasarinya adalah sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadits Tirmidzi Juz 5 hal 13, yang artinya: “(Bedanya) antara hamba dan kafir adalah meninggalkan sholat”.
Dalam arti luas bahwa ummat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam itu senantiasa mengerjakan sholat lima waktu tepat pada waktunya atau dalam waktunya, sedangkan orang kafir tidak mengerjakan sholat lima waktu. Dasarnya adalah sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadits Nasa’i Juz 1 hal 231-232, yang artinya: “Maka barangsiapa yang meninggalkan sholat sungguh ia telah kafir”. Al-Kisah, pada suatu sa’at Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam akan mensholati sesosok mayat, tiba-tiba di dalam kain kafannya ada sesuatu yang bergerak-gerak, setelah dilihat ternyata seekor ular yang sedang menghisab darah dan memakan daging mayat tersebut. Melihat ular itu, Abu Bakar hendak memukulnya, tapi ular tersebut berbicara dengan bahasa yang fasih, “Hai Abu Bakar, mengapa engkau akan membunuh aku! Apa salahku? Aku melakukan semua tindakan ini hanya melaksanakan titah, perintah Alloh Ta’alaa, aku tidak berdosa”, kata ular. Lantas Abu Bakar bertanya, “Lalu, apa salah dia?” Ular menjawab, “Kesalahannya ada 3, yaitu: 1). Tidak mengerjakan sholat, 2). Tidak menunaikan zakat, 3). Tidak mau mendengarkan nasehat ulama’. Waduh, berat sekali resikonya bila kita sampai berani tidak mengerjakan sholat, bahkan kata Alloh Ta’alaa, orang yang seperti itu seperti hewan ternak. Mengapa orang seperti ini bisa disebut seperti hewan ternak “kambing!” Kok kayak kambing sih? Sepertinya hina sekali.
Coba kita pehatikan hewan yang namanya kambing, bila ada suara adzan sholat dikumandangkan? Apakah kambing tersebut mendengarnya? Jawabnya, “Pasti mendengar, doong! Tapi, yang jadi pertanyaan adalah apakah kambing tersebut mendatangi panggilan sholat itu, apa tidak? Jawabnya, “Tidak”. Itulah maka Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-A’roof, No. Surat: 7, Ayat: 179, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami penuhi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, sebab mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (terhadap kewajibannya)”. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 103, yang artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Alloh di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. Menurut ayat di atas, bahwa yang namanya orang iman, pasti sholatnya tepat waktu, baik yang waktu awal ataupun yang akhir tapi tidak sampai melewati batas waktunya. Sholat bisa dilaksanakan begitu sudah memasuki waktunya sholat, yaitu setelah adzan dan qomat dikumandangkan, atau dilaksanakan ketika sudah mendekati akhir waktunya sholat, menjelang adzan untuk sholat fardhu berikutnya.
Sedangkan orang yang mengaku dirinya orang iman tapi sholatnya sering ia kerjakan dengan bermalas-malasan, ogah-ogahan apalagi sampai dengan melewati waktunya, maka dia sudah tidak bisa dibilang lagi sebagai orang iman, tapi orang munafik. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 142, yang artinya “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka [Alloh membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu-lah mereka dilayani sebagaimana melayani para mukmin yang paham. Oleh karena itu Alloh telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu]. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ [yaitu melakukan sesuatu amal tidak untuk mencari keridhoan Alloh tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat] (dengan cara sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Alloh kecuali sedikit sekali [artinya mereka mengerjakan sholat hanya sesekali saja, yaitu bila mereka sedang berada di hadapan orang”. Alloh Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nisaa’, No. Surat: 4, Ayat: 145, yang artinya:“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) di neraka pada tingkatan yang paling bawah. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”.
Sekali lagi, coba tanyakan pada diri sendiri, “Apakah di surga nanti, ingin berpisah dengan orang-orang yang paling dicintai?” Jangan dijawab! Tapi, renungkanlah, lalu berubahlah menjadi hamba Alloh Ta’alaa yang paham, yang mencintai istri dan putra-putri dengan cara lakukan komunikasi yang baik luncurkan rayuan maut kepada mereka sehingga dapat mempengaruhi mereka menjadi hamba Alloh Ta’alaa yang tekun beribadah, utamanya adalah sholat sampai dengan tidak berani lagi menunda-nunda ataupun meninggalkan sholatnya. Dan jangan lupa, manfa’atkan sebagai seorang muballigh untuk mendo’akan mereka, mengingat bahwa do’a seorang muballigh adalah maqbul. Terlebih jika berdo’a pada waktu 1/3 malam akhir.
Demikianlah konsep Islam dalam membentuk ummat yang berkepribadian ‘alim dan berakhlaqul karimah, yang kelak insya Alloh Ta’alaa akan mewujudkan putra-putri sebagai generasi yang kamil “sempurna”, manusia yang ideal, manusia yang seutuhnya. Sebagaimana Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam menyatakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hakim,yang artinya: “Maukah kamu aku beri tahu tentang orang yang paling baik di antara kamu sekalian? Orang yang paling baik, ialah orang yang panjang umurnya, dan baik amal perbuatannya”.
Amalan seperti apa yang paling disenangi Alloh Ta’alaa? Sudah pasti jawabannya adalah amal perbuatan berupa sholat pada waktunya. Baik, kita perhatikan dasar hukumnya dalam Hadits Bukhori, Kitab Adab, Juz 8 Hal 2, yang artinya; “Abdillah berkata: “Aku bertanya kepada Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam: “Amalan apakah yang paling disenangi Alloh? Nabi bersabda: “Sholat atas waktunya”.
Jadi, sholat itu bisa dikerjakan secara tepat waktu “ON TIME” dan selama dalam waktu sholat “IN TIME”. Adapun yang paling afdhol adalah sholat yang dikerjakan tepat pada waktunya “ON TIME”. Seiring dengan status kita sebagai muballigh. Mau ya, berbuat yang terbaik untuk diri sendiri? Selebihnya untuk istri dan anak-anak sebagai teladan dalam rumah tangga. Mau ya, berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi kesalahan, dan merasa bersalah bila sampai berani menunda-nunda waktu sholat, apalagi meninggalkannya? Kholifah Utsman bin Affan berkata dalam Hadits Shohih Bukhori, Juz 1, hal: 178, yang berbunya: Yang artinya: “Sholat adalah sesuatu yang terbaik yang dikerjakan oleh manusia, ketika manusia berbuat baik maka berbuatlah baik bersama mereka”.
Jadilah muballigh sebagai tokoh protagonis, tokoh yang dikagumi, yang mengejawantahkan norma-norma, baik norma agama maupun norma susila, nilai-nilai yang luhur, budi pekerti yang mulia, akhlaqul karimah, cakap budi bahasa, santun tutur kata, manis prilaku, cerdas dan sabar!
“GIMANA SIE, PACARAN ALA ISLAM ITU???”
Banyak yang bilang,”gimana mau nikah,kalau kita nggak kenal watak,karakter calon kita???Yang sudah pacaran puluhan tahun saja bisa cerai??!!!”
Atau seperti ini,”kita kan pacaran ala islam.Jadi nggak pekek pegangan tangan,atau Cuma berduaan ja.Kalau mau keluar juga pasti ada temen yang menemani kami berdua!!!”
Huuuffff……
Kayaknya,makin maju zaman,makin pinter aja ngelesnya ya???!!!
Nah terus, ada nggak sie sebenarnya “PACARAN ALA ISLAM???”
Kalau toh ada,seperti apa sie bentuk dari “PACARAN ALA ISLAM ITU???”
Heeeemmmmm…….
Jadi inget sama kata – kata Allah di surat Al-Isra :32
“Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek.”
Nah,bila mendekati saja NGGAK BOLEH,bahkan DILARANG KERAS oleh Allah,apalagi MELAKUKANNYA????!!!
Dan bukankah “pacaran” itu masuk hal yang di larang oleh Allah???karena sudah PE-DE-KE-TE sama yang namanya ZINA??!!
Ya,walau ada yang menyanggah bahwa melAkukan pacaran secara”ISLAMI”.Dengan :
ü Nggak ada acara pegang tangan,pelukan atau pendekatan fisik yang lain.
ü Nggak pakek pergi berduaan,karena selalu bertiga,ber empat atau beramai-ramai.Atau apel di rumah ajjah.Biar kedua ortunya tau.
ü Nggak pernah kopi darat ,alias Cuma ngobrol by via sms,inbox,chating,email.skype,atau media elektronik yang lainya. -Yang akhir – akhir ini sering terjadi-
Eits,jangan langsung protes besar – besaran gitu dong??!!!
Menganggap bahwa opsi yang terakhir ini NGGAK MASUK katagori PACARAN.Karena Cuma tanya KABAR,NGINGETIN HAL – HAL POSITF (dah makan belum,dah sholat,jangan lupa tilawah ya…..,nanti malem jangan lupa qiyamul lail ya,…dan bla…bla..bla…)sederet pesan ”merah jambu” yang lainnya…..
Kalau nggak bener - bener jaga hati dengen baik,apa nggak GE-ER tu????Terbang menjulang tinggi menembus langit ke tujuh??!!!1-hehehe labay tries!!!_
^^V
Tapi bener nggak???!!
Terus gimana dong,biar bisa tetep PACARAN,tapi yang SYAR’E???
Biar pas nikah/Walimahan nanti nggak seperti “beli kucing dalam sarung” eh salah,”Neli Kucing Dalam Karung” ????
Tenang sob,tetep ada jalan kok,,,,,
Yaitu dengan Cara TA’ARUF
Masih ingetkan dengan pepatah ”Tak Kenal Maka Ta’aruf??”
Nah,ini jadi SATU – SATUnya solusi,buat yang udah Ngebet banget pengen pacaran secara ISLAmi.
Alias only on street,,,,,,
??????????
(nggak usah ngeryitin dahi sampe segitunya!!!! Baca ja terus…..)
TA’ARUF atau bisa di artikan sebagai PERKENALAN yang biasa di lakukan oleh umat muslim dari jaman baheula –jaman Rosulullah SAW,sampai sekarang- sebelum ia Menikah atau Walimahan.Yang Insyallah lebih SYAR’E,dan HALALAN THOYIBAN.Karena Ta’aruf ini tidak dilakukan berdua saja.Pasti ada pihak ke-3,ke-4,ke-5,dan seterusnya.
Nah,pihak – pihak ini bisa Murobbi/murobbiah.temen terpercaya/temen deket,saudara,paman/siapa yang menurut hati nyaman.
Tentunya pula,tidak langsung Bilang
“I LOP YU,EN WHAT YU MEERY ME???”
Namun dipertimbangkan dulu segala sesuatunya,Agamanya,Akhidahnya,keturunannya,alur keluarganya,dan sebagainya.
Kayak ape kate Nabi Muhammad sob,
“Nikahilah wanita karena 4 perkara,karena keturunannya,karena kecantikannya,karena hartanya,dan yang terpenting karena AGAMANYA” (HR,Bukhori dan Muslim)
Nah ini pula yang jadi aptokan untuk memilih calon suami,belahan jiwa,penggalan jantung.
Baru deh dilanjutkan pertemuaN KE-2 BELAH PIHAK DENGAN ORANG TERPERCAYA,fungsinya untuk mencari info2 penting dan sebanyak – banyaknya baik dari perempuan ataupun laki – laki.Dilanjut untuk meminta pertimbangan dalam beberapA hari,dan jangan lupa ISTIKHOROH agar Allah menuntun di PILIHAN TERBAIK.Kalau cocok,tinggal nentuin Tanggal,Hari,untuk proses KHITBAH/LAMARAN,terus WALIMAHAN deh,di lanjutkan PACARAN ala islam deh…..
^^
Dan jangka waktu antara Ta’aruf,khitbah dan ijab khobul NGGAK LEBIH dari 3 bulan ya fren,karena semakin lama di undur,semakin banyak mengundang FITNAH nanti.
Nah sekarang bayangin deh,
Kalau pacaran abis nikah tu,bisa pegangan tangan,pelukan atau ngapain ja halal.BAHKAN di anjurkan.Dan yang pasti lebih KHAYALAN THOYIBAN.Dibandingin belum nikah.
Udah hati jadi kotor,pikiran ngawur(kemana – mana,dan di jamin mikirin yang nggak-nggak)belum lagi pakek acara sentuhan,dan sebagainya……
Iiiihhhhh……ngeri ngebayanginnya,
Alhamdulillah kalau jadi suami / istrinya nanti ,nah kalau kagak jadi????
Berabe dunia Akhirat !!!!
Ibaratnya kalau mau beli buah/makanan/barang.
Kalau beli di Supermarket,di bungkus rapi,di dalem etalase pula.Di jaga kebersihannya,Bandingin beli di pasar,yang semua orang bisa megang – megang seenaknya….
Nggak maukan kayak gitu????
Habis di pegang – pegang terus di tinggalin gitu aja…
So sad….
LLLLL
Nah gitu juga dengan PACARAN fren….
Apapun Namanya,mau pacaran ala islam,atau pacaran ala apapun,kalau BELUM ADA IKATAN NIKAH,tetep JAGA JARAK…..JAGA HATI….
WARNING…!!!!
Karena PACARAN dalam islam itu Cuma ade setelah ADA IKATAN IJAB KHOBUL.
Kalau belum ada,
Mending nggak usah lah,jauh – jauhin aja…..
Apalagi sms,chating,skype yang nggak penting kayak gitu….
kalau kata Anfika Noer,penulis asal Lampung:
“Hati itu ibarat penawar.Bila ia tercuni,tidakkah nyawamu akan terancam???Jagalah Ia sekiranya itu Tidak mudah!!!”
Dan kesimpulannya adalah….
PACARAN SECARA ISLAMI itu ada .Asal setelah Ada Ikatan NIkah alias sudah IJAB SYAH.
Dan kalau mau cari pendamping hidup.Menejer Dunia Akhirat,TA’ARUF SECARA SYAR’E.dengan orang TERPERCAYA.
Kalu belum mapu Ya….
PUASA aje…
Dengan begitu insyallah bisA jaga ZINA HATI,ZINA MATA,ZINA PIKIRAN….
“Karena zinanya MATA adalah MEMANDANG.zinanya KAKI adalah MELANGKAH,zinanyan HATI adalah BERHARAP DAN BERANGAN – ANGAN,dan dibenarkan yang demikian oleh farjinya atau didustakan”
(HR.Bukhori,Muslim,abu Dawud dan Nasa’i)
Nah,Sekarang terserah…..
LIFE IS CHOICE…
Pilihan ada di tangan kalian semua,,,,,
Yang Pasti ada konsekwensinya masing – masing…..
Mau pilih yang mana??????
Atau seperti ini,”kita kan pacaran ala islam.Jadi nggak pekek pegangan tangan,atau Cuma berduaan ja.Kalau mau keluar juga pasti ada temen yang menemani kami berdua!!!”
Huuuffff……
Kayaknya,makin maju zaman,makin pinter aja ngelesnya ya???!!!
Nah terus, ada nggak sie sebenarnya “PACARAN ALA ISLAM???”
Kalau toh ada,seperti apa sie bentuk dari “PACARAN ALA ISLAM ITU???”
Heeeemmmmm…….
Jadi inget sama kata – kata Allah di surat Al-Isra :32
“Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek.”
Nah,bila mendekati saja NGGAK BOLEH,bahkan DILARANG KERAS oleh Allah,apalagi MELAKUKANNYA????!!!
Dan bukankah “pacaran” itu masuk hal yang di larang oleh Allah???karena sudah PE-DE-KE-TE sama yang namanya ZINA??!!
Ya,walau ada yang menyanggah bahwa melAkukan pacaran secara”ISLAMI”.Dengan :
ü Nggak ada acara pegang tangan,pelukan atau pendekatan fisik yang lain.
ü Nggak pakek pergi berduaan,karena selalu bertiga,ber empat atau beramai-ramai.Atau apel di rumah ajjah.Biar kedua ortunya tau.
ü Nggak pernah kopi darat ,alias Cuma ngobrol by via sms,inbox,chating,email.skype,atau media elektronik yang lainya. -Yang akhir – akhir ini sering terjadi-
Eits,jangan langsung protes besar – besaran gitu dong??!!!
Menganggap bahwa opsi yang terakhir ini NGGAK MASUK katagori PACARAN.Karena Cuma tanya KABAR,NGINGETIN HAL – HAL POSITF (dah makan belum,dah sholat,jangan lupa tilawah ya…..,nanti malem jangan lupa qiyamul lail ya,…dan bla…bla..bla…)sederet pesan ”merah jambu” yang lainnya…..
Kalau nggak bener - bener jaga hati dengen baik,apa nggak GE-ER tu????Terbang menjulang tinggi menembus langit ke tujuh??!!!1-hehehe labay tries!!!_
^^V
Tapi bener nggak???!!
Terus gimana dong,biar bisa tetep PACARAN,tapi yang SYAR’E???
Biar pas nikah/Walimahan nanti nggak seperti “beli kucing dalam sarung” eh salah,”Neli Kucing Dalam Karung” ????
Tenang sob,tetep ada jalan kok,,,,,
Yaitu dengan Cara TA’ARUF
Masih ingetkan dengan pepatah ”Tak Kenal Maka Ta’aruf??”
Nah,ini jadi SATU – SATUnya solusi,buat yang udah Ngebet banget pengen pacaran secara ISLAmi.
Alias only on street,,,,,,
??????????
(nggak usah ngeryitin dahi sampe segitunya!!!! Baca ja terus…..)
TA’ARUF atau bisa di artikan sebagai PERKENALAN yang biasa di lakukan oleh umat muslim dari jaman baheula –jaman Rosulullah SAW,sampai sekarang- sebelum ia Menikah atau Walimahan.Yang Insyallah lebih SYAR’E,dan HALALAN THOYIBAN.Karena Ta’aruf ini tidak dilakukan berdua saja.Pasti ada pihak ke-3,ke-4,ke-5,dan seterusnya.
Nah,pihak – pihak ini bisa Murobbi/murobbiah.temen terpercaya/temen deket,saudara,paman/siapa yang menurut hati nyaman.
Tentunya pula,tidak langsung Bilang
“I LOP YU,EN WHAT YU MEERY ME???”
Namun dipertimbangkan dulu segala sesuatunya,Agamanya,Akhidahnya,keturunannya,alur keluarganya,dan sebagainya.
Kayak ape kate Nabi Muhammad sob,
“Nikahilah wanita karena 4 perkara,karena keturunannya,karena kecantikannya,karena hartanya,dan yang terpenting karena AGAMANYA” (HR,Bukhori dan Muslim)
Nah ini pula yang jadi aptokan untuk memilih calon suami,belahan jiwa,penggalan jantung.
Baru deh dilanjutkan pertemuaN KE-2 BELAH PIHAK DENGAN ORANG TERPERCAYA,fungsinya untuk mencari info2 penting dan sebanyak – banyaknya baik dari perempuan ataupun laki – laki.Dilanjut untuk meminta pertimbangan dalam beberapA hari,dan jangan lupa ISTIKHOROH agar Allah menuntun di PILIHAN TERBAIK.Kalau cocok,tinggal nentuin Tanggal,Hari,untuk proses KHITBAH/LAMARAN,terus WALIMAHAN deh,di lanjutkan PACARAN ala islam deh…..
^^
Dan jangka waktu antara Ta’aruf,khitbah dan ijab khobul NGGAK LEBIH dari 3 bulan ya fren,karena semakin lama di undur,semakin banyak mengundang FITNAH nanti.
Nah sekarang bayangin deh,
Kalau pacaran abis nikah tu,bisa pegangan tangan,pelukan atau ngapain ja halal.BAHKAN di anjurkan.Dan yang pasti lebih KHAYALAN THOYIBAN.Dibandingin belum nikah.
Udah hati jadi kotor,pikiran ngawur(kemana – mana,dan di jamin mikirin yang nggak-nggak)belum lagi pakek acara sentuhan,dan sebagainya……
Iiiihhhhh……ngeri ngebayanginnya,
Alhamdulillah kalau jadi suami / istrinya nanti ,nah kalau kagak jadi????
Berabe dunia Akhirat !!!!
Ibaratnya kalau mau beli buah/makanan/barang.
Kalau beli di Supermarket,di bungkus rapi,di dalem etalase pula.Di jaga kebersihannya,Bandingin beli di pasar,yang semua orang bisa megang – megang seenaknya….
Nggak maukan kayak gitu????
Habis di pegang – pegang terus di tinggalin gitu aja…
So sad….
LLLLL
Nah gitu juga dengan PACARAN fren….
Apapun Namanya,mau pacaran ala islam,atau pacaran ala apapun,kalau BELUM ADA IKATAN NIKAH,tetep JAGA JARAK…..JAGA HATI….
WARNING…!!!!
Karena PACARAN dalam islam itu Cuma ade setelah ADA IKATAN IJAB KHOBUL.
Kalau belum ada,
Mending nggak usah lah,jauh – jauhin aja…..
Apalagi sms,chating,skype yang nggak penting kayak gitu….
kalau kata Anfika Noer,penulis asal Lampung:
“Hati itu ibarat penawar.Bila ia tercuni,tidakkah nyawamu akan terancam???Jagalah Ia sekiranya itu Tidak mudah!!!”
Dan kesimpulannya adalah….
PACARAN SECARA ISLAMI itu ada .Asal setelah Ada Ikatan NIkah alias sudah IJAB SYAH.
Dan kalau mau cari pendamping hidup.Menejer Dunia Akhirat,TA’ARUF SECARA SYAR’E.dengan orang TERPERCAYA.
Kalu belum mapu Ya….
PUASA aje…
Dengan begitu insyallah bisA jaga ZINA HATI,ZINA MATA,ZINA PIKIRAN….
“Karena zinanya MATA adalah MEMANDANG.zinanya KAKI adalah MELANGKAH,zinanyan HATI adalah BERHARAP DAN BERANGAN – ANGAN,dan dibenarkan yang demikian oleh farjinya atau didustakan”
(HR.Bukhori,Muslim,abu Dawud dan Nasa’i)
Nah,Sekarang terserah…..
LIFE IS CHOICE…
Pilihan ada di tangan kalian semua,,,,,
Yang Pasti ada konsekwensinya masing – masing…..
Mau pilih yang mana??????
MENGGUGAT 5 BAB...?????
Sebuah tulisan dari Sdr Rikrik Aulia Rahman
5 BAB
Haji Nur Hasan dipercaya telah membuat sebuah program “jenius” yang siapa saja yang menjalankan program ini wajib masuk surga !!, sebaliknya siapa saja yang tidak menjalankannya wajib masuk neraka. Program itu disebut dengan 5 Bab (Ngaji, Ngamal, Mbela, Sambung Jama’ah, Toat karena alloh).
Dalam Teks Daerahan bulan Maret 2011 disebutkan:
“Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau tetap menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab karena Allah sampai tutup pol ajal matinya masing-masing menurut firman Allah dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam Al-hadits wajib masuk neraka berdasarkan dalil-dalil haq firman Allah…“.
Maksudnya Qur’an Hadits menurut pemahaman mereka dan maksud dari jama’ah adalah jama’ah mereka (Jama’ahnya Haji Nur Hasan), sebab mereka menyusulkannya dengan perkataan “secara 5 Bab”, yaitu program jama’ah mereka yang dicanangkan pertama kali oleh Haji Nur Hasan sebagaimana dalam Makalah CAI, dan tidak ada kelompok lain selain mereka yang mengenal istilah 5 bab.
Dalam Makalah CAI disebutkan bahwa ‘ide’ itu dimulai sejak tahun 1960,
Masa penataan (1960-1970)…. C. Mulai diijtihadi program ibadah jama’ah secara bertahap yaitu lima bab…
Siapakah sebenarnya Haji Nur Hasan ini, sehingga hanya dengan mengikuti program bikinannya sejak tahun 1960 yaitu “5 bab” seseorang itu wajib masuk surga?. Dan siapa yang tidak melaksanakannya wajib masuk neraka?. Bahkan jika seorang imam ingin mengetahui ‘tingkat kepahaman’ seorang jama’ahnya dia akan bertanya pada temannya, “Bagaimana 5 babnya lancar?”, jika lancar maka keimanannya dianggap tinggi, jika tidak maka sebaliknya.
Jika mereka berkilah, sesungguhnya isi dari lima bab itu baik…
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
[ SAYA AKAN MEMOTONG NYA DISINI : DARI ULASAN DIATAS SEAKAN2 SAUDARA RIKRIK MENGGUGAT 5 BAB, NAMUN JUSTRU SANGAT TERLIHAT KEJAHILANNYA MENGINGAT BANYAKNYA KATA-KATA YANG JIKA DI PIKIR DAN DI CERNA AKAN KONTRADIKTIF]
RIkrik berusaha seakan-akan memberikan pencerahan/informasi atas faham sesat yang bernama 5 bab, namun sayangnya dia menyembunyikan maksud yang sesungguhnya dari program 5 bab tersebut, dia tidak membeirkan informasi yang berimbang dan akhirnya berimbas pembentukan opini negative bahwa program 5 bab adalah SALAH DAN SESAT, betul begitu?? tapi tahukah anda (bagi yang awam) apakah 5 bab itu??? Lima bab adalah program ibadah atau dalam perusahaan lebih di kenal dengan sebutan S.O.P (standart Operation Prosedurnya ibadah)
Adapun 5 bab sendiri terdiri dari :
· Mengaji Alquran dan Hadits
· Mengamalkan apa yang telah di kajinya di Alquran dan Hadits tersebut
· Membela (berusaha sungguh) terhadap amalan yang telah di kaji di alquran dan Hadits
· Sambung Jama’ah Secara Alquran dan Hadits
· Dan Menthoati Perintah2 Allah, Rasul (mutlak)
Nah dari 5 program tersebut apakah ada yang salah??
Dan anehnya orang-orang yang menganggap program 5 bab itu adalah sesat justru mereka masih mengerjakannya.
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mengaji/daurah??
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mengamalkan apa-apa yang telah mereka fahami dari Alquran dan hadits?
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mereka tidak membela agama Allah dan pengamalan mereka misalkan mereka tidak infaq lagi untuk masjid2 tmpat Daurah dan lain sebagainya
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mereka sudah tidak thoat lagi pada Allah dan Rasul ??
Lalu siapakah disini yang sebenarnya SESAT DAN MENDUSTAKAN??? SIAPA YANG SEBENARNYA MEMELINTIR PENDAPATNYA?
Mereka gagal memahami bahwa sebenarnya nama 5 bab itu untuk menyebut 5 hal yang harus di jalani seorang muslim agar dia dapat beribadah secara sempurna dan kaffah. Rikrik memelintir pendapat, dan tidak mau memahami konsep 5 bab tsb dan hanya mempermasalahkan PENAMAAN 5 BAB SAJA (TIDAK MAU MEMAHAMI ATAU MEMANG MAU BERDUSTA?) sama dengan saya memberi nama orang yang mirip mister bean tinggi putih itu dengan sebutan ADAM AMRULLAH. Coba bayangkan jika si adam gak punya nama, dengan apa kita menghafalnya?lha wong cuma penamaan saja kok di permasalahkan.
Coba sekarang mereka menganggap 5 bab bid’ah, sesat, berarti
· Mengaji / Daurah adalah bid’ah dan sesat
· Mengamalkan amalan2 yang kita fahami di Alquran dan hadist adalah sesat dan
bid’ah
. Membela adalah bid'ah dan sesat
· Thoat Perintah Allah dan Rasul adalah bid’ah dan sesat
Dst
Disini bisa terbukti siapakah sebenarnya yang mendustakan dan merusak agama, MAU JADI APA AGAMA INI JIKA KITA MENGAJI, KITA MENGAMAL, KITA MEMBELA AGAMA ALLAH, KITA THOAT ALLAH DIANGGAP SESAT DAN BID’AH SADARKAH ANDA ORANG MACAM APA YANG MEMBID’AH KAN DAN MENGANGGAP SESAT 5 TAHAPAN DIATAS????
JADI FAHAMI LAH 5 BAB SECARA KAFFAH JANGAN HANYA MEMPERSOALKAN PENAMAAN ‘5 BAB’ SAJA, TAPI TIDAK MAU MEMAHAMINYA SECARA MENDALAM. ( ATAU GAGAL MEMAHAMI)
SETELAH ANDA MEMBACA TULISAN INI TENTU ANDA AKAN TAHU ORANG SEPERTI APAKAH RIKRIK ITU, PANTASKAH DIA DI AMBIL ILMUNYA?
DAN ANDA AKAN LEBIH BIJAKSANA DALAM MEMBACA SETIAP TULISAN2 YANG TENDENSIUS
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
D
Kami katakan, tidak setiap yang menurut kita baik itu, baik pula menurut Alloh Ta’ala…
perhatikan hadits berikut ini,
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلَا صَلَاةٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ وَلَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي لَيْلَةٍ فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنْ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْعَجُوزُ يَقُولُونَ أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَنَحْنُ نَقُولُهَا فَقَالَ لَهُ صِلَةُ مَا تُغْنِي عَنْهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَهُمْ لَا يَدْرُونَ مَا صَلَاةٌ وَلَا صِيَامٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ فَأَعْرَضَ عَنْهُ حُذَيْفَةُ ثُمَّ رَدَّهَا عَلَيْهِ ثَلَاثًا كُلَّ ذَلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ حُذَيْفَةُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ فِي الثَّالِثَةِ فَقَالَ يَا صِلَةُ تُنْجِيهِمْ مِنْ النَّارِ ثَلَاثًا
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ia berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “(Ajaran) Islam akan terkikis sebagaimana hiasan baju yang terkikis sehingga tidak di ketahui apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu ibadah dan apa itu sedekah, dan akan ditanggalkan Kitabullah di malam hari, sehingga tidak tersisa di muka bumi satu ayat pun. Yang tersisa adalah beberapa kelompok manusia yang telah lanjut usia dan lemah, mereka berkata, 'Kami menemui bapak-bapak kami di atas kalimat 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah', maka kami mengucapkannya". Shilah berkata kepadanya : " Apakah perkataan Laa ilaaha illallaah bermanfaat bagi mereka, meskipun mereka tidak mengetahui shalat, puasa, haji, dan shadaqah?". Lalu Hudzaifah berpaling darinya, lantas ia (Shilah bin Zufar) mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Kemudian Hudzifah menjawab : “Wahai Shilah, kalimat itu (laa ilaaha illallaah) akan menyelamatkan mereka dari api neraka”. Hudzaifah mengucapkan itu sebanyak tiga kali” (Ibnu Maajah no. 4049). (1)
Orang itu tidak “menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab” bahkan orang itu hanya mengikuti perkataan nenek moyangnya saja. Bukankah menurut pemahaman jama’ahnya Haji Nur Hasan orang tersebut wajib masuk neraka karena tidak “menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab”?. Akan tetapi justru menurut hadits ternyata mereka bisa masuk surga juga.
Disinilah batalnya segala anggapan baik kalau tidak disertai oleh syari’at. Seperti perkataan Nabi shallallahu’alaihi wasallam kepada Abu Dzar,
عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرّ
“Walaupun tidak disukai Abu Dzar (mereka tetap akan masuk surga -pen)”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ " قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّابِعَةِ: «عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ» قَالَ: فَخَرَجَ أَبُو ذَرٍّ وَهُوَ يَقُولُ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ
“Tiada seorang hamba mengucapkan la illaha illallah lalu mati atas demikian itu melainkan ia masuk surga”. Bertanya Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Bertanya lagi Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Bertanya lagi Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau shallallahu’alaihi wasallam menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Sampai tiga kali, kemudian kali keempat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar”. Maka keluarlah Abu Dzar dari tempat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sambil mengulang-ngulang kata, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar, Walaupun tidak disukai Abu Dzar”.
Dalam lafazh Ahmad,
قَالَ: فَكَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ بِهَذَا بَعْدُ، وَيَقُولُ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ
Berkata perawi, “Dan demikian seterusnya tiap kali Abu Dzar meriwayatkan hadits ini, tidak lupa mengucapkan kata-kata terakhir ini, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar”.
Hadits ini shahih, dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad (5/166) no. 21504, Bukhari dalam Shahih no. 5827, dan Muslim dalam Shahih (1/95) no. 94
5 BAB
Haji Nur Hasan dipercaya telah membuat sebuah program “jenius” yang siapa saja yang menjalankan program ini wajib masuk surga !!, sebaliknya siapa saja yang tidak menjalankannya wajib masuk neraka. Program itu disebut dengan 5 Bab (Ngaji, Ngamal, Mbela, Sambung Jama’ah, Toat karena alloh).
Dalam Teks Daerahan bulan Maret 2011 disebutkan:
“Sebaliknya, barangsiapa yang tidak mau tetap menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab karena Allah sampai tutup pol ajal matinya masing-masing menurut firman Allah dalam Al-Qur’an dan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dalam Al-hadits wajib masuk neraka berdasarkan dalil-dalil haq firman Allah…“.
Maksudnya Qur’an Hadits menurut pemahaman mereka dan maksud dari jama’ah adalah jama’ah mereka (Jama’ahnya Haji Nur Hasan), sebab mereka menyusulkannya dengan perkataan “secara 5 Bab”, yaitu program jama’ah mereka yang dicanangkan pertama kali oleh Haji Nur Hasan sebagaimana dalam Makalah CAI, dan tidak ada kelompok lain selain mereka yang mengenal istilah 5 bab.
Dalam Makalah CAI disebutkan bahwa ‘ide’ itu dimulai sejak tahun 1960,
Masa penataan (1960-1970)…. C. Mulai diijtihadi program ibadah jama’ah secara bertahap yaitu lima bab…
Siapakah sebenarnya Haji Nur Hasan ini, sehingga hanya dengan mengikuti program bikinannya sejak tahun 1960 yaitu “5 bab” seseorang itu wajib masuk surga?. Dan siapa yang tidak melaksanakannya wajib masuk neraka?. Bahkan jika seorang imam ingin mengetahui ‘tingkat kepahaman’ seorang jama’ahnya dia akan bertanya pada temannya, “Bagaimana 5 babnya lancar?”, jika lancar maka keimanannya dianggap tinggi, jika tidak maka sebaliknya.
Jika mereka berkilah, sesungguhnya isi dari lima bab itu baik…
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
[ SAYA AKAN MEMOTONG NYA DISINI : DARI ULASAN DIATAS SEAKAN2 SAUDARA RIKRIK MENGGUGAT 5 BAB, NAMUN JUSTRU SANGAT TERLIHAT KEJAHILANNYA MENGINGAT BANYAKNYA KATA-KATA YANG JIKA DI PIKIR DAN DI CERNA AKAN KONTRADIKTIF]
RIkrik berusaha seakan-akan memberikan pencerahan/informasi atas faham sesat yang bernama 5 bab, namun sayangnya dia menyembunyikan maksud yang sesungguhnya dari program 5 bab tersebut, dia tidak membeirkan informasi yang berimbang dan akhirnya berimbas pembentukan opini negative bahwa program 5 bab adalah SALAH DAN SESAT, betul begitu?? tapi tahukah anda (bagi yang awam) apakah 5 bab itu??? Lima bab adalah program ibadah atau dalam perusahaan lebih di kenal dengan sebutan S.O.P (standart Operation Prosedurnya ibadah)
Adapun 5 bab sendiri terdiri dari :
· Mengaji Alquran dan Hadits
· Mengamalkan apa yang telah di kajinya di Alquran dan Hadits tersebut
· Membela (berusaha sungguh) terhadap amalan yang telah di kaji di alquran dan Hadits
· Sambung Jama’ah Secara Alquran dan Hadits
· Dan Menthoati Perintah2 Allah, Rasul (mutlak)
Nah dari 5 program tersebut apakah ada yang salah??
Dan anehnya orang-orang yang menganggap program 5 bab itu adalah sesat justru mereka masih mengerjakannya.
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mengaji/daurah??
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mengamalkan apa-apa yang telah mereka fahami dari Alquran dan hadits?
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mereka tidak membela agama Allah dan pengamalan mereka misalkan mereka tidak infaq lagi untuk masjid2 tmpat Daurah dan lain sebagainya
· Apakah orang-orang yang sudah menganggap program 5 bab itu sesat mereka tidak lagi mereka sudah tidak thoat lagi pada Allah dan Rasul ??
Lalu siapakah disini yang sebenarnya SESAT DAN MENDUSTAKAN??? SIAPA YANG SEBENARNYA MEMELINTIR PENDAPATNYA?
Mereka gagal memahami bahwa sebenarnya nama 5 bab itu untuk menyebut 5 hal yang harus di jalani seorang muslim agar dia dapat beribadah secara sempurna dan kaffah. Rikrik memelintir pendapat, dan tidak mau memahami konsep 5 bab tsb dan hanya mempermasalahkan PENAMAAN 5 BAB SAJA (TIDAK MAU MEMAHAMI ATAU MEMANG MAU BERDUSTA?) sama dengan saya memberi nama orang yang mirip mister bean tinggi putih itu dengan sebutan ADAM AMRULLAH. Coba bayangkan jika si adam gak punya nama, dengan apa kita menghafalnya?lha wong cuma penamaan saja kok di permasalahkan.
Coba sekarang mereka menganggap 5 bab bid’ah, sesat, berarti
· Mengaji / Daurah adalah bid’ah dan sesat
· Mengamalkan amalan2 yang kita fahami di Alquran dan hadist adalah sesat dan
bid’ah
. Membela adalah bid'ah dan sesat
· Thoat Perintah Allah dan Rasul adalah bid’ah dan sesat
Dst
Disini bisa terbukti siapakah sebenarnya yang mendustakan dan merusak agama, MAU JADI APA AGAMA INI JIKA KITA MENGAJI, KITA MENGAMAL, KITA MEMBELA AGAMA ALLAH, KITA THOAT ALLAH DIANGGAP SESAT DAN BID’AH SADARKAH ANDA ORANG MACAM APA YANG MEMBID’AH KAN DAN MENGANGGAP SESAT 5 TAHAPAN DIATAS????
JADI FAHAMI LAH 5 BAB SECARA KAFFAH JANGAN HANYA MEMPERSOALKAN PENAMAAN ‘5 BAB’ SAJA, TAPI TIDAK MAU MEMAHAMINYA SECARA MENDALAM. ( ATAU GAGAL MEMAHAMI)
SETELAH ANDA MEMBACA TULISAN INI TENTU ANDA AKAN TAHU ORANG SEPERTI APAKAH RIKRIK ITU, PANTASKAH DIA DI AMBIL ILMUNYA?
DAN ANDA AKAN LEBIH BIJAKSANA DALAM MEMBACA SETIAP TULISAN2 YANG TENDENSIUS
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
D
Kami katakan, tidak setiap yang menurut kita baik itu, baik pula menurut Alloh Ta’ala…
perhatikan hadits berikut ini,
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ وَلَا صَلَاةٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ وَلَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي لَيْلَةٍ فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنْ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْعَجُوزُ يَقُولُونَ أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَنَحْنُ نَقُولُهَا فَقَالَ لَهُ صِلَةُ مَا تُغْنِي عَنْهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَهُمْ لَا يَدْرُونَ مَا صَلَاةٌ وَلَا صِيَامٌ وَلَا نُسُكٌ وَلَا صَدَقَةٌ فَأَعْرَضَ عَنْهُ حُذَيْفَةُ ثُمَّ رَدَّهَا عَلَيْهِ ثَلَاثًا كُلَّ ذَلِكَ يُعْرِضُ عَنْهُ حُذَيْفَةُ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِ فِي الثَّالِثَةِ فَقَالَ يَا صِلَةُ تُنْجِيهِمْ مِنْ النَّارِ ثَلَاثًا
Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ia berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “(Ajaran) Islam akan terkikis sebagaimana hiasan baju yang terkikis sehingga tidak di ketahui apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu ibadah dan apa itu sedekah, dan akan ditanggalkan Kitabullah di malam hari, sehingga tidak tersisa di muka bumi satu ayat pun. Yang tersisa adalah beberapa kelompok manusia yang telah lanjut usia dan lemah, mereka berkata, 'Kami menemui bapak-bapak kami di atas kalimat 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah', maka kami mengucapkannya". Shilah berkata kepadanya : " Apakah perkataan Laa ilaaha illallaah bermanfaat bagi mereka, meskipun mereka tidak mengetahui shalat, puasa, haji, dan shadaqah?". Lalu Hudzaifah berpaling darinya, lantas ia (Shilah bin Zufar) mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Kemudian Hudzifah menjawab : “Wahai Shilah, kalimat itu (laa ilaaha illallaah) akan menyelamatkan mereka dari api neraka”. Hudzaifah mengucapkan itu sebanyak tiga kali” (Ibnu Maajah no. 4049). (1)
Orang itu tidak “menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab” bahkan orang itu hanya mengikuti perkataan nenek moyangnya saja. Bukankah menurut pemahaman jama’ahnya Haji Nur Hasan orang tersebut wajib masuk neraka karena tidak “menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jama’ah secara 5 bab”?. Akan tetapi justru menurut hadits ternyata mereka bisa masuk surga juga.
Disinilah batalnya segala anggapan baik kalau tidak disertai oleh syari’at. Seperti perkataan Nabi shallallahu’alaihi wasallam kepada Abu Dzar,
عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرّ
“Walaupun tidak disukai Abu Dzar (mereka tetap akan masuk surga -pen)”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ " قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» قُلْتُ: وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟ قَالَ: «وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ» ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّابِعَةِ: «عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ» قَالَ: فَخَرَجَ أَبُو ذَرٍّ وَهُوَ يَقُولُ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ
“Tiada seorang hamba mengucapkan la illaha illallah lalu mati atas demikian itu melainkan ia masuk surga”. Bertanya Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Bertanya lagi Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Bertanya lagi Abu Dzar, “Walaupun berzina dan mencuri?”. Beliau shallallahu’alaihi wasallam menjawab, “Walaupun berzina dan mencuri”. Sampai tiga kali, kemudian kali keempat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar”. Maka keluarlah Abu Dzar dari tempat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam sambil mengulang-ngulang kata, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar, Walaupun tidak disukai Abu Dzar”.
Dalam lafazh Ahmad,
قَالَ: فَكَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ بِهَذَا بَعْدُ، وَيَقُولُ: وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ
Berkata perawi, “Dan demikian seterusnya tiap kali Abu Dzar meriwayatkan hadits ini, tidak lupa mengucapkan kata-kata terakhir ini, “Walaupun tidak disukai Abu Dzar”.
Hadits ini shahih, dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnad (5/166) no. 21504, Bukhari dalam Shahih no. 5827, dan Muslim dalam Shahih (1/95) no. 94
Seri Materi Tauhid
Pengantar
Segala puji hanya milik Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Imamul Muwahhidin, Muhammad ibnu ‘Abdillah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.
Mengucapkan Laa ilaaha illallaah amatlah mudah, tapi menjadi orang yang beriman sangatlah susah. Tak seringan di lisan, karena di depan kalimat Tauhid yang diucapkan menanti konsekuensi dan pengorbanan, sebagai bukti iman dan jalan untuk mencapai tujuan penciptaan. Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (mentauhidkan-Ku)” (Adz Dzaariyaat: 56)
Bencana datang bertubi-tubi menghantam negeri ini, menelan ribuan nyawa dan harta benda, namun tak jua membuat penduduk negeri ini tersadar dari lelap tidurnya dalam lumpur kemaksiatan. Mereka terlena dan tak hendak lagi untuk berfikir tentang tujuan Allah menciptakan mereka. Di bawah payung demokrasi jadilah gaya hidup yang hedonis, liberal, sekuler, dan materialistis telah menguasai benak sebagian besar penduduk negeri ini, maka hampir semuanya berkata bahwa itu adalah fenomena alam, sepertinya tak banyak yang berfikir itu adalah ujian atau peringatan, apalagi sampai berfikir itu adalah ‘adzab dari Allah yang telah murka. What’s wrong…??? Adakah yang salah dengan negara dan penduduknya yang konon katanya memegang peringkat jumlah muslim terbesar di dunia ini….?
Mereka berteriak “Kami muslim…!”, tapi mereka meminta rizqi kepada orang yang sudah tiada atau kepada jin penunggu goa.
Mereka berkata “Kami mu’min, Allahu Akbar…!”, namun mereka membuat tumbal dan sesajen bahkan ikut berpesta dalam hari raya kaum kuffar.
Mereka berbicara “Kami bertaqwa”, sedangkan kepada hukum thaghutmereka merujuk hukum dan meminta fatwa.
Mereka menolak penegakan hukum Allah…!!!
Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Ibadatilah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu,…”(An Nahl: 36)
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku (mengklaim) dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghut itu dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (An Nisaa: 60)
Demi Allah, disadari atau tidak oleh penderitanya, ternyata beragam syirik, kekufuran dan kemurtadan telah menjadi penyakit ganas yang mewabah, meraksuki setiap sendi kehidupan umat, dan yang paling banyak meminta korban -bahkan juga dari kalangan yang mengklaim dirinya sebagai ‘ulama atau aktivis dakwah- adalah syirik dalam hukum, maka penulis kumpulan risalah ini, yaitu Al Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman merasa mendapatkan “an emergency call” untuk terus melakukan sesuatu bagi kebaikan umat ini dengan memperbanyak menulis pembahasan syirik dalam hukum dan salah satunya adalah SERI MATERI TAUHID ini yang merupakan kumpulan tulisan dan saduran ceramah beliau, sehingga seruan dari para Singa Tauhid –‘ulama muhaqqiqin- untuk kembali kepada hukum Allah dan mencapai kembali kejayaan Khilafah Islamiyyah… lebih menggema insya Allah…aamiin.
Sebelum menutup pengantar ini, izinkanlah saya untuk mengutip beberapa kalimat yang saya harapkan dapat menggugah kesadaran kita yang masih tertidur atau bahkan “koma” dalam keterpurukan, kita yang masih terbuai mimpi indah “perjuangan” memperbaiki taraf hidup dengan berbekal isme-isme yang ternyata muncul dari ekstrimis Yahudi, kaum Masuniah (Freemasonry):
Humanisme (Kemanusiaan)
“Kemanusiaan itu harus kita jadikan sebagai tujuan selain dari Allah. Jadikanlah kemanusiaan itu sebagai tuhan untuk disembah. Bentuklah etika kemanusiaan sebagai pengganti etika agama. Tidaklah cukup bagi kita hanya mengalahkan mereka (para pemeluk agama) dan peribadatannya dengan humanisme sejati, melainkan harus dapat memusnahkan mereka dengan humanisme itu”. (Notulen Kongres Freemasonry Begardo 1911 dalam Asrar Masuniah)
Sekulerisme
“Sesungguhnya dalam berjuang melawan agama-agama itu tidak akan ada akhirnya, kecuali agama itu sudah dipisahkan dari negara” (Majalah Freemasonry ‘Accacia’, 1903: 806)
“Dekatilah para pemimpin agama itu, ajaklah mereka duduk di majelis kita agar mereka menjadi ulama sekuler”. (Majalah Freemasonry ‘Cabana’, 1934)
Demokrasi
Freemasonry berusaha keras mendirikan republik-republik demokrasi di seluruh muka bumi ini. Freemasonry adalah pengawal jiwa demokrasi. Freemasonry berupaya keras untuk meratakan paham demokrasi di seluruh negeri dan menentang segala pengkastaan dalam masyarakat.
Monoteisme
Freemasonry merujuk amanat-amanat lama agar semua manusia berkeyakinan akan keesaan Eloh dengan tafsir dan falsafah masing-masing. Freemasonry menghormati semua agama dan freemasonry meyakinkan semua anggotanya agar mengakui kenbenaran dan kesucian semua agama.
(Maha Suci Allah, ternyata konsep monoteisme Freemasonry serupadengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa di negeri ini.)
Semoga kumpulan risalah “SERI MATERI TAUHID” ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk dikaji dan diamalkan dalam kehidupan. Inilah saatnya mereformasi diri atau bahkan merevolusinya, jangan pernah berkata -misalnya- “Saya sudah merasa cukup dengan keislaman saya ini, saya kan sudah jadi aktivis dakwah, saya sudah tahu Islam yang haq”, karena saat kita membaca dan terus belajar, masya Allah… justeru kita menemukan betapa banyaknya hal yang belum kita ketahui dan barulah kita menyadari betapa jahil-nya diri kita ini, serta jadilah kita mengerti betapa pentingnya memahami Tauhid secara utuh. Setelah itu, maka kita akan menemui tantangan hidup yang sesungguhnya… dan barulah pengorbanan dan persaudaraan kita akan bermakna. Semua itu demi meraih ridha Allah dan surga-Nya, so tunggu apa lagi? Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah: 214)
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (Ali ‘Imran: 186).
Teriring salam dan do’a bagi para ‘ulama dan du’at Tauhid,
Yang selalu menggelorakan semangat penegakan Tauhid dan Jihad
Di seluruh penjuru dunia, -semoga Allah menjaga mereka-
Semoga Allah memenangkan para mujahidin atas musuh-musuhnya
Di setiap tempat dan semoga Allah melindungi mu’minin yang lemah
Dari penindasan kaum kuffar di seluruh penjuru bumi,
Aamiin…
(Takbir..!!! Allahu Akbar…!!!)
Yaa Allah…, sesungguhnya hamba memohon kekuatan untuk sabar dan istiqamah di atas millah Tauhid hingga akhir hayat… Aamiin. Akhir kata, segala puji bagi Allah Tuhan semesta, shalawat dan salam bagi Rasulullah Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya. Mohon maaf atas segala kekurangan (khususnya dari editor yang penuh keterbatasan) dan saran pembaca selalu dinantikan. Jazaakumullahu khairan.
Bumi Allah, 23 Shafar 1429
Melalui media massa kita kerap membaca, mendengar atau menyaksikan berita tentang mereka yang mengaku sebagai muslim merayakan Natal Bersama, Imlek Bersama, Valentine’s Day, Pesta Tahun Baru Masehi, April Mop, atau minimal menonton dengan gembira Pawai Ogoh-Ogoh menjelang Hari Raya Nyepi dan fenomena lain yang memprihatinkan.
Walau telah diedit tanpa merubah isinya, bahasa lisan masih terasa kental mewarnai beberapa bagian kumpulan risalah ini.
Semua kutipan diambil dari ‘JARINGAN GELAP FREEMASONRY, Sejarah & Perkembangannya Hingga Ke Indonesia’, hal: 28-30, A.D. EL MARZDEDEQ. DIM.AV. (Syaamil Cipta Media, cet ke-3, Jan 2007)
Mencari Pendamping Hidup
Bismillaah...
Suatu malam, Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA keliling keluar masuk lorong kampung mengontrol keadaan rakyatnya, suatu pekerjaan yang rutin dilakukan beliau dalam kapasitas sebagai kepala negara. Tiba-tiba beliau mendengar sebuah percakapan menarik dari rumah seorang wanita penjual susu:“Ayo, bangunlah! Campurkan susu itu dengan air!” “Apakah ibu belum mendengar larangan dari Amirul Mukminin” “Apa larangannya, Nak?” “Beliau melarang umat Islam menjual susu yang dicampur air” “Ah, ayo bangun. Cepatlah kau campur susu ini dengan air. Janganlah engkau takut pada Umar, mana ada dia di sini!” “Memang Umar tidak melihat kita, Bu. Tapi Tuhannya Umar melihat kita. Maafkan ibu, saya tidak dapat memenuhi permintaanmu. Saya tidak ingin jadi orang munafik, mematuhi perintahnya di depan umum, tapi melanggar di belakangnya”.
Dialog ibu dan anak ini sungguh sangat menyentuh Umar. Khalifah yang terkenal keras itu pun luluh dan terharu hatinya. Beliau sangat kagum dengan ketakwaan gadis miskin anak penjual susu itu.Paginya beliau memerintahkan salah seorang putranya (Ashim) untuk meminang gadis miskin tersebut, “Pergilah kau ke sebuah tempat, terletak di daerah itu. Di sana ada seorang gadis penjual susu, kalau ia masih sendiri, pinanglah dia. Mudah-mudahan Alloh akan mengaruniakanmu dengan seorang anak yang shalih yang penuh berkah”.Firasat Umar benar. Ashim menikahi gadis mulia itu, dan dikaruniai putri bernama Ummu Ashim. Wanita ini lalu dinikahi oleh Khalifah Abdul Aziz bin Marwan, dan mereka mendapatkan seorang anak laki-laki yang kemudian juga menjadi seorang khalifah yang terkenal zuhud, adil dan bijaksana, yaitu: Khalifah Umar bin Abdul Aziz, Radhiyallohu Anhu.
Dalam memilih calon pendamping, seringkali kita hanya melihat dari luarnya saja. Yang sering dicari oleh orang-orang pada saat ini hanyalah kekayaan/materi, ketampanan, kecantikan, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi. Padahal semua hal yang bersifat duniawi akan musnah sewaktu-waktu. Boleh saja kita mencari calon pendamping hidup yang tampan, cantik, kaya, gagah. Namun yang paling utama dari semua itu, carilah calon pendamping yang memiliki iman yang kuat, taat pada perintah Allah. Hanya dengan pendampping hidup yang bertakwa, kita akan mampu menemukan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan penuh rahmat, Insya Allah.Nabi saw sudah memberikan sebuah peringatan: “Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin kecantikannya itu bisa mencelakakan. Dan jangan kamu kawini wanita karena hartanya, mungkin hartanya itu bisa menyombongkannya. Akan tetapi kawinilah mereka karena agamanya, sesungguhnya seorang hamba sahaya yang hitam warna kulitnya tetapi beragama, itu jauh lebih utama”. (HR Ibnu Majah, Al-Bazar, dan Al-Baihaqi dari Abdullah bin Umar).
sumber dari : syahadat.com
50 Indikasi Seseorang Terjangkiti Virus-Virus Artis Korea
Berikut 50 indikasi seorang muslimah ataupun muslim terjangkiti virus-virus artis korea (Mari Introspeksi Diri Kita): 1. Meng-like page/halaman salah satu artis/aktor korea. 2. Luapan kekaguman dipublikasikan via status. 3. Lagu-lagu korea, meskipun tak dipahami, dijadikan dzikir di lisan 4. Mengganti foto profile dengan foto-foto mereka. 5. Mempelajari bahasa korea tanpa tujuan yang jelas. 6. Mengikuti perkembangan berita mereka. 7. Mengoleksi foto-foto mereka, apalagi yang beredar di Facebook. 8. Membayangkan atau menghayal menjadi pasangan mereka. 9. Hati begitu bahagia menatap wajah mereka. Ini diikuti senyum tak jelas. 10. Menangis jika acara/film mereka terlewatkan 11. Begitu setia menonton film mereka walaupun menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyelesaikan puluhan episode. 12. Mengikuti konser mereka. 13. Tiket konser, walaupun mahal dengan harga yang variasi, akan laris dan akan segera habis. 14. Begitu ridha dan ikhlas menanti di antrian pembelian tiket walaupun suasana membludak. 15. Histeris dan meneteskan air mata bahagia melihat wajah sang aktor yang terlihat tampan. 16. Tak sedikit adegan foto sang aktor sedang berciuman dengan pemain wanita. Lantas para muslimah akan bertutur dengan penuh harap: “seandainya aku.” 17. Mata mereka lebih berbinar cerah memandang wajah sang aktor. 18. Nama akun facebook menggunakan nama sang aktor atau istilah-istilah dalam bahasa korea. 19. Tiada hari tanpa gosip tentang mereka. 20. Judul-judul film mereka menjadi hafalan di luar kepala. 21. Pada tahap ngefans yang akut, ada yang yang melakukan operasi plastik agar wajah lebih mirip tampilan korea. 22. Begitu juga mode pakaian termasuk topi, switer, menjadi incaran walaupun harus mencarinya di rombengan. 23. Berlangganan majalah/tabloid yang khusus membicarakan tentang artis/aktor korea. 24. Mode-mode yang mereka gunakan akan menjadi tren dan menjadi buruan karena dianggap standar kemewahan. 25. Termasuk dalam mode tersebut adalah celana. Bagi laki-laki dan wanita di zaman ini, celana pensil adalah lambang “gaul”. 27. Gaya rambut baik style maupun warna pun diteladani. 28. Begitu pula dengan gaya jalan. Para artis/aktor memiliki gaya khas dalam berjalan sesuai dengan peran mereka masing-masing dalam drama korea. Ini juga yang ditiru anak muda. 29. Cara mereka berfose ketika di depan kamera. Ini pun ditiru. 30. Status-status facebook yang dipenuhi bahasa korea namun tidak dipahami. 31. Foto-foto mereka dari koran/majalah/tabloid dikumpulkan lalu dirangkai menjadi sebuah kliping. 32. Foto-foto mereka yang tersebar di internet akan di print kemudian dijadikan album dan dipampang di kamar-kamar. Ini menjadi pelipur hati bagi muslimah. 33. “Cium jauh.” Jemari muslimah akan mengelus-ngelus foto mereka, bahkan mencium foto mereka. Didekaplah di dada. 34. Mengikuti kontes-kontes maupun lomba atau sejenisnya dengan hadiah bertemu sang idola baik di Indonesia maupun di Korea. 35. Semakin memburu alat-alat kosmetik agar kulit tubuh maupun wajah lebih “kinclong” seperti sang idola. 36. Terkadang keinginan bertemu dengan mereka terbawa sampai alam mimpi. 37. Lebih senang mendengar lagu korea. 38. Mengoleksi film-film korea? Tentu saja. 39. Lebih sering ikut fitnes biar badan lebih kekar dan tinggi. 40. Handphone di-setting menggunakan bahasa korea. 41. Begitu pula nada dering atau nada tunggu, menggunakan lagu korea. 42. Melakukan diet agar tampil langsing seperti artis idola. 43. Majelis gosip? Kapan sih wanita tak pernah bergosip ria. “eh, di film yang kemarin dia gagah lho, tapi kok di film ini kurang macoo y?” 44. Hati tak sabar menanti episode demi episode. 45. Hati tak tenang menunggu serial terbaru dirilis. 46. Memantau jadwal tayang di bioskop. 47. Tertarik untuk melakoni pacaran. 48. Memanggil nama pacar dengan nama sang aktor. 49. Menghayal tingkat tinggi karena tersihir senyuman manis sang aktor. Mereka menghayalkan sang artis mendatangi mereka lalu mengecup keningnya. 50. Menghayal menjadi artis/aktor dan ikut bermain peran film bersama sang idola. Bahkan karena melihat cantik sang artis, mereka menghayal melepaskan jilbabnya agar kecantikan diekspos. Ini menandakan parahnya kualitas cinta. Slogan mencintai Allah dan Rasul-Nya tetap ada namun mulai terkikis dan lenyap oleh deretan nama-nama sang aktor. Inilah bius-bius cinta yang menyihir. Secara perlahan atau cepat akan mengikis kualitas iman apalagi pada saat yang sama banyak kewajiab syar’i terbengkalai dan menumpuknya pelanggaran etika syar’i. >>Engkau yang Begitu Kucintai ‘Umar bin Al-Khaththab, begitu besar cintanya untuk sang Nabi. Suatu ketika, ia beranikan diri katakan cinta kepada beliau. Ungkapannya terekam apik dalam Shahih Al-Bukhari: يا رسول الله لأنت أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي “Wahai Rasulullah, demi Allah, setelah diriku sendiri, engkau benar-benar orang yang paling kucintai dari segalanya.” Dengarlah dendang cinta ‘Umar. Dia bersumpah. Dia bersumpah. Dia bersumpah dengan nama Allah bahwa Rasulullah adalah pihak kedua yang paling ia cintai setelah ia mencintai dirinya sendiri. ‘Umar memposisikan Rasululllah pada urutan cinta nomor dua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menukas: لا يا عمر حتى أكون أحب إليك من نفسك “Tidak, wahai ‘Umar, mestinya akulah yang paling engkau cintai melebihi cintamu kepada diri sendiri.” Segeralah ‘Umar menata kembali urutan cintanya. ‘Umar bertutur: والذي بعثك بالحق لأنت أحب إلي من نفسي. “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran. Kini, engkaulah yang paling aku cintai melebihi kecintaanku pada diriku sendiri.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun membenarkannya dengan berkata: الآن يا عمر “Sekarang, benarlah engkau wahai ‘Umar.”[1] Allahu Akbar. Allahu akbar. Allahu akbar. Inilah gemuruh cinta ‘Umar di samudera hatinya. Ia dendangkan cinta yang jujur nan berkekuatan. Cinta ini begitu tulus. Cinta ini begitu lembut. Sejuk hati mendengarnya. Sejuk hati mengutarakannya. ‘Umar, dalam waktu sekejap, mampu memindahkan sosok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjadi orang yang paling ia cinta. ‘Umar tak butuh waktu lama. Ia tak butuhkan proses berpikir untuk menimbang dan mengambil keputusan. Ia mampu menggeser dan mengenyampingkan kecintaan terhadap diri sendiri di bawah kecintaan tulusnya untuk sang Nabi. Sekali lagi, begitu berkekuatannya cinta yang berkelas ini. Apakah para muslimah mampu mengubah kekagumannya dan menjadikan sang Nabi sebagai idola/panutan pada rank teratas lalu mengubur kekaguman terhadap wajah-wajah lelaki tampan itu?? >>Aqidah Cinta yang Salah Arah Ada sebuah cinta yang tak banyak diketahui oleh muslimah umumnya saat ini yaitu kecintaan kepada Sahabat Nabi. Para Sahabat Nabi diberikan keistimewaan oleh Allah berupa ilmu dan keyakinan yang benar. Mereka adalah manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang tak pernah ada sebelumnya dan tidak akan pernah ada setelahnya. Para Sahabat Nabi adalah orang-orang pilihan pada generasi pilihan pula. Mereka adalah umat yang dimuliakan oleh Allah. Allah berfirman tentang kaum Muhajirin dan Anshar beserta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik: وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم “Manusia terbaik adalah pada masaku ini kemudian (ada) pada masa setelahnya (masa tabi’in) dan kemudian (ada) pada masa setelahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”[2] Tak hanya memberikan pujian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan kecaman kepada siapapun yang mencaci para Sahabat. Beliau bertutur: لا تسبوا أصحابي فوالذي نفسي بيده فلو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما بلغ مد أحدهم ، ولا نصيفه. “Janganlah kalian membenci sahabatku! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka ini tak akan mampu mencapai nilai infaq yang mereka keluarkan walau satu Mudd [sepenuh dua telapak tangan] dan tak juga mencapai separuhnya.”[3] Inilah salah satu aqidah yang harus dipegang teguh dan dilakoni. Ahlussunnah waljama’ah menetapkan bahwa wajib mencintai sahabat Nabi. Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili mengungkapkan: “Diantara pokok Ahlussunnah wal jama’ah adalah adalah mencintai Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ridha dan berloyalitas kepada mereka, mendoakan dan meminta ampun untuk mereka, meyakini keutamaan mereka melebihi umat lain, berlepas diri dari pihak yang menghujat dan mencaci sahabat baik (sekte) Rafidhah maupun Nawaashib.”[4] Kecintaan terhadap Sahabat Nabi terkomposisi dalam dua hal[5]: 1. Kecintaan terhadap mereka sebagai seorang muslim/mukmin secara umum. 2. Kecintaan terhadap mereka sebagai sosok-sosok yang menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Cinta pada poin ke-dua ini disarikan dari nash-nash Al-Qur’an dan Hadits beserta penjelasan para ulama seperti kutipan nash-nash di atas. Poin ke-dua inilah yang merupakan salah satu pokok penting dalam Islam dan dibahas oleh para ulama dalam kitab-kitab aqidah maupun manhaj. Inilah salah satu cinta yang benar dan terarah nan berbuah pahala. Inilah salah satu rel-rel cinta yang mesti dilalui karena ia ‘kan berujung bahagia. >>Saling Mewarisi Cinta Dahulu, para salaf saling mewarisi kecintaan. Mereka ajarkan anak-anak mereka untuk mencintai Abu Bakr dan Umar, sebagaimana mereka mengajarkan al-Qur’an kepada sang buah hati. Imam malik bertutur: كان السلف يعلمون أولادهم حب أبي بكر و عمر كما يعلمون السورة من القرآن “Dahulu para salaf mengajarkan anak-anak mereka mencintai Abu Bakr dan Umar sebagaimana mengajarkan surat dalam Al-Qur-an.”[6] Inilah mereka mewarisi aqidah cinta untuk anak-anak mereka sehingga kelak mereka tumbuh dalam naungan cinta teruntuk para Sahabat Nabi. Apakah aqidah cinta ini telah diarahkan dengan benar oleh para muslimah? Atau terarahkan dengan sempurna menuju wajah-wajah lelaki cantik itu? Apakah para muslimah saling mewarisi aqidah cinta ini ataukah mereka saling mewarisi gossip tentang aktor idola? Apakah cinta mereka kepada sang artis/aktor akan membuahkan keimanan? Akankah ia mendatangkan pahala? Akankah cinta ini mampu melabuhkan mereka berada di taman-taman surga? Jika tidak maka mereka telah berkubang dan terbius cinta semu: cinta yang menjadikan pemiliknya menghayal dan membuahkan maksiat. >>Kebersamaan Cinta Cinta mengharuskan raga bersama orang-orang yang dicintai. Begitu gersang rasanya hati jika yang dicinta berada jauh dari pandangan mata. Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya kepada beliau: يا رسول الله كيف تقول في رجل أحب قوما ولم يلحق بهم “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang seorang pemuda yang mencintai suatu kaum namun mereka tak bertemu?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: المرء مع من أحب “Seseorang akan bersama orang yang cintai.”[7] Bisa jadi dan sangat mungkin mereka tak akan mengakui bahwa mereka tak mencintai sang aktor namun indikasi-indikasi cinta ini ada dan terlihat nyata. Kelak, kecintaan kepada sang aktor korea dan aktor-aktor lainnya akan menjadikan mereka, sang pecinta, bersama pihak-pihak yang mereka cintai yaitu pihak-pihak yang menjadi muara persembahan cinta. Sebaliknya, mereka yang membuktikan cinta tulusnya kepada sang Nabi beserta Sahabatnya, kelak akan berbahagia. Mereka akan menikmati pada episode kehidupannya selanjutnya di Surga. Insya Allah. Para Wanita, Artis Korea dan Dajjal Para artis korea telah mampu membius muslimah. Mereka, para artis korea itu, memiliki kelebihan-kelebihan yang sifatnya manusiawi. Artinya, ketampanan, wajah yang imut, suara yang merdu, dan tetek bengek lainnya sangat mungkin dan bahkan dimiliki pula oleh orang lain di lain tempat dan waktu. Walaupun demikian, wanita-wanita muslimah telah terpesona, terpukau dan tersihir. Lantas, hubungannya dengan Dajjal? Dajjal adalah fitnah (ujian) yang paling besar semenjak Allah ‘azza wajalla menurunkan nabi Adam ‘alaihissalam hingga menjelang hari kiamat. Dajjal memiliki kelebihan di luar batas kemampuan manusia. Atas izin Allah, Dajjal mampu memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu menumbuhkan tetanaman yang segera menghijaukan bumi pertiwi. Pada saat yang sama pula, dia mampu menjadikan musim semi itu menjadi musim kemarau yang tiada berhujan karena memang dia juga mampu menahan hujan hingga tetumbuhan dan hewan-hewan akan mati di masa-masa kedatangannya di akhir zaman. Dajjal mampu menghidupkan manusia yang ada di kuburan maupun orang-orang yang dibunuhnya. Dia mampu mengeluarkan kekayaan dari perut bumi yang membuat manusia terpukau dan terpesona. Lebih dari itu, ia membawa dua sungai di tangannya, sungai bermata air jenih dan sungai api. Ia mampu terbang dengan kecapatan yang luar biasa untuk mengelilingi dan menyinggahi seluruh pelosok bumi kecuali Mekkah dan Madinah yang dijaga para malaikat. Dengan kelebihan itulah manusia terhipnotis, tersihir, terpukau sehingga menjadi pengikut Dajjal, terlebih dari kalangan para wanita. Iya, para wanita, adik-adik, kakak-kakak, istri-istri kaum muslimin kecuali mereka yang dirahmati Allah. “Kebanyakan pengikut Dajjal,” tutur Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl dalam kitabnya Asyratus Sa'ah, “adalah orang-orang Yahudi, orang Ajam (non arab), orang Turki, dan banyak lagi manusia dari berbagai bangsa dan golongan yang kebanyakan dari orang-orang Arab dusun dan kaum wanita.” Ucapan di atas bukanlah omong kosong belaka karena memang didasarkan sebuah hadits Ibnu Umar radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dajjal akan turun di lembah air Murqonah' ini, maka orang yang datang kepadanya kebanyakan kaum wanita, sehingga seseorang akan pergi menemui sahabat karibnya, ibunya, anak perempuanya, saudara perempuannya, dan kepada bibinya untuk meneguhkan hatinya karena khawatir mereka akan pergi menemui Dajjal." (Musnad Ahmad VII: 190 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dan beliau berkata, "Isnadnya shahih.”) Kembali mencermati hadits dan ucapan diatas, kami melihat kesamaan antara artis korea dan Dajjal yang walaupun perbedaannya begitu mencolok. Kedua-duanya memiliki satu titik kemiripan: sama-sama mampu merebut hati para wanita. Menutup catatan ini, ada sebuah pertanyaan besar yang harus menjadi cambuk hati bagi wanita-wanita muslimah. “Dengan bekal apa mereka menghadapi dahsyatnya fitnah Dajjal sementara di zaman ini mereka telah terbius dengan fitnah artis-artis korea?” *** Abdullah Akiera Van As-Samawiey Lantai 3 Masjid 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Mataram, Rabu 01 Dzulhijjah 1433 /17 Oktober 2012 M Senarai Inspirasi: Kitab Al-Jawaab al-Kaafiy Liman Sa-ala ‘anid Dawa-i asy-Syaafi oleh Imam Syamsuddin Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, diterbitkan oleh Markaz al-‘Urwah al-Watsq Lilbahts al-‘Ilm. kitab Mahdhu Al-Ishabah fiy Tahriiri ‘Aqiidati Ahli As-Sunnah wa Mukhalifiihim fiy Ash-shahaabati karya syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili hafidzahullah, terbitan Dar Al-Imam Ahmad, Al-Qaahirah. Al-Maktabah Asy-Syamilah. Buku Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah oleh Ustadz Yazid bin abdul Qadir Jawas, terbitan Pustaka Imam Syafi’i, Bogor, cetakan ke-7.
Langganan:
Postingan (Atom)